Bagi mereka yang pernah menapaki jalan raya di Indonesia, pasti tak asing dengan pemandangan truk yang dilengkapi dengan lukisan atau mural berwarna-warni. Tidak sekadar hiasan, mural di truk telah menjadi bagian dari identitas budaya transportasi darat simbol geliat perekonomian di negeri ini.
Awalnya, lukisan pada truk dimaksudkan sebagai penanda identitas dan kebanggaan pemilik truk. Tetapi seiring waktu, lukisan tersebut berkembang menjadi lebih dari sekadar identitas, melainkan sebagai sarana ekspresi seni yang kaya akan makna.
Ekspresi Budaya dan Religi
Salah satu tema yang kerap muncul dalam mural truk adalah representasi budaya dan religi. Tak jarang kita melihat gambaran pemandangan alam, gunung, hewan, hingga tokoh religius.
Semua ini mencerminkan kecintaan sang sopir atau pemilik truk terhadap alam dan keyakinannya. Bagi mereka, truk bukan hanya alat transportasi, tetapi juga media untuk mengungkapkan rasa bangga akan warisan budaya dan keagamaan.
Simbol Kehidupan Sopir Truk
Kehidupan sopir truk yang penuh dengan tantangan dan perjuangan seringkali menjadi inspirasi dalam karya mural ini. Melalui lukisan, mereka menggambarkan perjalanan, harapan, serta doa mereka. Misalnya, gambaran mata yang selalu terjaga bisa menggambarkan kehidupan sopir yang sering begadang demi mencari nafkah.
Sementara itu, gambar burung phoenix yang bangkit dari abu bisa menjadi simbol semangat juang dan ketahanan mereka dalam menghadapi rintangan.
Estetika dan Kompetisi
Tidak dapat dipungkiri, estetika juga menjadi alasan utama mengapa truk-truk dihias dengan mural. Dengan lukisan yang menarik, truk tidak hanya menjadi pusat perhatian di jalan, tetapi juga bisa meningkatkan harga jual kendaraan.
Bahkan, di beberapa daerah, ada kompetisi truk dengan mural terbaik yang menjadi ajang unjuk kebolehan seniman lokal.
Ekspresi Vulgar
Lukisan truk juga dapat dikategorikan sebagai sebuah seni urban, yaitu karya seni yang galerinya ditampilkan pada ruang publik yang tidak terjamah, mengkritik keadaan masyarakat sekaligus sebagai ajang komunikasi antar-masyarakat.
Tak jarang, lukisan bergambar wanita ditemui dan dihiasi dengan tulisan-tulisan menggugah. Menurut Nicholas Wila Adi dalam tulisannya untuk Jurnal Seni Nasional CIKINI yang berjudul Perkembangan Visual Seni Lukis Pada Truk, lukisan truk menyampaikan sebuah potret kehidupan yang keras dan didominasi oleh kaum laki-laki, rendah pendidikan, terhimpit beban ekonomi, hingga anggapan kaum perempuan sebagai objek seks.
Fenomena lukisan atau mural di truk Indonesia adalah manifestasi dari ekspresi seni yang bermakna bagi masyarakat. Melalui kanvas bergerak ini, cerita, harapan, dan kebanggaan sopir truk serta pemiliknya diceritakan dengan cara yang kreatif dan menarik.
Lebih dari sekadar hiasan, mural truk telah menjadi simbol dari kekayaan budaya dan semangat hidup masyarakat Indonesia. (J61)