Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekpor Indonesia periode April hingga Juni 2023 atau kuartal II tahun 2023 turun sebesar 2,75 persen year on year (yoy). Capaian negatif perdagangan luar negeri ini utamanya berasal dari ekspor barang alias komoditas Indonesia yang terkontraksi.
BPS menjelaskan, komoditas non-migas yang ekspornya mengalami kontraksi adalah bahan bakar mineral, besi, baja, serta nikel. Adapun, barang migas yang dilaporkan menurun adalah komoditas gas alam, hasil minyak dan minyak mentah.
BPS mengungkapkan, pertumbuhan negatif ekspor ini bersumber dari penurunan ekspor barang. Ekspor barang pada kuartal II tahun 2023 terpantau menurun 5,64 persen yoy.
Penurunan pengeluaran ekspor tersebut baru terjadi pada kuartal II tahun 2023 ini. Sebelumnya, sejak tahun 2020 pengeluaran ekspor terus tumbuh positif.
“Penurunan terutama terlihat pada ekspor barang non migas. Terakhir kali mengalami kontraksi pada triwulan IV 2020, pada saat itu perdagangan luar negeri kita terutama apa ekspor terkontraksi 1,57 persen,” Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS (7/8/2023).
Kinerja ekspor pada kuartal II tahun 2023 memang menurun cukup parah. Jika dibandingkan dengan kuartal II tahun lalu, pengeluaran ekspor tumbuh 16,4 persen. Sedangkan, pada kuartal I tahun 2023, pengeluaran ekspor tumbuh 12,17 persen.
Namun begitu, kinerja ekspor jasa yang mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan kinerja ekspor jasa memiliki hubungan langsung dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan devisa yang masuk dari luar negeri. (S83)