Pinter EkbisNaniura, “Sashimi” ala Tanah Batak

Naniura, “Sashimi” ala Tanah Batak

Selain terkenal karena budaya, Suku Batak memiliki ragam kuliner yang beraneka ragam. Salah satu kuliner unik nan lezat adalah adalah Naniura, kuliner khas Batak Toba dari wilayah Toba, Danau Toba. Naniura dikenal sebagai sashimi khas Batak.

Sashimi yang biasanya disajikan polos dan mentah, kalau sudah diolah oleh orang-orang Batak, menjadi kaya akan rempah dan bumbu. Naniura dalam Bahasa Batak diartikan sebagai ikan yang tidak dimasak.

Awal mulanya Naniura berbahan dasar ikan endemik yang berada di Danau Toba yang dikenal dengan nama ihan. Namun karena sulitnya menemukan ihan saat ini, masyarakat suku Batak menggantinya dengan ikan jenis lain seperti ikan mas, ikan mujair, atau ikan gabus.

Salah satu bumbu penting dalam pembuatan Naniura adalah andaliman yang memiliki nama Latin Zanthoxylum Acanthopodium. Karena bumbu ini hanya dikenal untuk masakan Batak, orang dari luar suku Batak sering menyebutnya sebagai “merica Batak. Naniura sama sekali tidak menimbulkan aroma amis dikarenakan rendaman asam jeruk jungga yang sekaligus membuat duri-duri halus pada ikan juga menjadi lembut.

Dulunya, Naniura ini menjadi makanan istimewa yang dihidangkan khusus untuk para tamu-tamu kerajaan. Saking istimewanya, yang diperkenankan untuk memasak Naniura hanya juru masak dari kerajaan sehingga Naniura terkesan masakan yang sangat elite pada saat itu.

Naniura biasanya disajikan sebagai hidangan utama ketika makan. Cita rasanya yang gurih, asam, dan segar mampu membangkitkan selera makan siapa saja. Karena itu, tak mengherankan jika Naniura ini menjadi salah satu sajian yang dirindukan oleh masyarakat Suku Batak yang pergi merantau.

Uniknya, menu Naniura ini jarang ditemukan di lapolapo atau warung nasi Batak dan bahkan dalam arisan-arisan marga. (A49)

Baca juga :  Zaken Kabinet atau Titan Kabinet?

Exclusive content

Latest article

Jokowi Jurkam Ahmad Luthfi?

Kisah “Tom Lembong” di Romawi

More article

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Jokowi Jurkam Ahmad Luthfi?

Kisah “Tom Lembong” di Romawi