Pinter EkbisInfluencer Virtual Kalahkan si “Bermodal Tampang”? 

Influencer Virtual Kalahkan si “Bermodal Tampang”? 


PinterPolitik.com

Kemajuan teknologi digital melahirkan fenomena baru yang disebut influencer virtual. Meski “hanya” diciptakan dengan kecerdasan buatan (AI), namun kehadiran influencer virtual di penjuru dunia seolah menjadi ancaman nyata bagi para content creator, model, hingga para pegiat di bidang terkait. 

Di Indonesia, salah satu influencer virtual yang tengah menjadi sorotan adalah Lentari Van Lorainne. Populer dengan akun Instagram @lentaripagi, model virtual itu dengan cepat mendapatkan ribuan pengikut. 

Sebagai catatan, Lentari adalah virtual idol pertama di Indonesia di mana karakternya merupakan hasil kreatif dari AI yang diolah oleh Imagine8 Studio. 

Engagement media sosial yang besar kemudian menarik minat sejumlah brand ternama yang telah meng-endorse sang model virtual.  

Influencer virtual lain seperti Lil Miquela dan Imma adalah contoh awal dari karakter digital dunia yang telah meraih popularitas besar di media sosial. Lil Miquela, merupakan karakter digital dengan tampilan menyerupai seperti manusia, memiliki jutaan pengikut di platform seperti Instagram. 

Dia berbagi konten mengenai gaya hidup, fashion, dan pandangan pribadinya, semuanya dihasilkan melalui teknologi AI. 

Begitu pula dengan Imma, karakter AI asal Jepang, yang memiliki kehadiran yang kuat di media sosial dengan tampilan yang lebih mengaburkan garis antara manusia dan mesin. 

Di sisi lain, keberadannya virtual idol menjadi kontroversi karena sangat berpotensi menggantikan para content creator ‘asli’ yang telah ada saat ini. Utamanya, mengenai bagaimana pengaruhnya terhadap pemahaman audiens tentang realitas dan autentisitas. 

Dampak ekonomi dari influencer virtual menjadi perhatian utama. Mereka membuka pintu bagi bisnis baru, termasuk pengembangan teknologi AI yang lebih canggih untuk menciptakan karakter semakin realistis. Efek lanjutan mengenai endorsement-nya pun menjadi pokok perhatian menarik. 

Kendati demikian, potensi dampak jangka panjang dari fenomena ini masih perlu dieksplorasi lebih lanjut. Dalam jangka waktu yang lebih lama, apakah karakter virtual ini akan menggantikan influencer manusia? Bagaimana hubungan antara karakter virtual dan pengaruh budaya populer akan berkembang? Bagaimana pemerintah dan platform media sosial akan mengatur dan mengawasi aktivitas influencer virtual? 

Dalam segala hal, influencer virtual menggunakan teknologi AI telah membuka babak baru dalam dunia digital dan sosial. Mereka merangsang pikiran dan membuka pintu bagi diskusi tentang identitas digital, kreativitas AI, serta konsekuensi sosial yang mungkin terjadi di masa depan yang semakin terhubung dengan teknologi. (J61)

Exclusive content

Latest article

2029 “Kiamat” Partai Berbasis Islam? 

PKS Di Sana Bingung, Di Sini Bingung

Pilkada DPRD Prabowo, Buzzer Punah?

More article

Segitiga Besi Megawati

2029 “Kiamat” Partai Berbasis Islam? 

PKS Di Sana Bingung, Di Sini Bingung

Pilkada DPRD Prabowo, Buzzer Punah?