Dalam era digital ini, keamanan uang fisik menjadi prioritas utama bagi pemerintah dan lembaga keuangan di seluruh dunia.
Upaya untuk mencegah pemalsuan uang kertas dan koin terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
Pemalsuan uang bukan hanya merugikan perekonomian suatu negara, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap mata uang yang berlaku.
Oleh karena itu, inovasi terus diperkenalkan dalam desain dan teknologi uang untuk membuatnya sulit dipalsukan.
Bank Indonesia (BI) mengklaim rupiah saat ini akan sulit untuk dipalsukan. Hal itu karena BI terus meningkatkan keamanan terhadap rupiah yang saat beredar di masyarakat.
BI menyebut setiap saat selalu akan ada orang yang berniat memalsukan uang. Namun, perlu dicermati adalah bagaimana tingkat pemalsuannya.
“Semua orang ingin memalsukan (rupiah), pasti, tapi dari sisi teknologi tidak akan pernah sama,” Marlinson Hakim, Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI (18/8/23).
Marlinson menambahkan, pada umumnya pemalsuan uang dilakukan hanya dengan mesin cetaklaser. Namun, saat ini hal tersebut tidak dapat dilakukan kembali karena teknologi terbaru yang digunakan oleh BI.
Teknologi berperan penting dalam mencegah pemalsuan. Misalnya, teknologi mikroprint memungkinkan cetakan yang sangat kecil namun masih dapat terbaca dengan akurat oleh alat khusus.
Beberapa uang juga dilengkapi dengan fitur holografik atau hologram yang mengubah warna atau gambar saat uang diputar, sulit untuk direproduksi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Selain itu, tinta khusus juga digunakan untuk mencegah pemalsuan. Tinta yang bisa berubah warna atau menghilang saat diusapkan atau terkena sinar ultraviolet menjadi salah satu cara yang efektif untuk mendeteksi uang palsu.
Meskipun teknologi pemalsuan terus berkembang, upaya-upaya ini membuat proses pemalsuan menjadi lebih sulit, mahal, dan risikonya lebih tinggi. (S83)