Pinter EkbisAsal-Usul Menarik Kebab Turki

Asal-Usul Menarik Kebab Turki


PinterEkbis

Kebab, dengan potongan daging yang lezat dan bumbu yang khas, telah menjadi salah satu ikon kuliner Turki yang paling dikenal di seluruh dunia. Tetapi bagaimana makanan sederhana ini berkembang menjadi fenomena kuliner global?

Sejarah kebab bermula dari kebiasaan suku nomaden di Asia ribuan tahun yang lalu. Dengan gaya hidup mereka yang berpindah-pindah, mereka membutuhkan metode memasak yang efisien.

Daging hewan buruan atau ternak dipotong kecil-kecil dan ditusuk dengan tongkat atau pedang sebelum dipanggang di atas api terbuka. Metode ini bukan hanya praktis tetapi juga menghasilkan daging yang empuk dengan rasa yang kaya.

Ketika suku-suku nomaden ini menetap dan membentuk peradaban di wilayah yang kini dikenal sebagai Turki, metode memasak ini tetap dipertahankan dan berevolusi.

Daging kambing, domba, dan sapi mulai digunakan, dan variasi kebab mulai bermunculan, termasuk kebab Adana yang pedas dan kebab Iskender yang disajikan dengan saus tomat dan yoghurt.

Kebab, yang semula makanan sederhana, mulai mendapat perhatian di kalangan elit dan masuk ke dapur-dapur istana Ottoman.

Di sini, chef-chef berbakat mulai bereksperimen dengan bumbu, metode memasak, dan penyajian, yang kemudian menghasilkan varian-varian kebab yang lebih kompleks.

Dengan ekspansi Kekaisaran Ottoman dan interaksi budaya yang terjadi, kebab mulai dikenal di berbagai wilayah, dari Timur Tengah hingga Eropa. Penjajah, pedagang, dan pelancong membawa serta resep dan teknik memasak kebab ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara, kebab diadaptasi sesuai dengan selera dan bahan lokal, menghasilkan varian-varian baru.

Dengan gelombang migrasi dari Turki ke Eropa, terutama ke Jerman, pada pertengahan abad ke-20, kebab diperkenalkan ke masyarakat Eropa dalam bentuk kebab roti, yang dikenal dengan nama “Doner Kebab”.

Sajian daging yang dipanggang dalam roti pita ini dengan cepat menjadi populer dan menjadi makanan jalanan yang disukai di banyak kota besar di Eropa.

Kebab, dengan sejarahnya yang panjang dan beragam, adalah contoh sempurna bagaimana makanan dapat merefleksikan perjalanan suatu budaya.

Dari padang rumput hingga kedai-kedai di kota besar, kebab menceritakan kisah tentang nomaden, peradaban, imperium, dan globalisasi. Di balik setiap gigitan, ada kisah ribuan tahun perjalanan dan inovasi. (A49)

Exclusive content

Latest article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Megawati Not Fit or No Money?

The Ultimate Java War

More article

When Silence is Not Golden..

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Megawati Not Fit or No Money?

The Ultimate Java War