Pinter EkbisAsal-usul Bacang: Perang antar-Negara

Asal-usul Bacang: Perang antar-Negara

Siapa yang tidak kenal dengan panganan Bacang? Bacang, juga dikenal sebagai zongzi dalam Bahasa Mandarin, adalah makanan tradisional yang terdiri dari beras ketan yang dibungkus dalam daun bambu dan diisi dengan berbagai bahan seperti daging, kacang, telur, dan jamur. Bacang biasanya dimasak dengan cara direbus atau dikukus sebelum disajikan.

Sejarah bacang sangat erat kaitannya dengan tradisi perayaan Duanwu Jie (Festival Dragon Boat) di Tiongkok. Festival Duanwu Jie diperingati setiap tahun pada tanggal kelima bulan kelima dalam kalender lunar, yang biasanya jatuh pada bulan Juni dalam kalender Gregorian.

Berdasarkan legenda, bacang pertama kali diciptakan pada zaman kuno selama Dinasti Zhou di Tiongkok (sekitar 2.500 tahun yang lalu). Bacang konon dibuat untuk mengenang seorang pahlawan Tiongkok terkenal bernama Qu Yuan (340-278 SM), yang merupakan seorang penyair dan negarawan.

Qu Yuan adalah seorang pejabat kerajaan di negara Chu. Dia sangat peduli dengan nasib negaranya dan menentang korupsi di pemerintahan.

Namun, dia difitnah oleh pejabat yang iri hati dan diasingkan dari istana. Qu Yuan sangat terpukul oleh kondisi negaranya dan meluapkan kesedihannya dalam puisi-puisinya yang mendalam.

Ketika negara Chu jatuh ke tangan negara tetangga, Qu Yuan merasa sangat putus asa. Pada akhirnya, dia bunuh diri dengan melompat ke sungai Miluo. Penduduk setempat yang mencintai dan menghormatinya berusaha menyelamatkan Qu Yuan tetapi usaha mereka sia-sia.

Mendengar berita tentang kematian Qu Yuan, banyak orang datang ke sungai untuk mencari jasadnya dan melemparkan nasi ketan ke sungai untuk menghindari ikan yang berbahaya memakan tubuhnya. Selain itu, para nelayan juga menggunakan perahu dan batu besar untuk mencegah ikan dari memakan tubuhnya.

Baca juga :  Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Oleh karena itu, legenda tersebut menjadi asal mula tradisi memakan bacang untuk memperingati Qu Yuan pada hari Duanwu Jie. Bacang menjadi simbol penghormatan dan mengenang perjuangan pahlawan, serta menunjukkan pentingnya persatuan dan semangat kolektif.

Sejak saat itu, makanan bacang menjadi hidangan yang sangat populer selama Festival Duanwu Jie, tidak hanya di Tiongkok tetapi juga di banyak negara di Asia yang merayakan festival yang sama. Selain itu, dalam sejarahnya yang panjang, variasi bacang telah berkembang menjadi berbagai bentuk dan rasa di berbagai wilayah, menyesuaikan dengan preferensi dan budaya lokal.

Asal mula bacang di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh budaya Tionghoa. Bacang pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang dan pelaut Tiongkok yang datang ke wilayah Indonesia untuk berdagang sejak berabad-abad yang lalu. Perdagangan antara Tiongkok dan Indonesia telah berlangsung sejak zaman kuno, yang membawa berbagai aspek budaya Tionghoa, termasuk tradisi makanan, ke dalam masyarakat Indonesia.

Selama berabad-abad, masyarakat Indonesia mengadopsi dan mengadaptasi bacang menjadi bagian dari budaya lokal mereka. Proses adaptasi ini melibatkan penggunaan bahan-bahan lokal, seperti daun kelapa, untuk membungkus nasi ketan sebagai pengganti daun bambu yang digunakan dalam bacang asli Tiongkok.

Saat ini, bacang telah menjadi makanan yang dikenal di seluruh Indonesia dan menjadi bagian penting dari keanekaragaman kuliner nusantara. Berbagai variasi bacang telah berkembang di berbagai daerah, termasuk isi dan bumbunya yang disesuaikan dengan selera lokal.

Dengan demikian, sejarah bacang di Indonesia mencerminkan proses pengaruh budaya dari luar yang menggabungkan dengan budaya lokal, menciptakan makanan yang khas dan menjadi bagian integral dari warisan kuliner Indonesia. (A92)

Exclusive content

Latest article

More article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Waspada MAGA, Malapetaka ala Trump?