Ketika Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, mikrofon yang digunakan memiliki cerita khusus.
Pada suatu kesempatan, Soekarno menyatakan bahwa mikrofon tersebut merupakan hasil curian dari stasiun radio milik Jepang. Namun, tokoh perjuangan kemerdekaan, Sudiro, membantah klaim tersebut.
Menurut Sudiro, pemilik asli mikrofon tersebut adalah seorang warga Indonesia bernama Gunawan, pemilik Radio Satriya. Mikrofon yang digunakan saat proklamasi merupakan hasil rakitan Gunawan sendiri.
Pada 17 Agustus 1945, tiga jam sebelum pembacaan teks proklamasi, Wilopo dan Njonoprawoto mendatangi rumah Gunawan untuk meminjam mikrofon tersebut. Karena mereka tidak familiar dengan cara setting mikrofon, Sunarto, saudara Gunawan, ikut serta dan memasang mikrofon di lokasi pembacaan Proklamasi di Pegangsaan.
Setelah proklamasi, mikrofon dikembalikan kepada Gunawan dan diketahui bahwa ia menyimpannya sebagai benda bersejarah tanpa pernah meminjamkannya kembali, meskipun ada tawaran menarik untuk menukarnya.
Menurut Sudiro, Harjoto, Sekjen Kementerian Penerangan, pernah meminta mikrofon tersebut dengan harapan Soekarno akan menyimpannya di Monumen Nasional. Namun, rencana tersebut gagal, dan sejak itu keberadaan mikrofon menjadi misteri.
Gunarso, putra dari Gunawan, hanya berhasil mengamankan bagian kaki dari mikrofon tersebut dan menyatakan kesediaannya untuk mendonasikan mikrofon ke museum jika ditemukan kembali. (J61)