Ibu Negara RI pertama, Fatmawati, pernah menentang Presiden RI Soekarno ketika sang proklamator memutuskan untuk menikahi Hartini pada tahun 1953. Menanggapi ini, Fatmawati pun meminta cerai kepada Soekarno dan meninggalkan Istana Negara untuk tinggal secara terpisah di Jakarta.
Namun, Soekarno menolak permintaan cerai Fatmawati dan berniat untuk memiliki dua istri sekaligus. Keinginan Soekarno ini menjadi politis dengan ramainya gerakan perempuan yang tengah membahas isu poligami dalam penyusunan hukum pernikahan pada tahun 1950-an.
Akhirnya, Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) yang paling menentang poligami berusaha membantu Fatmawati. Perwari juga menawarkan bantuan hukum seperti dengan menyediakan pengacara. Mengetahui ini, Soekarno pun marah terhadap Perwari.
Di sisi lain, ada juga Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) yang secara politik dekat dengan Soekarno. Meskipun secara organisasi lebih banyak diam soal isu poligami Soekarno, banyak anggota Gerwani secara pribadi justru ikut menolak pernikahan-pernikahan Soekarno.
Di tengah Hari Ibu pada 22 Desember 2022 ini, perjuangan Fatmawati dan gerakan perempuan pada tahun 1950-an ini mengingatkan kita pada bagaimana ketidakadilan masih eksis bagi para ibu dan istri di Indonesia. Selamat Hari Ibu 2022!