HomeHeadlineYusril Cawapres Ideal Prabowo?

Yusril Cawapres Ideal Prabowo?

Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra tengah kuat diisukan sebagai cawapres Prabowo Subianto. Lantas, seberapa ideal Yusril menjadi cawapres Prabowo?


PinterPolitik.com

Dipilihnya Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai cawapres Anies Baswedan telah memberikan efek domino. Mesin kalkulasi politik langsung bereaksi. Koalisi lain sekarang mengetahui akan berhadapan dengan siapa.  

Koalisi yang paling menarik dinamikanya saat ini adalah koalisi penyokong Prabowo Subianto. Setidaknya ada empat nama yang muncul sebagai cawapres Prabowo, yakni Airlangga Hartarto, Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Yusril Ihza Mahendra.

Melihat pemetaan pemberitaan belakangan ini, nama Yusril yang tengah kuat disebutkan. Ini menimbulkan pertanyaan tersendiri. Dari keempat nama itu, kenapa Yusril yang tengah menonjol?

Kenapa Yusril?

Ada tiga alasan kuat untuk memunculkan keheranan itu. Pertama, PBB bahkan tidak lolos ke Senayan. Di atas kertas kekuatan politik PBB jauh di bawah PAN dan Partai Golkar.

Melihat peta kekuatan PBB, ini merupakan situasi yang tidak biasa. Seperti pernyataan Jusuf Kalla (JK), umumnya ketua umum partai yang memiliki kursi DPR yang banyak yang pede untuk maju di kontestasi pilpres.

Kedua, Yusril bukanlah sosok yang memiliki modal kapital yang besar. LHKPN terakhir Yusril pada tahun 2007 mencatat kekayaan sebesar Rp20,3 miliar. Jumlah itu jauh di bawah Airlangga dan Erick Thohir.

Per 31 Desember 2022, LHKPN Airlangga tercatat sebesar Rp454,3 miliar. Sedangkan Erick sebesar Rp2,3 triliun.

Ketiga, nama Yusril bahkan tidak beredar di survei-survei kandidat. Di poin ini, posisi Ridwan Kamil jelas diunggulkan. Elektabilitas Kang Emil sebagai cawapres kerap bertengger di peringkat satu.

Bertolak pada tiga poin itu, lalu kenapa nama Yusril yang menguat?

Ada satu hipotesis yang dapat dibangun untuk menjawab keganjilan, yakni Prabowo mungkin tidak mempertimbangkan ketiga poin itu.

Baca juga :  “Rival-rival” yang Disatukan Prabowo

Pertama, terkait kursi DPR, meskipun ditinggalkan PKB, koalisi penyokong Prabowo masih menjadi yang terbesar dengan 207 kursi.

Anies BaswedanGanjar PranowoPrabowo Subianto
NasDem-PKS-PKBPDIP-PPPGerindra-Golkar-PAN
167 kursi147 kursi207 kursi

Kedua, Prabowo adalah sosok dengan kapital yang melimpah. LHKPN Prabowo tercatat sebesar Rp2 triliun. Itu belum termasuk kekayaan adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Menurut catatan Forbes pada 2020, kekayaan Hashim ditaksir mencapai USD685 juta atau sekitar Rp10,5 triliun.

Kemudian, ini yang terpenting, modal untuk nyapres tidak ditanggung oleh satu atau beberapa orang. Sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat banyak sekali sumbangan dari berbagai pihak.

Dengan kata lain, pertimbangan utamanya bukan seberapa dalam kantong kandidat. Jika dinilai potensial, para penyumbang akan datang dengan sendirinya.

Ketiga, popularitas dan elektabilitas Prabowo sudah tinggi. Secara popularitas, siapa yang tidak mengenal Prabowo? Ia telah menabung keterkenalan sejak maju di Pilpres 2009.

Kemudian, terkait elektabilitas, posisinya bergantian dengan Ganjar Pranowo di posisi pertama. Singkatnya, elektabilitas seharusnya bukan masalah serius untuk Prabowo.

Lalu, jika bukan ketiga poin itu, apa yang menjadi pertimbangan untuk memilih Yusril?

Yusril Melengkapi Prabowo?

Jika boleh menebak, mungkin Yusril dinilai sebagai sosok yang dapat melengkapi Prabowo. Jika dipetakan, Prabowo setidaknya memiliki empat kelemahan.

Pertama, jembatan ke massa Islam. Kedua, kemampuan komunikasi yang kurang. Ketiga, lebih condong ke negara Barat. Keempat, citra sebagai pelanggar HAM.

Dari keempat nama cawapres Prabowo, hanya Yusril yang dapat menutup keempatnya. Meskipun belakangan dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU), kedekatan Erick terbilang masih baru. Ini berbeda dengan Yusril yang memang sudah lama dekat dengan kelompok Islam.

Kemudian, poin plusnya, Yusril memiliki hubungan yang baik dengan keluarga Gus Dur.

Baca juga :  Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Terkait komunikasi, selain Yusril, Ridwan Kamil memang memiliki kemampuan komunikasi yang hebat juga. Tapi, seperti penegasan sebelumnya, Prabowo butuh sosok paket lengkap yang dapat menutup keempat celah itu.

Terkait hubungan internasional, Yusril adalah puzzle penting. Dari keempat nama itu, saingan terbesar Yusril adalah Erick. Namun, Erick sama dengan Prabowo yang cenderung lebih dekat dengan negara Barat.

Oleh karenanya, Prabowo butuh pendamping yang memiliki hubungan dekat dengan negara Timur, khususnya negara Islam. Dan itu adalah Yusril. Tidak hanya aktif di ASEAN, Yusril juga aktif di Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Yusril misalnya pernah mendesak OKI untuk ikut terlibat aktif memantau pelanggaran HAM umat Muslim di Tiongkok pada tahun 2018.

Kemudian yang keempat, Yusril dapat membantu Prabowo untuk memperbaiki citranya sebagai pelanggar HAM. Tidak hanya sebagai tokoh yang besar di Orde Baru, seperti kata Rocky Gerung, Yusril dapat membantu Prabowo untuk menangani berbagai persoalan hukum.

Selama ini isu pelanggaran HAM Prabowo dibiarkan abu-abu sehingga terus hidup di tengah masyarakat. Harus ada sebuah pembelaan hukum yang jelas dan tegas untuk membuatnya menjadi hitam-putih. Sebagai pakar hukum, Yusril memiliki kapabilitas yang besar untuk itu.

Well, kita lihat saja bagaimana kelanjutannya. Jika benar-benar dipilih sebagai cawapres, mungkin itu lah yang menjadi pertimbangan Prabowo. Kita lihat saja. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...