Terdapat 28,7 persen pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters pada Pilpres 2024 menurut hasil survei Litbang Kompas pada 29 November-4 Desember 2023. Persentase ini tak berbeda jauh dari angka massa mengambang pada pilihan terhadap capres (tanpa pasangan) yang mencapai 24,9 persen. Menariknya, kebanyakan dari undecided voters adalah bekas pemilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019, sebagian lain adalah mereka yang tidak menggunakan haknya atau merahasiakan pilihannya pada pemilu lalu.
Tak terasa Pilpres 2024 tinggal menghitung hari. Dari berbagai survei elektabilitas yang ada, pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka jadi yang terdepan. Mereka unggul atas Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Namun, setidaknya dari mayoritas survei yang ada, perolehan suara Prabowo-Gibran ada di bawah angka 50 persen yang menjadi titik poin penentuan Pilpres kali ini bisa berlangsung dalam 1 putaran saja.
Menariknya lagi, survei dari Litbang Kompas beberapa waktu lalu juga menyebutkan bahwa angka masyarakat yang belum menunjukkan hak pilihnya alias para undecided voters masih mencapai 28,7 persen. Artinya, jumlahnya masih sangat besar dan bisa menentukan hasil akhir Pilpres.
Dalam situasi seperti ini, kelompok undecided voters dapat memainkan peran penting dalam menentukan hasil akhir Pilpres 2024. Peluang siapa yang paling mungkin mendapatkan dukungan kelompok ini masih sulit diprediksi karena kelompok ini belum menentukan pilihannya dan masih sangat rentan berubah pilihan.
Tentu pertanyaannya adalah bagaimana memaknai keberadaan kelompok ini dan apakah berbahaya jika kandidat tidak memperhitungkan strategi yang tepat?
Hantu Undecided Voters
Pemilihan presiden selalu menjadi momen krusial dalam kehidupan suatu negara. Keputusan para pemilih akan membentuk arah kebijakan dan visi negara untuk beberapa tahun ke depan. Salah satu kelompok pemilih yang seringkali menjadi fokus perhatian adalah undecided voters atau pemilih yang belum memutuskan pilihannya.
Undecided voters dapat didefinisikan sebagai pemilih yang tidak memiliki pilihan pasti atau masih ragu-ragu antara dua atau lebih kandidat. Kehadiran mereka dalam pemilihan presiden menjadi suatu dinamika yang menarik, karena mereka memiliki potensi besar untuk mengubah arah hasil akhir. Pemilihan presiden seringkali sangat ketat, dan suara dari kelompok undecided voters dapat menjadi penentu kemenangan atau kekalahan seorang kandidat.
Ahli politik dan peneliti seperti Dr. John Sides, seorang profesor ilmu politik di Universitas Vanderbilt, atau Dr. Lynn Vavreck, seorang profesor ilmu politik di Universitas California, Los Angeles (UCLA), telah melakukan penelitian yang relevan dengan dinamika pemilih yang belum pasti. Mereka dapat memberikan pandangan yang mendalam tentang cara para pemilih ini mempengaruhi proses pemilihan umum.
Pentingnya undecided voters dalam pemilihan telah menjadi bahan diskusi dalam literatur politik dan penelitian ilmiah. Banyak buku, makalah penelitian, dan artikel jurnal yang mencoba menjelaskan peran penting pemilih yang belum memutuskan ini dalam pengaruhnya terhadap hasil pemilihan. Para peneliti tersebut seringkali memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan sikap pemilih dan bagaimana kampanye politik dapat memengaruhi keputusan mereka.
Pertama-tama, perlu dipahami apa yang membuat seseorang menjadi undecided voter. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi ketidakpastian ini. Salah satunya adalah ketidakpuasan terhadap kandidat-kandidat yang ada. Mungkin mereka merasa bahwa tidak ada satu pun kandidat yang sepenuhnya mencerminkan nilai atau pandangan mereka. Oleh karena itu, mereka masih terbuka untuk menerima informasi lebih lanjut atau melihat perkembangan kampanye sebelum membuat keputusan akhir.
Selain itu, isu-isu politik dan peristiwa-peristiwa terkini juga dapat berperan besar dalam membuat seseorang menjadi undecided voter. Ketika terjadi perubahan signifikan dalam konteks politik atau adanya kontroversi yang mempengaruhi opini publik, pemilih mungkin merasa perlu untuk meninjau kembali pilihan mereka. Hal ini dapat terjadi pada saat debat kandidat, skandal politik, atau peristiwa global yang memicu pergeseran opini.
Keengganan untuk memilih berdasarkan afiliasi partai juga dapat menjadi alasan bagi seseorang untuk menjadi undecided voter. Beberapa pemilih mungkin merasa bahwa platform partai yang mereka dukung tidak lagi sesuai dengan nilai atau kebutuhan mereka. Oleh karena itu, mereka berada dalam posisi sulit di mana mereka harus mencari alternatif yang lebih sesuai dengan pandangan mereka.
Pentingnya undecided voters dalam menentukan hasil akhir pemilihan presiden terletak pada fakta bahwa mereka memiliki potensi untuk membalikkan keadaan. Para kandidat seringkali berusaha keras untuk memenangkan hati para undecided voters dengan strategi kampanye khusus. Ini bisa melibatkan penekanan pada isu-isu yang dianggap penting oleh kelompok ini, atau mencoba mengkomunikasikan bahwa kandidat mereka lebih mendekati nilai-nilai yang mereka yakini.
Salah satu cara untuk memenangkan hati undecided voters adalah dengan memberikan informasi yang jelas dan terperinci mengenai platform dan rencana aksi yang dimiliki oleh masing-masing kandidat. Banyak undecided voters cenderung mencari pemimpin yang memiliki visi yang jelas dan solusi konkret untuk mengatasi tantangan yang dihadapi negara. Oleh karena itu, kandidat yang mampu menyampaikan pesan mereka dengan jelas dan meyakinkan memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan dukungan dari kelompok ini.
Selain itu, kesan pribadi dan kepribadian kandidat juga memainkan peran penting dalam memikat hati undecided voters. Gaya berbicara, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk terhubung emosional dengan pemilih dapat menjadi faktor penentu. Kandidat yang dapat membangun koneksi pribadi dengan pemilih, termasuk undecided voters, cenderung lebih berhasil dalam meraih dukungan.
Peran media juga sangat signifikan dalam membentuk pandangan undecided voters. Media memiliki kekuatan untuk membentuk narasi dan memilih isu-isu yang akan mendapat perhatian publik. Oleh karena itu, kandidat yang mampu memanfaatkan media dengan baik, baik melalui wawancara, iklan, atau kampanye daring, dapat lebih efektif mencapai undecided voters.
Poin-poin tersebut penting untuk dicatat para kandidat, baik itu Prabowo-Gibran, Ganjar-Mahfud, maupun Anies-Cak Imin. Bagaimanapun juga jika dalam sisa waktu ini mereka tak berhasil menunjukkan gagasan yang menarik hati pemilih, bukan tidak mungkin posisi politik secara kesluruhan dan hasil akhir Pilpres bisa menjadi makin sulit diprediksi.
Bisa Ubah Hasil Akhir Pilpres 2024: Jokowi adalah Kunci?
Tidak salah untuk menyebut undecided voters bisa mengubah hasil akhir Plipres. Patut dicatat bahwa jika merujuk survei Litbang Kompas di awal tulisan, jumlah 28,7 persen suara yang belum menentukan pilihan itu akan sangat signifikan dampaknya.
Bagi Prabowo-Gibran, jika merujuk pada survei Litbang Kompas itu yang menyebut para undecided voters itu diidentifikasi mayoritas berasal dari para pemilih Jokowi-Ma’ruf Amin di 2019, maka dukungan Jokowi akan menjadi kunci. Bukan rahasia lagi jika Jokowi disebut-sebut cenderung memantapkan dukungannya untuk Prabowo-Gibran. Detail soal ini mungkin akan kita bahas di artikel selanjutnya.
Jika Jokowi – yang beberapa waktu terakhir ini sudah mulai menunjukkan roman-roman akan ikut membantu kampanye Prabowo-Gibran – terjun langsung, maka mimpi 1 putaran bisa saja akan terwujud.
Namun, Prabowo-Gibran tak boleh juga jemawa. Bagaimanapun juga, Ganjar-Mahfud dan Anies-Imin masih punya peluang yang sama untuk meraih kemenangan, minimal memaksa Pilpres berlanjut ke putaran ke-2. Jika ini yang terjadi, maka Prabowo-Gibran bisa saja akan kalah di putaran ke-2, apalagi bila kubu Ganjar dan Anies bisa membentuk koalisi baru.
Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)