HomeNalar Politik“Tugu Rakyat”, Simbol Protes Mahasiswa

“Tugu Rakyat”, Simbol Protes Mahasiswa

PinterPolitik.com

[dropcap size=big]R[/dropcap]atusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), Senin (22/5), memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, dengan melakukan aksi turun kejalan. Aksi ini dilakukan untuk mengkritisi pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla yang mereka anggap belum sesuai dengan janji Nawacita yang mereka usung saat kampanye.

“Hari ini, kita turun ke jalan sebagai simbol adanya keresahan di luar sana. Hari ini, kita turun ke jalan merupakan simbol adanya ketidakadilan di luar sana. Jangan sekali-kali kita mundur. Kita kepung istana!” ujar seorang orator yang berasal dari BEM Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Sementara lainnya, mengibarkan bendera dan membentangkan spanduk bertuliskan, “Melawan atau Tertawan, Bapak Jangan Cuma Diam” dan “Usut Tuntas Mafia e-KTP dan KPK.”

Aksi ini diikuti oleh 42 BEM yang terafiliasi dalam BEM Seluruh Indonesia. Sebagian besar BEM ini berasal dari pulau Jawa, seperti Amikom Yogyakarta, ITB, UI, IPB, UGM, PENS, ITB, ITS, UNS, Unnes, juga UNTAG Surabaya. Namun ada juga yang berasal dari Sumatera, seperti Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas, Universitas Bangka Belitung, Universitas Lampung, Politeknik Negeri Lampung, Universitas Sriwijaya, juga Universitas Bengkulu. Serikat buruh, seperti KSPI dan FSPMI, juga turut dalam aksi ini.

Rombongan mahasiswa ini memulai aksinya dengan berorasi di sekitar Patung Kuda, di jalan Medan Merdeka, Jakarta. Rencananya, mereka akan berjalan menuju Istana Negara. Namun aksi ini tertahan, karena diblokade oleh aparat kepolisian. Sehingga, akhirnya rombongan mahasiswa dan buruh memutuskan untuk berorasi di depan Kantor Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan. Saat demo buruh kala May Day lalu, aparat keamanan juga melakukan hal serupa. (Lihat juga: May Day, 121 Tahun Perjuangan)

Dalam aksinya, mahasiswa mengeluarkan pernyataan kritik terhadap pemerintahan Jokowi-JK berjuluk “Tujuh Gugatan Rakyat (Tugu Rakyat)”. Pernyataan tersebut terangkum dalam Kajian BEM SI “Tugu Rakyat” setebal 218 halaman, isinya berupa kajian mahasiswa terhadap kebijakan-kebijakan sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan yang diterapkan pemerintahan Jokowi-JK.

Baca juga :  Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

7 gugatan rakyat-01

Beberapa perwakilan mahasiswa ini, akhirnya diterima oleh pihak Istana di sore hari. Namun karena Jokowi tidak berada di tempat, perwakilan BEM SI ini bertemu dengan Deputi Bidang Koordinasi dan Pertahanan Negara. Pihak Istana menyatakan, mereka akan menyampaikan tuntutan ini kepada Presiden Jokowi.

Pekan lalu, dalam sebuah pidato di Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke XIX di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jokowi meminta agar mahasiswa mengarahkan energi ke gagasan yang besar seperti gagasan ekonomi untuk kesejahteraan bangsa.

“Saya terus terang sedih kalau setiap hari melihat orang demo, ribuan demo, ratusan ribu demo, energi kita habis hanya untuk itu. Belum lagi antar-kita yang saling menghujat, saling menjelekkan, saling fitnah, saling menolak. Ini tidak produktif, habis energi kita hanya untuk hal-hal seperti itu. Kita lupa bahwa kita ini adalah saudara,” ucap Jokowi, Selasa (16/5).

Bagi Jokowi, harusnya imajinasi dan mimpi anak-anak muda jangan hanya menjadi politisi. “(Mahasiswa) jangan semua main ke politik, arahkan energi itu sebagian besar ke gagasan-gagasan besar. Bermimpilah, misalnya ada yang jadi wiraswasta, entrepreneur. Entrepreneur kita baru 1,6 persen. Padahal negara yang baik itu seharusnya punya 5 persen entrepreneur,” tuturnya.

Menurut kabar yang disampaikan melalui akun facebook BEM Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (BEM REMA UPI), Jokowi sedang berada Istana Bogor. Kabar tersebut benar adanya, karena pada saat itu Jokowi sedang menyambut tamu kenegaraan, yaitu Raja Carl XVI Gustaf dari Swedia yang sedang berkunjung ke Indonesia. (H31)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Partai Gerindra di bawah komando Prabowo Subianto seolah sukses menguasai Pulau Jawa setelah tiga “mahapatih” mereka, yakni Andra Soni, Dedi Mulyadi, serta Ahmad Luthfi hampir dapat dipastikan menaklukkan Pilkada 2024 sebagai gubernur. Hal ini bisa saja menjadi permulaan kekuasaan lebih luas di Jawadwipa. Mengapa demikian?

Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Dengan kekalahan Ridwan Kamil dan Airin Rachmi Diany di Pilkada Serentak 2024. Mungkinkah Golkar akan semakin jatuh di bawah Bahlil Lahadalia?

Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

Hasil tidak memuaskan yang diperoleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) dalam versi quick count Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 (Pilgub Jakarta 2024) menjadi pertanyaan besar. Mengapa calon yang didukung koalisi besar tidak tampil dominan? 

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?

Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Endorse politik Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024 kepada kandidat PDIP, yakni Pramono Anung-Rano Karno justru dinilai bagai pedang bermata dua yang merugikan reputasinya sendiri dan PDIP di sisi lain. Mengapa demikian?

More Stories

Simpang Siur Suara Yusril

Heboh, kata Yusril, Jokowi sudah bisa digulingkan dari jabatan presidennya karena besarnya utang negara sudah melebihi batas yang ditentukan. Usut punya usut, pernyataan tersebut...

Elit Politik Di Balik Partai Syariah 212

Bermodal ikon '212', Partai Syariah 212 melaju ke gelanggang politik Indonesia. Apakah pembentukan partai ini murni ditujukan untuk menegakan Indonesia bersyariah ataukah hanya sekedar...

Blokir Medsos, Kunci Tangani Terorisme?

Kebijakan pemerintah memblokir Telegram menuai pujian dan kecaman. Beberapa pihak menilai, hal tersebut merupakan bentuk ketegasan pemerintah terhadap mereka yang turut memudahkan jaringan terorisme...