Kepada harian terbesar Jerman Süddeutsche Zeitung, Ebrahim mengatakan bahwa dia akan mengungkapkan semua hal tentang ISIS di pengadilan pekan ini. Dia menegaskan bahwa “ISIS tidak ada hubungannya dengan Islam.
PinterPolitik
[dropcap size=big]I[/dropcap]SIS ataupun gerakan serupa yang mengatasnamakan agama untuk memprovokasi umat menurut Muhammadiyah bukanlah ladang jihad bagi umat Islam. ISIS disebut sebagai gerakan politik, bukanlah gerakan keagamaan. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, juga menyebut ISIS bukanlah gerakan keagamaan, melainkan gerakan politik.
“Persoalan yang ada di Suriah, termasuk yang di Filipina, itu adalah persoalan politik. Itu bukan persoalan keagamaan. Itu bukan ladang jihad. Itu adalah persoalan politik yang memang sejak awal, ISIS pun gerakan politik, bukan gerakan keagamaan,” ujar Abdul Mu’ti saat menghadiri buka puasa bersama di kediaman Mendikbud Muhadjir Effendy, kawasan Widya Chandra, Senayan, Jakarta, Selasa (20/6).
Karena hal tersebut, Mu’ti pun mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak jelas. Dia pun menyarankan kepada masyarakat agar berjihad di tanah air sendiri, yang justru perlu mendapat banyak pertolongan. Panggilan jihad di dalam negeri menurutnya merupakan sesuatu yang sangat penting juga. Dia justru menyayangkan ke mereka yang terpropaganda jihad ke luar negeri tetapi justru pada kenyataannya hanya untuk bunuh diri dengan alasan yang tidak jelas.
Mengenai pergerakan ISIS di Indonesia, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan jumlah kelompok ISIS yang berada di Indonesia lebih banyak dibandingkan yang ada di Malaysia dan Filipina. Jumlah kelompok ISIS di Indonesia ada mencapai 29 kelompok. Sementara di Filipina ada 22 kelompok dan di Malaysia ada 12 kelompok ISIS.
Melihat Islam Dari Dalam ISIS
Indonesia memiliki “prestasi” sebagai negara yang paling banyak diserang oleh teroris. Bayangkan saja dalam rentang waktu 36 tahun (1980 – 2016) telah terjadi 39 aksi teror di Indonesia. Dari 39 aksi teror, dua kali diantaranya terjadi dalam masa pemerintahan Orba, sedangkan sisanya, 37 kali, terjadi di era reformasi (tahun 2000 – 2016).
Terdengar hampir sama dengan tujuan jaringan Al Qaeda yang dipimpin Osama Bin Laden. Pelaku aksi teror yang sedang “naik daun” yang bernama Islamic State of Iraq and Syria atau lebih dikenal dengan nama ISIS ini memiliki agenda politik yang jelas yaitu membuat negara Islam atau kekhalifahan Islam.
Mendengar tujuannya membuat orang – orang langsung berfikir bahwa ini adalah kelompok muslim. Bahkan dengan cara berprilaku, bergaul, berbusana, dan beribadah memang menunjukan bahwa ISIS ini seperti layaknya kelompok muslim. Tapi apakah benar ISIS itu termasuk aliran dalam Islam?
Bukti mencengangkan datang dari Perancis, di mana salah satu jurnalisnya yang juga seorang muslim berhasil menyusup dan berbaur dengan para simpatisan ISIS dalam jaringan teror bawah tanah di Paris. Dalam penyusupannya, ia juga mendokumentasikan semua kegiatan yang ada dengan kamera tersembunyi saat mereka merencanakan serangan atas nama ISIS.
Pada saat melakukan penyelidikan kepada para “Tentara Allah”, Jurnalis tersebut menyamarkan namanya menjadi Said Ramzi. Selama enam bulan dirinya berbaur dengan para kelompok militant tersebut. Dalam penyamarannya ada satu hal yang mengganggu pikirannya, dia beranggapan ISIS adalah sekumpulan kelompok Islam yang ingin membela agamanya, akan tetapi yang ditemukan ternyata hanyalah sekelompok pemuda yang tersesat, frustrasi, ingin bunuh diri, dan dengan mudah dimanipulasi dengan menanamkan istilah jihad di otaknya.
Jadi Ramzy heran juga kenapa ia tidak melihat adanya urusan Islam di dalam kelompok yang selalu berteriak membela islam ini. Jika mereka berteriak ingin merubah dunia ke arah yang lebih baik sudah dapat dipastika itu hanyalah omong kosong karena pada dasarnya mereka saja adalah kumpulan orang-orang yang tersesat dan sedang mencari sebuah pengakuan dalam strata sosial di masyarakat.
Kekecewaan Mantan Anggota ISIS
Tentunya masih ingat dalam ingatan tentang beberapa WNI yang kecewa karena keputusannya untuk hijrah ke Raqqa, sebuah nama kota di Suriah yang di mana daerah ini diklaim kelompok ISIS sebagai ibu kota negara Islam. Dalam kota tersebut diperkirakan ada 3.000 hingga 4.000 orang. jumlah milisi ISIS yang tinggal.
Adalah Nur dan Leefa, dua dari beberapa orang WNI yang merasa dibohongi oleh ISIS. Mereka mengira akan menuju surga duniawi bagi umat yang beriman. Tapi, Muslimah Indonesia ini kecewa karena propaganda ISIS yang dia lihat dan dengar selama ini terbukti bohong. Bayangan mereka dengan akan hidup dikelilingi para orang-orang dengan iman yang sejati dan semua hal indah serta damai hanyalah kebohongan belaka.
Mereka menceritakan sedikit demi sedikit ihwal bisa masuk ke Raqqa. ”Saat kami di Indonesia, kami nonton di Internet, Daulah Islamiyah adalah tempat tinggal, untuk menjadi seorang Muslim sejati. Saya memiliki masalah kesehatan, saya memerlukan operasi di leher saya dan ini sangat mahal di Indonesia. Tapi di Daesh (Daulah Islamiyah atau Daesh adalah nama Arab untuk ISIS) semuanya gratis, kami datang ke Daesh untuk menjadi seorang Muslim sejati dan (demi) kesehatan saya” kata Leefa.
Cerita Leefa bisa datang ke Raqqah dengan cara menjalin kontak dengan anggota ISIS di Suriah melalui Internet. Lalu anggota ISIS itu mengatakan kepadanya bahwa mereka yang dibawa ke Raqqa akan diganti uang tiketnya dan akan menikmati kehidupan yang baik. Tapi saat tiba, mereka menemukan situasinya sangat berbeda dari yang mereka harapkan. Leefa menemukan bahwa operasi medis yang dia butuhkan sama sekali tidak gratis, dan tidak diobati.
Kini Mereka berlindung di sebuah kamp untuk pengungsi di Ain Issa, 50km sebelah utara Raqqa. Mereka menanti nasib baru saat Pasukan Demokratik Suriah (SDF), pasukan oposisi yang didukung Amerika Serikat (AS) maju menyerbu benteng utama ISIS tersebut.
Berbeda dengan Nur dan Leefa, dua teroris yang dibekuk oleh densus 88 yaitu SM dan ATM pada Senin (19/6) lalu diklaim pernah ikut berperang dengan gerombolan ISIS di Suriah. SM mengakui kepergiannya ikut berperang bersama ISIS sebenarnya bukan sekadar ideologi melainkan keuntungan ekonomis.
SM mengaku, ia berangkat ke Suriah SM berangkat ke Suriah karena dijanjikan oleh ISIS mendapat gaji bulanan senilai jutaan rupiah. Namun janji tinggal lah janji, karena pada kenyataanya dia hanya mendapatnya uang Rp. 600.000 per bulannya.
Kelompok ISIS yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi selama ini sudah memakai banyak “jurus” untuk memburu calon anggota baru. Segala cara mereka tempuh, mulai dari menjual jargon hidup mulia atau mati syahid hingga menawarkan kehidupan bak surgawi.
Korban selanjutnya adalah Ebrahim B, pemuda 26 tahun dari Wolfsburg, Jerman. Ia bergabung dengan ISIS sekitar tahun 2014, saat itu dia harus menyerahkan paspor dan telepon genggamnya serta memilih akan menjadi tentara atau pengebom bunuh diri dan Ebrahim memilih yang kedua.
Namun seiring perjalanan, ia pun menyadari bahwa pilihannya tersebut salah dan kini setelah berhasil lolos dari penjara ISIS di Suriah. Kepada harian terbesar Jerman Süddeutsche Zeitung, Ebrahim mengatakan bahwa dia akan mengungkapkan semua hal tentang ISIS di pengadilan pekan ini. Dia menegaskan bahwa “ISIS tidak ada hubungannya dengan Islam.”
Ia mengaku bahwa selama ini ia ditipu dan dicuci otaknya oleh Yassin Ousaiffi, yang saat ini menjadi salah satu hakim ISIS di Suriah. Ebrahim sama seperti pemuda Jerman kebanyakan yang gabung dengan ISIS, yaitu pemuda biasa tanpa prestasi dan memiliki pengetahuan yang minim soal Islam sehingga mudah sekali dicuci otaknya.
Melihat kenyataan tersebut, sudah dapat dipastikan bahwa ISIS bukanlah bagian dari umat Islam. Mereka hanyalah kelompok orang yang berlindung dibalik nama Islam karena untuk menutupi faktor kepentingan politik didalamnya serta ada juga unsur mencari eksistensi dan pengakuan di mata masyarakat dunia dari setiap pergerakannya. (A15)