HomeNalar PolitikThomas Lembong Sebenarnya OP?

Thomas Lembong Sebenarnya OP?

Thomas Lembong yang kini menjadi co-captain di Timnas AMIN (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) mulai melancarkan kritik kepada pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Siapa sebenarnya Thomas Lembong?


PinterPolitik.com

Di sebuah dunia di mana kekuatan dan keajaiban menyala, legenda tentang makhluk-makhluk yang tiba-tiba muncul untuk mengubah arah nasib berkembang. 

Di tengah hiruk pikuk cerita-cerita yang melintasi zaman dan realitas, ada beberapa karakter fiktif yang berdiri sebagai simbol kekuatan yang tiba-tiba muncul dalam alur cerita.

Misalnya, di kegelapan Gotham, ketika keputusasaan menyergap, sinar lampu bat-signal memancar ke langit malam, memanggil seorang pahlawan. Tanpa suara, sosok berkelebat melintas dengan kostum gelapnya: Batman. 

Dengan seni bela dirinya, Batman akhirnya bisa melawan kejahatan di gelapnya jalanan Gotham. Bahkan, dia bisa dibilang menjadi disruptor bagi dunia kriminal Gotham.

Bukan hanya Batman, sejumlah karakter serupa juga sering kali muncul secara tiba-tiba. Dalam peradaban modern, ketika dimensi berbenturan dan waktu berlipat, seorang dokter dengan jubah merah menghadapi kekacauan yang tidak terbayangkan: Doctor Strange, Sang Penyihir Agung. 

Dengan keahliannya dalam seni ilmu hitam, dia memutar kemungkinan, menjembatani jurang antara dunia-dunia yang berbeda. Inipun terlihat dalam sejumlah film Marvel Cinematic Universe (MCU) yang mana tiba-tiba Strange muncul memberikan solusi.

Mungkin, karakter yang muncul tiba-tiba dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 Universe kali ini adalah Thomas Lembong. Setelah tidak lagi menjabat sebagai menteri di pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), Thomas baru-baru ini melayangkan kritik terhadap pemerintah selaku co-captain dari Timnas AMIN (Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin).

Soal kebijakan hilirisasi nikel, misalnya, Thomas menilai bahwa pemerintah tidak mempertimbangkan situasi pasar. Produsen-produsen mobil listrik seperti Tesla dan Ford disebut sudah tidak lagi menggunakan baterai berbahan nikel.

Di sisi lain, Thomas juga mengkritik proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang dinilai sepi peminat. Bahkan, Thomas juga menyebut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia hanya “omong kosong”.

Baca juga :  Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Siapakah sebenarnya Thomas Lembong? Mengapa kemunculan Thomas bisa saja menjadi efek kejut bagi para peserta Pilpres 2024?

image 2

Mengenal Thomas Lembong

Thomas tidak tiba-tiba muncul dalam peran-peran pemerintahan; sebelumnya, ia aktif di bidang investasi dan keuangan. Dilahirkan di Jakarta pada 4 Maret 1971, orangtuanya adalah Dr. T. Yohanes Lembong dan Yetty Lembong. Pada usia dini, ia pindah ke Jerman dengan ayahnya yang sedang menempuh studi pada tahun 1974.

Di Jerman, Thomas mengenyam pendidikan dasar selama tujuh tahun hingga tahun 1981, menjadikannya fasih berbahasa Jerman. Meskipun begitu, masa tinggalnya di Indonesia singkat. Pada masa sekolah menengah, ia pindah ke Boston, Amerika Serikat (AS).

Thomas melanjutkan pendidikan tinggi di Harvard University, menyelesaikan studi arsitektur dan tata kota pada tahun 2008. Setelah itu, karirnya bersinar di sektor keuangan dan investasi, bekerja di perusahaan-perusahaan ternama seperti Farindo Investments, Deutsche Bank, dan Morgan Stanley.

Selain itu, ia mendirikan Quvat Management, sebuah perusahaan investasi yang terkenal karena investasinya dalam bisnis bioskop Blitz yang menjadi pesaing Cineplex 21 di Indonesia. 

Rekam jejaknya yang gemilang di bidang finansial dan investasi membawanya masuk ke dunia pemerintahan. Pada tahun 2015, ia diangkat menjadi Menteri Perdagangan oleh Jokowi, kemudian menjabat sebagai Kepala BKPM dari tahun 2016 hingga 2019.

Setelah tidak lagi menjabat di pemerintahan nasional, Thomas bergabung dengan pemerintahan daerah Anies di Jakarta. Pada tahun 2021, ia diangkat sebagai komut perusahaan daerah Ancol milik Pemprov DKI Jakarta.

Pertanyaannya, mengapa peran Thomas menjadi krusial bagi Anies dalam langkah politiknya ke depan? Apakah ini strategi Anies untuk membangun karier politiknya secara global?

Thomas Lembong Pasti Jadi Menteri?

Thomas Lembong memiliki sejumlah kualifikasi yang membuatnya cocok untuk menjadi menteri di masa mendatang, terutama dalam konteks keahliannya di bidang finansial, investasi, dan pengalaman pemerintahan sebelumnya. 

Baca juga :  Prabowo and The Nation of Conglomerates

Keberhasilannya di sektor investasi dan finansial telah memberinya wawasan yang mendalam mengenai ekonomi serta keterampilan manajerial yang diperlukan untuk mengelola aspek ekonomi suatu negara.

Dalam konteks modal politik, Thomas Lembong memiliki modal yang signifikan. Menurut teori modal politik, modal tersebut terdiri dari tiga dimensi utama: modal fisik, modal manusia, dan modal sosial. 

Dalam hal ini, pengalaman Thomas dalam berbagai perusahaan finansial ternama, pendidikan tinggi dari Harvard University, dan koneksi-koneksi yang ia bangun di dunia bisnis dan politik merupakan contoh modal fisik, manusia, dan sosial yang sangat berharga.

Modal fisik merujuk pada kekayaan dan sumber daya material yang dimiliki seseorang. Thomas Lembong telah membuktikan keberhasilannya di sektor finansial dengan kiprahnya di perusahaan-perusahaan investasi ternama. 

Modal manusia meliputi pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan latar belakang pendidikan di Harvard University serta pengalaman kerja yang luas, Thomas memiliki pengetahuan mendalam di bidang ekonomi dan investasi yang sangat penting bagi seorang menteri.

Selain itu, modal sosial, yaitu jaringan hubungan dan koneksi, juga sangat penting dalam politik. Thomas memiliki koneksi yang luas di dunia bisnis dan politik, yang dapat membantu dalam menghadapi tantangan politik yang kompleks di masa mendatang.

Modal politik yang kuat dapat membantu seseorang meraih posisi politik yang penting. Dalam hal ini, Thomas Lembong dengan pengalaman dan kapasitasnya dalam bidang ekonomi dan koneksi yang luas merupakan kandidat yang layak untuk menjadi menteri di masa mendatang.

Namun, ini semua kembali ke pilihan Thomas nantinya. Apalagi, dinamika dalam kontestasi Pilpres 2024, dinamika masih akan terus terjadi – entah siapa yang menang nantinya. (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?