HomeNalar PolitikSwing dan Undecided Voters Lari Ke Sini?

Swing dan Undecided Voters Lari Ke Sini?

Keberadaan swing voters dan undecided voters tak bisa dipandang sebelah mata dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti. Dengan jumlah yang cukup signifikan, sejauh mana para kandidat, terutama calon presiden (capres) dan calon wakil presiden cawapres (cawapres) dapat meyakinkan kelompok itu agar menambah elektoral mereka?


PinterPolitik.com

Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, berbagai lembaga survei telah merilis berbagai hasil survei terkait elektabilitas para kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

Ada hal menarik terkait dengan berbagai hasil survei yang telah dirilis, salah satunya terkait masih tingginya angka pemilik suara di pilpres nanti yang masih belum secara pasti menentukan pilihan mereka, atau bahkan belum memutuskan sama sekali pilihannya.

Dua kelompok pemilih itu sering disebut sebagai swing voters dan undecided voters. Swing voters adalah kelompok pemilih yang tidak memiliki afiliasi politik yang konsisten dan bisa berubah-ubah dalam mendukung kandidat atau partai politik.

Swing voters ini menjadi kelompok yang sulit untuk diprediksi pilihannya karena mereka tidak memiliki fanatisme terhadap salah satu afiliasi politik.

infografis haruskah kita percaya lembaga survei

Mereka cenderung berpindah dukungan dari satu kandidat ke kandidat lain dari satu pemilihan ke pemilihan berikutnya.

Alasannya bisa bervariasi, mulai dari kebijakan yang diusulkan, isu-isu tertentu, hingga performa kandidat dalam debat atau kontroversi yang muncul.

Sementara itu, kelompok lainnya adalah undecided voters yang berarti kelompok yang belum membuat keputusan dalam pemilihan.

Mereka mungkin belum mempertimbangkan secara mendalam isu-isu yang berkaitan dengan pemilihan, atau mereka bisa juga merasa bahwa pilihan yang ada tidak cukup memenuhi kebutuhan atau keyakinan mereka.

Berdasarkan data survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia (IPI) periode Agustus hingga September 2023 menunjukkan jika 67,9 persen responden menyatakan tidak akan merubah keputusan mereka jelang pilpres nanti.

Namun, sebanyak 30,5 persen responden menyatakan masih mungkin akan mengubah pilihannya dalam pilpres nanti.

Angka ini tergolong masih cukup tinggi untuk menggambarkan pemilih yang masih bisa mengubah keputusannya.

Sedangkan, untuk kelompok undecided voters dari hasil survei yang dirilis oleh Litbang Kompas periode 27 Juli-7 Agustus 2023 memperlihatkan jika didominasi oleh kelompok pemilih tua 42,1 persen dari 27,9 persen responden yang masih belum menyatakan pilihannya dalam pilpres.

Baca juga :  Poltracking: Genderang Perang Lembaga Survei

Lantas, mengapa angka swing voters dan undecided voters jelang Pilpres 2024 nanti masih cukup tinggi?

Hanya Faktor Keraguan?

Berdasarkan hasil survei yang sudah dijelaskan sebelumnya, angka swing voters dan undecided voters masih ada diangka yang cukup tinggi, yakni diatas 20 persen.

Burhanuddin Muhtadi dalam bukunya yang berjudul Perang Bintang: Konstelasi dan Prediksi Pemilu dan Pilpres menyatakan tingginya angka swing voters dan undecided voters ini terjadi karena adanya perubahan dalam perilaku memilih pemilih Indonesia.

Perubahan itu, perilaku pemilih di Indonesia sebelumnya berbasis aliran (ideologi partai politik) ke arah berbasis pada figur individu. Party ID atau identifikasi terhadap partai politik makin lama cenderung makin menurun.

Dengan tergolong tingginya angka itu membuat segala kemungkinan dalam Pilpres 2024 masih bisa terjadi. Bukan tidak mungkin, hasil survei elektabilitas capres-cawapres akan berbeda hasilnya dengan hasil perhitungan suara langsung nantinya.

Boleh jadi, hal itu nantinya dipengaruhi oleh suara dari swing voters dan undecided voters yang akan menetapkan pilihannya kepada salah satu kandidat.

Namun, Kristjen B. Lundberg dan B. Keith Payne dalam jurnal yang berjudul Decisions among the Undecided: Implicit Attitudes Predict Future Voting Behavior of Undecided Voters menjelaskan hal berbeda.

Mereka menjelaskan jika, para kelompok undecided voters ini sejatinya bukan sama sekali belum menentukan pilihan mereka dalam sebuah kontestasi elektoral. Kelompok ini sebenarnya sudah menentukan pilihan mereka sudah dari beberapa bulan sebelumnya.

Hal itu bisa dilihat dari sikap implisit para pemilih ketika berbicara tentang para kandidat. Jadi, hal itu sebenarnya sudah bisa diprediksi ketika para surveyor lembaga survei melakukan survei.

Kondisi yang terjadi pada undecided voters ini diklaim serupa dengan apa yang dialami oleh para swing voters.

Singkatnya, kedua kelompok ini hanya mengalami keraguan dalam dirinya terhadap salah satu kandidat, bukan tidak mempunyai pilihan sama sekali, bahkan kecil kemungkinan untuk merubah pilihannya sejak awal.

Baca juga :  Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Lalu, apa yang kiranya harus dilakukan para kandidat agar dapat meyakinkan kelompok swing voters dan undecided voters ini?

gonjang ganjing integritas lembaga survei

Totalitas Saat Debat?

Para kandidat capres dan cawapres kini mempunyai tugas lainnya selain menguatkan pendukungnya di akar rumput, mereka juga harus meyakinkan para swing voters dan undecided voters dalam pilpres nanti.

Siti Witianti dan Ratnia Solihah dalam jurnalnya yang berjudul The Influence of Public Debate on the Political Preference of Communities in the Presidential Election in 2019 menjelaskan dalam Pilpres 2019 lalu, debat publik adalah cara paling efektif untuk membentuk opini publik, sekaligus meyakinkan para pemilih.

Opini masyarakat ini muncul karena debat publik penting yang kemudian berdampak pada perubahan jumlah swing voter dan undecided voter. Serta, juga akan berdampak pada perolehan suara dari masing-masing calon.

Berdasarkan apa yang dijelaskan diatas, maka tampaknya cara yang tepat dilakukan oleh para capres-cawapres untuk meyakinkan para swing voters dan undecided voters adalah saat debat publik.

Dalam debat nanti ada beberapa hal yang harus dilakukan, pertama, para kandidat harus dapat mengkomunikasikan rencana, visi, dan kebijakan dengan cara yang mudah dipahami dan relevan bagi kebutuhan pemilih potensial.

Kedua, mampu menyesuaikan fokus dan perhatian terhadap isu-isu yang sedang beredar atau menjadi perhatian utama swing voters dan undecided voters tersebut.

Terakhir, ketiga, mampu menyesuaikan fokus dan perhatian terhadap isu-isu yang sedang beredar atau menjadi perhatian utama swing voters dan undecided voters.

Swing voters dan undecided voters memiliki peran penting dalam pemilihan umum. Suara mereka dapat merubah prediksi yang selama ini terjadi.

Mengenali faktor yang mempengaruhi mereka, serta menerapkan strategi yang tepat untuk memenangkan hati kedua kelompok ini dapat menjadi kunci keberhasilan.

Hal itu agar para kandidat dalam memperoleh dukungan yang dibutuhkan untuk memenangkan pilpres.

Menarik untuk ditunggu, pasangan kandidat mana yang dapat meyakinkan para swing voters dan undecided voters ini. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Dengarkan artikel ini: Dibuat dengan menggunakan AI. Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok...

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?