The majority? finally someone is getting up to speak for the majority, …
And we are not going to be silent any longer
– Deborah Johns
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]S[/dropcap]idang vonis dua tahun Ahok mendorong para pendukung Ahok untuk bertindak dan bangkit demi keutuhan bangsa, yaitu melalui aksi seribu lilin dan demonstrasi yang dilakukan di berbagai tempat di Indonesia, contohnya di Jakarta, Bandung, Surabaya, Tapanuli Utara, Danau Toba, bahkan sampai di luar negeri seperti Amerika Serikat, Belanda, Kanada, Australia, Inggris, Taiwan, serta di Eropa Timur seperti Finlandia dan Belgia. Mereka inilah yang disebut dengan Silent Majority atau Suara Mayoritas yang jarang berbicara, namun sebenarnya memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan. Meskipun untuk mencapai perubahan keadaan tersebut, diperlukan perjuangan yang sangat besar. Silent Majority Ahok adalah salah satu contoh perjuangan ini. Diusir dan dibubarkan, serta mendapat perlawanan, inilah suka duka para Silent Majority Ahok.
Silent Majority, Mengakar dalam sejarah dan Penyokong Perubahan
Silent Majority, sebuah kata benda yang memiliki makna yang berhubungan dengan kelompok besar masyarakat atau demografi politik, yang mempunyai pandangan sosial dan politik yang tidak atau belum dikeluarkan, namun memiliki kemampuan untuk dapat mengubah suara atau social behaviour atau sikap sosial. Dari penjelasan ini, tampak bahwa silent majority sebagai upaya untuk mendorong masyarakat melakukan sesuatu demi perubahan.
Di dalam sejarah perpolitikan Amerika Serikat sendiri misalnya, silent majority digunakan untuk menggalang suara, contohnya pada penggalangan suara bagi Presiden Nixon untuk meloloskan perang atas nama ‘kedamaian’ di Vietnam tahun 1969 dan pada pemilu Presiden Amerika Serikat 2016 yang memenangkan Donald Trump, yang dikenal juga sebagai pilihan kaum populis. Di dalam kasus Trump ini, silent majority yang dimaksud warga Amerika Serikat kelas menengah yang terlupakan selama masa pemerintahan Mantan Presiden Obama, yaitu orang-orang yang secara ekonomi tidak berkecukupan dan membutuhkan lapangan pekerjaan. Orang-orang inilah yang berhasil diambil hatinya oleh Trump dengan janji bahwa mereka akan diberikan akses pada lapangan pekerjaan.
Rupanya tidak hanya di Amerika Serikat, peran silent majority juga berlaku di Indonesia. Mengutip pernyataan Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Rikwanto, mereka berperan terutama untuk kepedulian terhadap kondisi bangsa ini, yaitu untuk meluruskannya, mengembalikannya ke arah kebhinekaan, keberagaman, saling menghormati dan menghargai perbedaan, serta bersama sama menciptakan kedamaian.
Berbagai alasan inilah yang secara sadar maupun tidak sadar mendorong para silent majority bergerak melawan ketidakadilan, terutama berkaitan erat dengan menjunjung keberagaman dan melawan intoleransi itu sendiri, terutama untuk mereka yang mendukung Ahok.
Silent Majority Indonesia
Ahok divonis dipenjara dua tahun, silent majority Indonesia bangkit bergerak untuk melawan tirani, terutama melihat ketidakadilan atas vonis hukuman dua tahun Ahok. Dari segala penjuru Indonesia, media menulis dan mendokumentasikan gerakan 1000 lilin ini. Contohnya di Sorong, Papua Barat, aksi solidaritas untuk Ahok digelar di lapangan hoki sekitar pukul 19.00 hingga 22.00 WIT. Tak hanya menyalakan lilin, sebagian peserta aksi membentangkan spanduk bertuliskan tuntutan kepada pengadilan untuk membebaskan Ahok dari hukuman penjara pada kasus penodaan agama.
“Aksi ini bertujuan mengingatkan pemerintah dan seluruh masyarakat bahwa penegakan hukum harus adil dan tidak memecah persatuan dan kesatuan,” kata panitia aksi, Demy, seperti dilansir Antara.
Aksi aksi solidaritas serupa berlangsung di Lapangan Merdeka, Medan, Sumatra Utara. Ribuan peserta aksi menyanyikan beberapa lagu nasional, antara lain Garuda Pancasila, Gugur Bunga, Halo-halo Bandung, dan Padamu Negeri.
Anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDIP Brilian Moktar mengatakan, aksi itu berawal dari ajakan yang beredar di media sosial. “Rata-rata, yang menyampaikan dukungan itu kalangan muda,” ujarnya.
Di Tugu Soekarno, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ribuan orang berkumpul dalam acara bertajuk refleksi kebangsaan. Koordinator aksi, Rano Rahma, menyebut kegiatan itu merupakan bentuk keprihatinan mereka atas kondisi sosial bangsa saat ini.
“Ini adalah malam keprihatinan kami atas kondisi bangsa yang mulai terkoyak-koyak,” tuturnya. Meski secara eksplisit aksi itu tak digelar untuk Ahok, beberapa peserta terlihat membawa atribut yang bertuliskan tuntutan pembebasan Ahok.
“Saya mengikuti aksi ini dalam rangka memberikan dukungan moral terhadap Ahok. Selain itu agar seluruh warga Indonesia tetap menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan tanpa rasisme dan sentimen agama,” kata Destanto, peserta aksi.
Di kota Surabaya, aksi 1.000 lilin sebagai dukungan untuk Ahok dilakukan dengan yang massa yang berpakaian warna merah, sambil membawa lilin menyala, memenuhi ruas jalan di sekitar kompleks Tugu Pahlawan. Arus lalu lintas di Jalan Pahlawan depan kantor Gubernur Jawa Timur awalnya masih dapat bergerak. Namun, massa semakin lama semakin membeludak, sehingga membuat arus lalu lintas ditutup.
Sambil membawa lilin, massa menyanyikan lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’ dan lagu wajib nasional, seperti ‘Bagimu Negeri’. Selain itu, massa meneriakkan yel-yel ‘Bebaskan Ahok sekarang juga’.
Aksi menyalakan lilin ini berlangsung sekitar 1,5 jam. Meski aksi menyalakan lilin bersama dan bernyanyi usai, sebagian massa masih bertahan di lokasi.
Di luar negeri, silent majority Ahok ternyata juga tidak kalah bergerak cepat seperti di Indonesia. Di Australia contohnya, aksi mendukung Ahok ini digelar di beberapa kota, di antaranya, Sydney, Canberra, Perth, Melbourne, dan Adelaide. Di Ibu Kota Australia, Canberra, aksi dipusatkan di Queen Elizabeth Terrace-Lake Burley Griffin’s Foreshore. Aktivitas tersebut diberi nama ‘Aksi Solidaritas untuk Keadilan Indonesia’ yang dilaksanakan pada 14 Mei 2017.
Sementara di Sydney, acara yang diberi nama Justice for Ahok diadakan pada hari Minggu, 14 Mei 2017 dengan titik kumpul Sydney Opera House. Kegiatan tersebut dimulai pukul 16.00 waktu setempat.
Menurut salah seorang peserta, Didy Setyawan, aksi tersebut dilatarbelakangi kepedulian atas kondisi di Tanah Air, terutama setelah Ahok divonis penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
Dalam pandangannya, vonis yang dijatuhkan hakim tidak adil. Hal itulah yang menjadi dasar penggerak aksi dukung Ahok di Sydney, Australia. “Kami merasa prihatin dengan kondisi hukum di Indonesia khususnya kasus pengadilan Pak Ahok yang menurut kami jauh dari prinsip keadilan,” ucap Didy
“Kami sendiri mengikuti sidang Pak Ahok yang sudah lebih dari 20-an kali. Itulah kenapa saya mengajak rekan-rekan yang lain untuk mengekspresikan kekecewaan dan kesedihan kami melalui aksi Justice for Ahok,” jelas Didy.
Di benua Eropa, terutama di Belanda, aksi mendukung Ahok diadakan di Damrak, Amsterdam, Sabtu, 13 Mei 2017. Selain Amsterdam, aksi juga dilaksanakan di Groningen, Den Haag, dan Utrecht. Di Groningen, aksi telah dilangsungkan pada 12 Mei 2017. Dua kota lainnya Den Haag dan Utrecht berlangsung pada tanggal yang sama, yaitu Minggu, 14 Mei 2017.
Berikut di bawah ini cuitan salah dari aksi mendukung Ahok tersebut di Sydney, Australia
Suka Duka Silent Majority di Pangkal Pinang
Para Silent Majority di Pangkal Pinang mungkin tidak menghadapi penolakan dan pengusiran di dalam memperjuangkan suara mereka untuk Ahok, namun Satuan Intelkam Polres Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, memastikan acara seribu lilin untuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Alun-Alun Taman Merdeka, Kamis (11/5/2017) malam dibatalkan.
“Acara tersebut dipastikan akan dibatalkan karena menimbang beberapa hal, salah satunya menjaga kondisi yang kondusif yang sudah terjaga selama ini di Bangka Belitung,” ujar Kapolres Pangkalpinang, AKBP Heru Budi Prasetyo.
Adi mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendekatan kepada koordinator acara agar menghentikan acara tersebut agar tidak menimbulkan gejolak.
“Kita semua di Bangka Belitung ini bersaudara, baik itu Melayu, Cina (Tionghoa) maupun suku lainnya. Jangan sampai menimbulkan gesekan SARA di Bangka Belitung yang sudah aman ini. Alhamdulillah pihak penyelenggara mendengarkan arahan kami dan menghentikan acara ini,” ujarnya.
Dia mengatakan, pihaknya langsung melakukan reaksi cepat deteksi dini ketika melihat postingan acara seribu lilin untuk Ahok tersebut sudah heboh di media sosial. “Ketika mendengar adanya acara itu, kami langsung melakukan reaksi cepat deteksi dini. Kami langsung melakukan koordinasi kepada pihak yang merasa bertanggung jawab dan mereka mematuhi imbauan kami,” katanya.
Suka Duka Silent Majority di Ambon
Pergerakan Silent Majority di Kota Ambon dapat dapat dikatakan sebagai gerakan melawan otoritas karena mengingat bahwa gerakan seribu lilin di Ambon sudah dilarang oleh Polres Pulau Ambon, karena dikhawatirkan akan berdampak pada kondisi daerah. Namun kondisi itu tidak menyurutkan niat ribuan warga untuk datang ke Lapangan Merdeka.
“Saya juga dapat imbauan larangan dari kepolisian melalui WA katanya ada larangan aksi 1.000 lilin untuk Ahok di Ambon, tapi saya tetap datang saja, karena semua teman juga datang,” ujar Stevy salah seorang warga Batu Gantung.
Acara ini diadakan pada hari Sabtu (13/5/2017) malam dan dipusatkan di Lapangan Merdeka Ambon ini dihadiri ribuan warga dari berbagai penjuru di kota itu. Warga yang datang ke lokasi tersebut lalu menyalakan lilin sambil menuntut agar Ahok dibebaskan.
“Penegakkan hukum harus dilakukan secara adil, bebaskan Ahok sekarang juga,” kata salah seorang pria yang memegang alat pengeras disambut yel-yel ribuan warga lainnya.
Dalam aksi itu ribuan warga yang memadati kawasan tersebut juga ikut menyanyikan sejumlah lagu kebangsaan seperti lagu Indonesia Raya, Sorak-Sorak Bergembira, dan sejumlah lagu kebangsaan lainnya.
Aksi 1.000 lilin untuk Ahok di Kota Ambon ini tidak dikoordinasi oleh organisasi atau komunitas manapun. Warga mendatangi aksi 1.000 lilin untuk Ahok di lapangan merdeka setelah mereka mendapat pesan berantai berupa undangan melalui media sosial.
Martin mengaku dia sengaja datang ke Lapangan Merdeka untuk mengikuti aksi tersebut karena merasa terpanggil. Baginya Ahok telah diperlakukan secara tidak adil.
”Ini panggilan jiwa, kami melihat ada kejanggalan dalam vonis terhadap pak Ahok, jadi kami datang kesini sebagai bentuk rasa simpati terhadap Ahok,” ujarnya.
Suka Duka Silent Majority di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok
Para Silent Majority yang berkumpul membawa lilin di Mako Brimob atau lebih tepatnya Ahokers terpaksa harus menelan pil pahit karena diminta secara halus oleh Ahok sendiri untuk membubarkan diri dari Mako Brimob untuk menjaga ketenangan serta agar ruang tahanannya tidak dipindahkan lagi ke tempat lain, terutama ke luar kota.
Melalui handy talky (HT), Ahok menyatakan kepada para pendukungnya hari Kamis (11/05/2017), untuk pergi dari sana dengan alasan bahwa mereka berada di wilayah Depok dan apabila mereka tetap ribut, maka Ahok kemungkinan akan dipindahkan lagi.
Sebelum di Mako Brimob, Ahok ditahan di Rumah Tahanan Cipinang. Dia dipindahkan dengan alasan banyak warga yang memadati Rutan Cipinang, sehingga menimbulkan kemacetan di wilayah sekitar.
Ahok juga meminta para pendukungnya untuk bubar demi menjaga ketenangan masyarakat sekitar.
“Ini kan markas Brimob, Markas Brimob butuh ketenangan. Warga tinggal di sini. Ini kan juga wilayah Depok, supaya wilayah ini aman saya mohon kalau bisa ini dibubarkan,” kata Ahok.
Suka Duka Silent Majority di Pantai Losari, Makassar
Para Silent Majority di Pantai Losari, Makassar mengalami duka dan derita karena dukungan mereka pada Ahok dibubarkan paksa oleh puluhan orang beratribut FPI di Anjungan Pantai Losari Makassar, ratusan peserta aksi 1.000 lilin untuk Ahok akhirnya pindah di halaman RS Stellamaris, Sabtu (13/5/2017) malam.
Mereka menggelar aksi 1.000 lilin untuk Ahok atas vonis hukuman 2 tahun penjara.
Dari Anjungan Pantai Losari, ratusan orang masuk ke halaman RS Stellamaris. Sementara kelompok yang menolak aksi tersebut berupaya menerobos puluhan Brimob bertameng dan pentungan yang berjaga di depan pintu pagar.
Sambil membakar lilin, peserta aksi 1000 lilin menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Adapun kelompok penolak terus berupaya menerobos petugas keamanan sambil teriak-teriak “Ini Makassar, Bukan Jakarta,” teriak mereka.
Sesekali lemparan terlihat dari luar halaman RS Stellamaris ke arah massa aksi 1.000 lilin.
Namun lemparan-lemparan dari luar Jl. Penghibur ke halaman RS Stellamaris tidak dihiraukan.
Suka Duka Silent Majority di Kota Tebing Tinggi Sumatra Utara
Perlakuan yang sama juga terjadi pada silent majority di Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara. Mereka menghadapi penolakan yang bahkan lebih kejam dibandingkan mereka di Pantai Losari, Makassar dalam usaha mereka untuk memperjuangkan vonis bebas untuk Ahok.
Penolakan ini terjadi ketika ratusan warga dari berbagai kalangan yang menyatakan dirinya sebagai pendukung Ahok, menggelar aksi solidaritas 1000 lilin di Lapangan Sri Mersing Kota Tebing Tinggi, Sabtu (13/5/2017).
Warga mulai memadati lapangan lapangan itu sejak pukul 19.45 Wib dengan menyalakan lilin sebagai bentuk simpati dan dukungan terhadap Ahok sekaligus berdaulat untuk menjaga keutuhan bangsa dan NKRI.
Selain berteriak ‘bebaskan Ahok’, warga juga menyanyikan lagu-lagu kebangsaan seperti lagu Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Maju tak Gentar dan lagu Rayuan Pulau Kelapa. Bersamaan, anggota Organisasi Masyarakat (Ormas) dari Front Pembela Islam (FPI) Kota Tebing Tinggi berjumlah kurang lebih sekitar 30 orang juga turut berorasi di Tugu 13 Desember, tak jauh dari lapangan Sri Mersing.
Dalam orasinya, massa FPI merasa kecolongan dan menolak diadakannya aksi solidaritas para pendukung Ahok tersebut serta meminta kepada Polres Tebing Tinggi untuk membubarkan massa lantaran aksinya tak memiliki ijin.
Selain menyatakan siap mati sahid untuk mempertahankan NKRI, massa FPI Tebing Tinggi juga menyatakan tak akan membubarkan diri jika pihak kepolisian tidak membubarkan aksi solidaritas tersebut.
Usai menyampaikan orasinya, massa FPI Tebing Tinggi kemudian mendatangi kerumunan warga dan berusaha untuk membubarkan aksi. “Aksi ini tak punya ijin, tolong semuanya bubar atau kami bubarkan paksa,” teriak Muslim Istiqomah, pimpinan FPI Kota Tebing Tinggi.
Guna mencegah bentrok, puluhan personel kepolisian berusaha melakukan tindakan persuasif dengan meminta peserta aksi membubarkan diri dan meninggalkan lokasi. Sadar aksinya ilegal, pukul 20.00 Wib, massa pendukung Ahok kemudian bersedia membubarkan diri setelah beberapa personil dari Polres Tebing Tinggi memberi penjelasan kepada warga.
Usai mendengarkan penjelasan dari Personil Sat Intelkam Polres Tebing Tinggi kepada massa FPI Tebing Tinggi bahwa kegiatan tidak akan dilanjutkan, pukul 22.30 Wib, massa FPI pun kemudian membubarkan diri dari Tugu 13 Desember dan menuju Masjid Raya Tebing Tinggi.
Suka Duka Silent Majority di Kota Medan
Meskipun menghadapi penolakan untuk melakukan gerakan 1.000 lilin di Medan, terutama mengenai masalah perizinan, setidaknya silent majority di Kota Medan tidak mengalami kekerasan dan penolakan keras seperti layaknya di Sumatera Utara dan Makassar. Polisi membubarkan aksi seribu lilin sebagai dukungan untuk Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Lapangan Merdeka, Kota Medan.
Pembubaran aksi simpatik untuk Ahok tersebut di seputaran Lapangan Merdeka, Jalan Balai Kota, Medan diketahui tidak memiliki izin.”Sesuai undang-undang yang berlaku bagi siapa saja yang ingin menyampaikan aspirasi harusnya memberikan pemberitahuan tiga hari sebelum aksi,” ungkap Wakil Kapolsekta Medan Barat, AKP Martualesi Sitepu, lewat pelantang suara, Kamis (11/5/2017) sore.
Mendengar penuturan Martualesi, massa yang mengenakan pakaian serba hitam marah. Mereka menyoraki Martualesi yang berdiri di tengah kerumunan massa.
“Kami imbau sekali lagi, kepada saudara-saudara sekalian untuk bubar. Mohon jangan menutup akses masuk (ke Lapangan Merdeka),” ungkap dia. Meski dibubarkan jumlah massa semakin bertambah. Menurut informasi massa yang hadir datang dari berbagai kota seperti Binjai, Tebingtinggi dan Deliserdang.
Menurut kalian, dapatkah silent majority Indonesia mengubah keputusan vonis Ahok menjadi bebas?
(Berbagai Sumber/N30)