HomeNalar PolitikStrategi Ahok Curi Simpati

Strategi Ahok Curi Simpati

Orang-orang yang kurang paham mengenai strategi Play Victim, tidak jarang tertipu mentah-mentah oleh isu atau berita yang disebarkan para pelaku Play Victim. Pelaku Play Victim memang memanfaatkan kebodohan orang lain yang mau tertipu olehnya.


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]P[/dropcap]engadilan Negeri Jakarta Utara kembali menggelar sidang lanjutan perkara dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Gedung Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan. Sidang ke-16 ini merupakan kesempatan terakhir tim penasihat hukum terdakwa menghadirkan saksi dan ahli. Sebanyak tujuh ahli akan dihadirkan hari ini dalam persidangan.

Melihat kasus yang menimpa Ahok, Budayawan Mohamad Sobary menilai kasus yang menimpa Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bukanlah penistaan agama. Menurut dia, Ahok hanyalah korban dari keserakahan politik.

Beberapa hari lalu, Ahok – Djarot sempat disindir kubu Anies – Sandi perihal perubahan foto Djarot pada surat suara, di mana Djarot menggunakan peci dalam foto tersebut. Hal tersebut menuai spekulasi bahwa foto Djarot dengan menggunakan peci adalah salah satu cara pasangan calon nomor dua ini untuk membendung isu SARA yang masih kuat menyerang pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur ini. Namun Djarot membantah anggapan tersebut, ia mengatakan bahwa peci adalah simbol nasional yang dipopulerkan oleh Presiden RI pertama, yaitu Bung Karno

“Saya malah heran kok yang satu enggak pakai ya? Kalau memang ini lambang kebangsaan harusnya pakai dong,” ujar pasangan calon nomor tiga yang terkenal dengan slogannya “coblos pecinya” dalam Pilkada ini, Anies Baswedan saat ditemui di gedung Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (24/3)

Di tempat terpisah, Sandiaga pun mengomentari perubahan foto Djarot tersebut, “Musti cari tagline baru tapi ya. Jadi kita angkat itu (peci) di putaran pertama dan alhamdulillah Pak Djarot terinspirasi,” ujar Sandiaga saat mengunjungi Gifted School Cugenang, Angkrong, Cianjur, Kamis (23/3).

Ahok memang seperti pasrah dengan serangan – serangan politik yang menusuk dirinya, bahkan di hadapan para guru non-PNS yang hadir dalam acara deklarasi forum guru non-PNS untuk Ahok- Djarot di Posko Rumah Badja, di Jalan Talang, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3) ia menyampaikan pernyataan yang pesimis terkait pertarungannya di Pilkada DKI Jakarta ini.

“Kita enggak jadi gubernur itu urusan Tuhan. Walaupun kita berusaha. Kalau kata orang Islam man jadda wa jadda, semua urusan Tuhan. Bukannya tidak semangat, kita hanya berusaha, saya selalu berdoa seperti itu. Kalau Tuhan pengen saya jadi pejabat, saya akan kerjakan semaksimal saya. Kalau Tuhan tidak pilih saya pun, saya bersyukur ” kata Ahok.

Strategi Play Victim

Selama Pilkada, pasangan nomor urut dua ini memang selalu menjadi sasaran utama untuk diserang oleh para lawan politiknya. Melihat hal tersebut, Ahok – Djarot pun seakan hanya bisa pasrah tanpa perlawanan. Selain Ahok, perlakuan tidak mengenakan pun dirasakan oleh Djarot, di mana ia diancam hingga di usir saat datang ke acara Haul Soeharto di Masjid AT-Tin dan masih banyak lagi serangan lainnya yang ditujukan kepada pasangan calon nomor urut dua ini. Namun dari sikapnya, Ahok bersama tim pemenangannya sudah memperlihatkan indikasi menggunakan strategi Play Victim.

Play Victim adalah memainkan peran seolah-olah dirinya sebagai orang yang paling menderita dimuka bumi, sehingga dia akan dengan mudah

Baca juga :  Ironi Lumpuhnya Pasukan Perdamaian PBB
foto: google

mendapatkan simpati orang lain yang kasihan sama dia. Dalam buku Psikolog asal Amerika George K Simon, In Sheep`s Clothing, strategi ini bertujuan untuk memanipulasi pikiran dan mengarahkan opini orang lain. Cara ini dinilai efektif karena setiap orang tak ingin melihat orang lain menderita agar tidak merasa bersalah terhadap diri sendiri.

Tujuan melakukan Play Victim adalah lebih pada mengarahkan opini masyarakat agar menyalahkan seseorang atau suatu kelompok yang seakan-akan (seseorang atau kelompok) itu yang menjadi penyebab dibalik semua kemalangan si pelaku Play Victim, situasi ini membuat seakan-akan pelaku Play Victim ini orang baik yang tertindas oleh orang jahat.

Orang-orang yang kurang paham mengenai strategi Play Victim, tidak jarang tertipu mentah-mentah oleh isu atau berita yang disebarkan. Pelaku Play Victim memang memanfaatkan kebodohan orang lain yang mau tertipu olehnya. Pelaku Play Victim banyak menggunakan media sebagai alat penyebar isu ini. Lebih-lebih di masa kini, media sosial dan aplikasi pesan menjadi alat ampuh bagi mereka untuk melakukan aksi tersebut.

Hal tersebut seakan tergambar dari pola politik Ahok. Dengan bertindak sebagai korban, Ahok memposisikan diri sebagai pihak yang paling dirugikan. Dengan kata lain, Ahok dituntut harus bisa menunjukkan bahwa status tersangka-nya itu merupakan akibat dari peristiwa lain. Ahok juga harus bisa menyentuh pikiran masyarakat bahwa dia merupakan korban dari kasus dugaan penistaan agama ini. Serta Ahok harus mempelihatkan bahwa dia adalah pihak yang paling dirugikan.

Seperti contohnya dalam kasus penistaan agama terkait surat Al – Maidah ayat 51 ini, Ahok menyanggah jika ia telah menistakan agama islam, karena dia  sangat menghargai agama islam terlebih ia (katanya) memiliki keluarga angkat dengan ajaran islam yang taat. Hal tersebut diperkuat dengan foto – foto yang menyebar di dunia maya antara dirinya dan keluarga angkatnya yang muslim

Strategi Ahok Curi Simpati
Foto: Google

Kini hasil dari permainan Ahok pun menuai hasil, di mana ia mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat. Salah satunya adalah Budayawan yang juga mantan Pemimpin Umum KBN Antara, Mohamad Sobary, ia mengatakan bahwa kasus yang menimpa Ahok ini bukanlah kasus penistaan agama, ia berpendapat bahwa Ahok hanyalah korban dari keserakahan politik.

“Mereka yang justru menistakan Islam secara nyata, tapi Ahok yang dituduh berbuat begitu. Ini ketidakadilan di atas ketidakadilan,” ujar Shobary, melalui keterangan tertulisnya, Rabu (29/3).

Baca juga :  Luhut ke Mana?

Ini jelas seperti drama politik, mudah sekali membaca realitas itu sebagai stimulator untuk merangsang simpati publik. Sasarannya jelas, muslim kaum miskin kota yang merasa simpati dan kasihan dengannya, di mana kelompok ini memiliki suara mayoritas di masyarakat.

Dukungan Untuk Ahok Dari Netizen

Foto: PinterPolitik – K12

Sepertinya permainan Play Victim Ahok menuai hasil, ketika dukungan untuk dirinya makin bertambah. Seperti yang terjadi pada hari ini Rabu, 29 Maret 2017 di mana hashtag #FREEAHOK menempati posisi trending topic nomor dua terbanyak di Twitter.

Menurut DR Iswandi Syahputra, Pengamat Media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kubu pro Ahok – Djarot memang diketahui memiliki banyak robot-robot virtual yang bisa digerakkan secara otomatis untuk mengangkat sebuah topik perbincangan di media sosial menjadi viral.

Cara tersebut pun selalu ampuh, hal ini dikarenakan jumlah penggunan media sosial di Indonesia jumpahnya sangat banyak sehingga mampu membuat sebuah berita menjadi viral. Berbagai dukungan pun hadir di twitter yang bertujuan untuk medukung Ahok di sidang kasus penistaan agama yang berlangsung hari ini. Berikut beberapa dukungan tersebut,


“Bagaimana Mungkin Menistakan Agama, Justru Ahok yang Mengajari Saya Sedekah #FREEAHOK” – @nurulokta1012


“Bismillah,semangat pak @basuki_btp …Ingatlah: Hanya pohon yang berbuah manis yang selalu dilempari batu #FreeAhok #FreeAhok #FreeAhok” – @VeyWiniy


“Sudah dua kiai besar Rois Syuriah NU jadi saksi meringankan untuk Ahok. Entoh begitu, para bebal masih bilang dia menista. #FreeAhok”@saidiman


Pelaku Play Victim Di Indonesia

Strategi Play Victim bukan baru ini saja dimainkan oleh para elit politik Indonesia. Selain Ahok, tokoh lain yang menggunakan strategi ini adalah Joko Widodo atau biasa disebut Jokowi. Pada kampanye pilpres lalu, Jokowi seakan – akan menjadi sasaran utama serangan politik. Strategi tersebut sukses membuat Jokowi seolah-olah menjadi orang yang teraniaya dengan segala macam fitnah dengan tujuan untuk mendapatkan empati dari masyarakat Indonesia dan hasilnya, Jokowi dapat dengan mudah melenggangkan kakinya menuju kursi presiden Republik Indonesia.

Dengan kekuatan permainan manipulasi psikologi yang dilakukan Ahok ini, apakah ia dapat untuk mengalahkan pesaingnya dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 dan membawanya kembali menduduki kursi DKI 1? Berikan pendapatmu. (A15)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

Prabowo, the Game-master President?

Di awal kepresidenannya, Prabowo aktif menggembleng Kabinet Merah Putih. Apakah Prabowo kini berperan sebagai the game-master president?

Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Sejumlah pihak berpandangan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan lebih proteksionis. Seberapa besar kemungkinannya kecurigaan itu terjadi? 

More Stories

Bukti Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”

PinterPolitik.com mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 72 Tahun, mari kita usung kerja bersama untuk memajukan bangsa ini  

Sejarah Mega Korupsi BLBI

KPK kembali membuka kasus BLBI yang merugikan negara sebanyak 640 Triliun Rupiah setelah lama tidak terdengar kabarnya. Lalu, bagaimana sebetulnya awal mula kasus BLBI...

Mempertanyakan Komnas HAM?

Komnas HAM akan berusia 24 tahun pada bulan Juli 2017. Namun, kinerja lembaga ini masih sangat jauh dari harapan. Bahkan desakan untuk membubarkan lembaga...