HomeNalar PolitikSetya Novanto Kenapa Hilang Lagi?

Setya Novanto Kenapa Hilang Lagi?

Kecil Besar

Kemarin vertigo, sekarang jantung, sakit kok ya nanggung-nanggung?


PinterPolitik.com 

 

[dropcap size=big]P[/dropcap]ublik kembali gonjang – ganjing ketika tahu Bung Setya kembali masuk rumah sakit di pemeriksaan KPK kedua. Ketua DPR yang juga ketua Umum Golkar itu kabarnya harus menjalani katerisasi jantung. Waduh, apaan tuh?

Dengan katerisasi jantung, itu berarti jantung Bung Setya harus dipasang mur, eh maksudnya cincin atau ring sebab katanya, ada gejala disfungsi pada jantungnya. Nah, dengan adanya cincin atau ring di jantung, kelainan jantung bisa cepat, mudah dideteksi dan ditangani. Wah, kedengarannya berat ya?

Ah, enggak juga tuh, ternyata pasang ring di jantung itu tak seseram kelihatannya. Prosesnya cuma butuh waktu paling lama satu jam. Pagi hari dipasang, sore sudah bisa caw dan melakukan aktifitas normal.

Nggak percaya? Coba tengok Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga pasang ring jantung dua tahun lalu. Di usianya yang sepuh, Jusuf Kalla melakukan katerisasi sebab khawatir adanya penyumbatan pembuluh darah. Bahkan JK yang punya riwayat jantung lebih kompleks daripada Bung Setya, masih sempat datang ke acara bedah buku di Universitas Indonesia sebelum pemasangan ring.

foto: istimewa

Nah, kalau begitu, ngapain aja Bung Setya berhari-hari di rumah sakit?

Ya, barangkali ketahanan fisik JK beda dengan Setya sehingga lelaki kelahiran Bandung ini lebih ringkih dan sering jatuh sakit, terutama semenjak namanya diseret KPK dalam kasus e-KTP. Kita tak ada yang tahu pasti.

Namun tetap saja aneh, sebab bagi seseorang yang kabarnya memiliki ilmu kanuragan sakti dari Madura, belot lecen, mestinya segala sakit tak mudah datang. Sebab ia selicin belut. Ilmu itu pula, mestinya juga membuat Bung Setya tak mudah tersentuh penyakit dan belenggu kasus korupsi yang menghadang.

Baca juga :  It is Gibran Time?

Simak saja akrobatnya dua tahun terakhir ini. Dia  jadi satu-satunya politisi (ketua DPR pula) yang tersandung kasus serius soal saham Freeport, lalu lolos dari jerat pidana, menjadi ketua umum partainya dan kembali jadi Ketua DPR lagi. Belum nafas lega, dia kembali tersandung kasus mega korupsi e-KTP dan resmi berstatus tersangka. Nah, apa yang bisa melindunginya sejauh itu selain ilmu belot lecen-nya?

Sungguh jika Lionel Messi dan Suarez melihat comeback yang dilakukan Setnov seorang diri, mereka pasti akan geleng-geleng kepala. Ketika Setya kembali menghilang di pertemuan ketiga proses pengadilan KPK atas alasan sakit, tentu kita semua yang juga akan geleng-geleng kepala. (A27)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

Jangan Remehkan Golput

Golput menjadi momok, padahal mampu melahirkan harapan politik baru. PinterPolitik.com Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 tunai sudah. Kini giliran analisis hingga euforia yang tersisa dan...

Laki-Laki Takut Kuota Gender?

Berbeda dengan anggota DPR perempuan, anggota DPR laki-laki ternyata lebih skeptis terhadap kebijakan kuota gender 30% untuk perempuan. PinterPolitik.com Ella S. Prihatini menemukan sebuah fakta menarik...

Menjadi Pragmatis Bersama Prabowo

Mendorong rakyat menerima sogokan politik di masa Pilkada? Prabowo ajak rakyat menyeleweng? PinterPolitik.com Dalam pidato berdurasi 12 menit lebih beberapa menit, Prabowo sukses memancing berbagai respon....