Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengajak sopir angkot jurusan Tanah Abang ikut program Ok Otrip. Apakah ini akan membantu atau malah menggembosi pendapatan para sopir angkot?
PinterPolitik.com
[dropcap]F[/dropcap]enomena soal kemacetan di Jakarta bukan lagi cerita baru. Hal tersebut telah menjadi bagian dari potret keseharian masyarakat ibu kota. Salah satu daerah yang dianggap rawan kemacetan adalah daerah Tanah Abang.
Tanah Abang, oh Tanah Abang, surga bagi para pemburu pakaian murah. Nggak percaya? Coba aja jalan-jalan ke sana. Namun, sayang seribu sayang untuk sampai ke sana kita harus rela bermacet ria di jalanan.
Sebenarnya apa yang menyebabkan kemacetan di sana? Angkot maupun pejalan kaki yang hilir mudik tiada henti atau karena kehadiran pada pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang jalan tersebut? Hm, au ah ucing ala uwe, mikirinnya.
Kata Wagub DKI Sandiaga Uno sih karena kehadiran para pejalan kaki. Ow, masa sih, Pak? Lalu bagaimana dengan angkot dan para Pe-Ka-El?
Pemerintah DKI kemudian melarang angkot untuk melintas di sana. Hal ini menyebabkan para sopir angkot melakukan protes bahkan melakukan aksi demonstrasi di depan kantor gubernur. Rute angkot pun mengalami perubahan. Dengan alasan agar kesemrawutan Tanah Abang bisa diminimalisir.
Tapi, kok para Pe-Ka-El nggak diapa-apain ya. Aneh bin ajaib. Apakah Anies dan Sandi ‘mengistimewakan’ para Pe-Ka-El? Entahlah. Semoga aja nggak begitu ya.
Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah DKI mengeluarkan program One Karcis One Trip (Ok Otrip). Program ini dinilai bertujuan untuk menghemat ongkos transportasi. Katanya cukup dengan lima ribu perak aja, kita bisa jalan ke mana aja. Asalkan nggak lewat dari tenggang waktu 3 jam perjalanan.
Yaahh….hilang dah pendapat lebih yang biasa didapat sopir angkot.
— Rizieq Iblis (@muslimsampit) January 22, 2018
Hm, mungkin untuk jalanan sepi sih nggak masalah. Tapi, apakah masih efektif untuk jalanan yang macet dengan tenggang waktu demikian? Au ah, semua terserah Pak Anies dan Sandi deh. Saya mah apa atuh. Kita liat aja deh, apakah bakal efektif untuk mengurai kemacetan kota Jakarta dan mampu mengangkat taraf hidup para sopir angkot atau malah makin dipersulit? (K-32)