HomeNalar PolitikRUU Pemilu Molor Lagi

RUU Pemilu Molor Lagi

Kecil Besar

Pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) Pemilu yang kini tengah dibahas DPR kemungkinan besar akan mundur lagi pengesahannya. Mengapa sampai berlarut-larut?


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]W[/dropcap]alau penyelenggaraannya masih dua tahun lagi, namun tahapan Pemilu 2019 sebenarnya sudah harus dimulai Juni tahun ini. Sayangnya hingga kini, pembahasannya belum juga selesai. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman, DPR dan pemerintah diharapkan bisa segera mengesahkan RUU Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Menurut Arief, KPU akan menghadapi banyak masalah bila pengesahan aturan dasar pemilihan umum itu tidak kunjung terbit. “Waktu persiapan tahapan bagi kami semakin mepet,” katanya di DPR, Selasa, (25/4).

Ia menilai, timnya membutuhkan waktu untuk mempersiapkan aturan teknis pelaksanaan UU Penyelenggaraan Pemilu yang akan menjadi acuan dasar pemilihan presiden pada April 2019. Apalagi semestinya aturan itu sudah disahkan pada tahun lalu, tapi hingga kini masih belum kunjung beres. (Baca: Cegah Politik Uang Lewat UU Pemilu)

Di sisi lain, Panitia Khusus (Pansus) RUU Penyelenggaraan Pemilu dikabarkan meminta penundaan pembahasan hingga akhir Mei 2017. Padahal sebelumnya RUU tersebut ditargetkan selesai 28 April nanti. Seorang sumber di parlemen mengatakan, penundaan ini terpaksa dilakukan karena masih ada sekitar 555 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dari total 3.055 isu yang belum rampung dibahas.

 

“Kita mau tambah masa sidang lagi, jadi diselesaikan pertengahan sampai akhir Mei. Itupun dengan catatan, jika perdebatan antarfraksi tak alot. Tapi jujur, kami pun tak yakin,” katanya di Gedung Parlemen, Selasa (24/4) malam. Ia menjelaskan, Pansus sebenarnya optimistis dapat menyelesaikan pembahasan 555 DIM itu dalam jangka waktu dua minggu ke depan.

Baca juga :  The Game: PDIP Shakes the Cabinet?

“Alasannya, Pansus enggan terburu-buru menyelesaikannya. RUU ini harus komprehensif, sebab menggabungkan 3 UU dalam satu aturan. Sementara Pansus ingin memastikan UU bisa lebih baik, jadi tidak hanya cepat selesai. Apalagi tiga UU yang digabungkan ini menyangkut nasib partai-partai yang ada di parlemen,” jelasnya.

Permohonan penambahan waktu ini juga akan dimanfaatkan untuk melakukan dialog antarfraksi. Pasalnya, substansi RUU yang sedang dibahas lebih banyak mengenai partai politik, khususnya di DPR. “Kami juga perlu waktu untuk melakukan dialog, tidak hanya dengan pemerintah tapi juga faksi-fraksi yang ada di parlemen,” katanya.

Salah satu sebab molornya pembahasan ini, lanjutnya, tak sekedar akibat banyaknya jumlah DIM, tapi juga sikap parpol yang belum bisa menerima kesepakatan ambang batas parlemen (parliamentary threshold), serta waktu untuk melakukan lobi-lobi.

Sementara Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyayangkan lambannya pengesahan RUU ini. Menurut dia, dampak keterlambatan itu bukan hanya dirasakan KPU selaku penyelenggara, tapi juga masyarakat dan calon peserta pemilu. sSetelah aturan teknis terbentuk, masyarakat juga perlu waktu untuk memahami aturan baru itu. (Suara Pembaruan/R24)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Kongres, Mengapa Megawati Diam Saja?

Dengarkan artikel ini. Audio ini dibuat dengan teknologi AI. Kongres ke-6 PDIP disinyalir kembali tertunda setelah sebelumnya direncanakan akan digelar Bulan April. Mungkinkah ada strategi...

Di Balik Kisah Jokowi dan Hercules?

Tamu istimewa Joko Widodo (Jokowi) itu bernama Rosario de Marshall atau yang biasa dikenal dengan Hercules. Saat menyambangi kediaman Jokowi di Solo, kiranya terdapat beberapa makna yang cukup menarik untuk dikuak dan mungkin saja menjadi variabel dinamika sosial, politik, dan pemerintahan.

Prabowo dan Strategi “Cari Musuh”

Presiden Prabowo bertemu dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Senin (7/4) kemarin. Mengapa Prabowo juga perlu "cari musuh"?

Hegemoni Dunia dan Misteri “Three Kingdoms” 

Di dalam studi politik internasional, perdebatan soal sistem seperti unipolarisme, bipolarisme, dan multipolarisme jadi topik yang memicu perbincangan tanpa akhir. Namun, jika melihat sejarah, sistem hegemoni seperti apa yang umumnya dibentuk manusia? 

The Game: PDIP Shakes the Cabinet?

Pertemuan Prabowo dan Megawati menyisakan tanda tanya dan sejuta spekulasi, utamanya terkait peluang partai banteng PDIP diajak bergabung ke koalisi pemerintah.

Saga Para Business-Statesman

Tak lagi seputar dikotomi berlatarbelakang sipil vs militer, pengusaha sukses yang “telah selesai dengan dirinya sendiri” lalu terjun ke politik dinilai lebih ideal untuk mengampu jabatan politis serta menjadi pejabat publik. Mengapa demikian?

Yassierli, PHK, dan Kegagalan Menteri Dosen

Gelombang PHK massal terjadi di banyak tempat. Namun, Menaker Yassierli tampak 'tak berkutik' meski punya segudang kajian sebagai dosen.

Titiek Puspa: ‘Pinnacle’ Nyanyian Soeharto?

Penyanyi legendaris, Titiek Puspa, yang meninggal dunia pada Kamis (10/3) kemarin kerap disebut "penyanyi Istana." Mengapa demikian?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...