HomeNalar PolitikRidwan Kamil Mampu Wujudkan Food Security?

Ridwan Kamil Mampu Wujudkan Food Security?

Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi sektor pertanian Indonesia saat ini. Program Petani Milenial yang digagas Ridwan Kamil jika dikolaborasikan dengan program food estate pemerintah pusat dinilai mampu mewujudkan food security Indonesia.


PinterPolitik.com

Belum lama ini pemerintah India mengeluarkan peraturan melarang ekspor beras yang mulai berlaku pada Kamis (20/7) lalu dengan alasan untuk mengamankan cadangan beras dalam negeri mereka.

Selain India, pemerintah Vietnam kabarnya juga akan mengurangi jatah ekspor beras sebesar 44 persen yang mulai berlaku pada 2030 nanti.

Peraturan itu dinilai dapat mengancam pasokan beras Indonesia. Menurut data, kedua negara merupakan tiga besar pemasok beras impor terbesar Indonesia pada tahun 2022 lalu.

Di tengah ancaman semacam itu, jelas dibutuhkan kebijakan konkret pemerintah dalam sektor pertanian untuk mencegah kelangkaan pangan.

Program Petani Milenial gagasan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dinilai sebagai salah satu cara konkret menanggulangi permasalahan sektor pertanian di Indonesia.

Minimnya partisipasi generasi muda Indonesia dalam sektor pertanian kiranya menjadi salah satu masalah sektor pertanian di Indonesia.

beras akan langka di indonesia

Menurut data yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), hanya 29 persen petani yang berusia 45 tahun ke bawah, sedangkan 71 persen lainnya berusia di atas 45 tahun.

Dengan minimnya partisipasi dan minat generasi muda dalam sektor pertanian juga membuat pengaplikasian teknologi dalam pertanian menjadi terhambat.

Kurangnya dukungan dan sosialisasi terkait program pertanian dari pemerintah tampaknya menjadi salah satu penyebab banyaknya generasi muda enggan untuk menjadi petani.

Ridwan Kamil yang sadar akan permasalahan itu kemudian mencanangkan program Petani Milenial untuk menarik generasi muda berkarier dalam bidang pertanian.

Program ini menjadi terobosan baru bagi sektor pertanian di Indonesia untuk memecahkan masalah kurangnya regenerasi sumber daya manusia (SDM) yang ikut mengembangkan pertanian.

Sejauh ini, kiranya memang baru Ridwan Kamil kepala daerah yang tampaknya concern akan permasalahan keikutsertaan anak muda di bidang pertanian.

Lantas, apakah program Ridwan Kamil dapat menjadi jawaban?

Minim Perhatian Pemerintah?

Sektor pertanian sejatinya sangat berpotensi untuk menyerap tenaga kerja Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja dalam sektor pertanian.

Penurunan ini cukup memprihatinkan bagi sektor pertanian karena ketahanan pangan nasional bertumpu pada sektor ini.

Ketahanan pangan (food security) menurut Food and Agriculture Organization (FAO) memiliki empat dimensi, yakni ketersediaan yang cukup (availability), akses terhadap pangan (access), pemanfaatan pangan yang tepat (utilization), dan stabilitas stok dan harga pangan (stability).

Baca juga :  Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Sementara menurut C. Peter Timmer dalam tulisannya yang berjudul Food Security in Indonesia: Current Challenges and Long-Run Outlook menjelaskan food security adalah konsep yang tidak pasti.

Namun, konsep ini mempunyai kekuatan secara emosional karena kelaparan, kekurangan bahan makanan, hingga lonjakan harga pangan dapat menggerakkan massa “melakukan sesuatu”.

Seorang pakar demografi dan ekonom politik asal Inggris Thomas Robert Malthus dalam bukunya yang berjudul Essay on Population meyatakan bahwa pertumbuhan pangan bagaikan deret hitung dan pertumbuhan penduduk bagai deret ukur.

Sederhananya, pertambahan penduduk akan jauh lebih cepat dari penambahan bahan makanan. Akibatnya, akan terjadi defisit antara jumlah penduduk dan ketersediaan bahan pangan.

Melihat permasalahan ini, konsep food security yang direncanakan pemerintah Indonesia sebenarnya sudah tertanam dalam rangkaian kekuatan politik, ekonomi, dan teknologi.

Masalahnya, implementasi dari kebijakan itu masih butuh penyempurnaan, perhatian, serta kebijakan khusus di luar sekadar untuk mengentaskan kemiskinan.

Salah satu masalah yang masih butuh perhatian khusus oleh pemerintah Indonesia adalah regenerasi petani.

Della Ayu Anandita dan Kinanti Zukhrufijannah Patria dalam publikasinya yang berjudul Agriculture Challenges: Decline of Farmers and Farmland menjelaskan selain masalah kesejahteraan, meningkatnya alih fungsi lahan, kurangnya pendidikan dan teknologi membuat generasi muda tidak tertarik pada bidang pertanian.

Permasalahan ini membuat banyak generasi muda yang memilih untuk berkarier di luar sektor pertanian meskipun dia adalah seorang anak petani.

Bahkan, beberapa dari mereka memilih untuk menjual lahan untuk modal bekerja atau berusaha di bidang lain.

Dalam permasalahan ini dibutuhkan kehadiran pemerintah untuk menjembatani lewat program yang dapat menarik anak muda ke sektor pertanian.

Sulitnya regenerasi petani di Indonesia juga berkaitan dengan stereotip di masyarakat, yakni pertanian adalah bidang pekerjaan laki-laki, dan petani adalah profesi yang identik dengan kemiskinan.

Selain itu, para generasi muda juga mengalami perubahan persepsi seiring arus modernisasi. Modernisasi berpengaruh terhadap mobilitas generasi muda pedesaan melalui fenomena migrasi ke perkotaan yang menyebabkan ditinggalkannya pertanian di pedesaan.

Pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat harus bersinergi mengatasi masalah ini agar program food security Indonesia dapat berjalan dengan baik.

Selama ini, kebijakan pemerintah dalam sektor pertanian tampaknya hanya berorientasi pada hasil produksi, tapi tidak berorientasi pada proses produksi yang di dalamnya termasuk regenerasi petani.

Meskipun masih jauh dari kata sempurna, program Petani Milenial di Jabar kiranya dapat menjadi tonggak untuk pemerintah melakukan regenerasi petani dalam mewujudkan program food security.

Dengan program ini, bertambahnya kuantitas petani yang didukung dengan pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dengan tepat, bukan tidak mungkin juga akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas hasil pertanian.

Baca juga :  PKS Keok…

Lalu, apa yang membuat petani milenial menjadi salah satu solusi dari program food security?

infografis ridwan kamil makin melesat

Milenial adalah Solusi?

Permasalahan minimnya generasi muda yang berkecimpung dalam sektor pertanian bukan hanya dialami oleh Indonesia. Berbagai negara juga menghadapi masalah serupa karena para generasi muda lebih memilih untuk berpindah dan bekerja di kota.

Dengan munculnya permasalahan itu, kini juga berbagai negara di dunia mulai mendorong generasi muda untuk mulai menjadi petani. Setidaknya di Eropa dan Amerika Utara gerakan dukungan kepada young farmers mulai bergairah kembali.

Dukungan dilakukan mulai dari edukasi petani pemula dan dukungan pinjaman serta sistem pengelolaan tanah yang dipermudah.

Di Indonesia, percepatan regenerasi petani dilakukan diantaranya dengan memperbanyak dukungan.

Diantaranya perbaikan persepsi orang tua mengenai status ekonomi petani, penyuluhan terkait produksi dan distribusi hasil pertanian, hingga dukungan ekonomi berupa bantuan-bantuan dari pemerintah.

Salah satu contoh program pemerintah yang mendukung percepatan regenerasi petani adalah program Petani Milenial di Jabar yang digagas Ridwan Kamil.

Program bertujuan sebagai upaya pemulihan perekonomian masyarakat di bidang pertanian, menumbuhkan semangat kewirausahaan, meningkatkan produksi pangan, menanggulangi pengangguran, dan memajukan budidaya pertanian Jabar.

Para peserta pun mendapatkan berbagai fasilitas unggulan untuk mendorong produktivitas hasil pertanian seperti pelatihan, stimulus pertanian, pemasaran, sertifikasi, dan pendanaan dari pemerintah daerah.

Dengan berbagai fasilitas itu, para generasi muda diharapkan dapat memajukan sektor pertanian Indonesia dengan memanfaatkan teknologi.

Seperti yang diketahui, generasi milenial adalah generasi yang menggunakan internet atau sosial media dalam kehidupan sehari-hari.

Kebiasaan semacam itu yang kiranya juga diharapkan untuk diterapkan oleh para petani milenial untuk mendukung keberhasilan program pertanian.

Petani milenial memiliki beragam tujuan dalam pemanfaatan media sosial di antaranya adalah untuk memperoleh dan berbagi pengetahuan serta ide terkait berwirausaha pertanian.

Selain itu pemanfaatan media sosial juga bisa untuk memperoleh dan berbagi informasi terkait akses modal dan sarana produksi, dan terutama mempromosikan serta memasarkan atau menjual produk wirausaha pertaniannya.

Dengan begitu para petani milenial ini diharapkan memutus kebiasaan petani tradisional yang menjual hasil panen mereka kepada tengkulak.

Dengan dipangkasnya jalur distribusi itu, diharapkan stabilitas harga tetap terjaga dan kesejahteraan petani dapat benar-benar dirasakan.

Jika itu dapat terwujud maka program petani milenial gagasan Ridwan Kamil dapat menjadi program pendukung tercapainya ketahanan pangan atau food security di Indonesia. (S83)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Ketua DPR, Golkar Lebih Pantas? 

Persaingan dua partai politik (parpol) legendaris di antara Partai Golkar dan PDIP dalam memperebutkan kursi Ketua DPR RI mulai “memanas”. Meskipun secara aturan PDIP paling berhak, tapi beberapa pihak menilai Partai Golkar lebih pantas untuk posisi itu. Mengapa demikian?

Anies “Alat” PKS Kuasai Jakarta?

Diusulkannya nama Anies Baswedan sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta oleh PKS memunculkan spekulasi jika calon presiden (capres) nomor urut satu ini hanya menjadi “alat” untuk PKS mendominasi Jakarta. Benarkah demikian?

Pemilu 2024, Netralitas Jokowi “Diusik” PBB? 

Dalam sidang Komite Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, anggota komite Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait lolosnya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto. Lalu, apa yang bisa dimaknai dari hal itu?