HomeHeadlineRidwan Kamil, Kunci Golkar 2029?

Ridwan Kamil, Kunci Golkar 2029?

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Golkar masih menimbang-nimbang soal kemungkinan Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil untuk maju di Pilkada Jakarta atau Pilkada Jawa Barat. Mengapa Golkar begitu berhati-hati soal langkah politik ini?


PinterPolitik.com

“Time to plan, strategize, my family’s gotta eat” – 2Pac, “Unconditional Love” (1998)

Pada tahun 1998, penyanyi rap (rapper) asal Amerika Serikat (AS) bernama 2Pac merilis sebuah single berjudul “Unconditional Love”. 2Pac merasa terdorong atas nilai-nilai cinta dan kasih sayang tak bersyarat yang akhirnya dituangkannya dalam baris-baris kata.

Ada sejumlah baris menarik yang 2Pac tuliskan di bait kedua. Salah satu potongan lirik mengatakan bahwa sang rapper terdorong oleh ambisi untuk mencapai posisi-posisi tertinggi.

Tidak hanya itu, 2Pac juga mengatakan bahwa dirinya menyusun rencana dan strategi untuk mengejar mimpi dan ambisinya. Dirinya juga memikirkan cara-cara agar keluarganya tetap bisa makan.

Well, ambisi dan mimpi ke depan memang kerap menjadi motivasi dan alasan mengapa manusia menyusun rencana akan masa depan. Setiap individu pasti memiliki keinginan dan harapan yang membuat mereka berpikir soal cara-cara untuk menggapainya.

Hal yang samapun berlaku untuk Partai Golkar. Dalam sebuah wawancara di Kompas TV, Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Golkar Erwin Aksa menjelaskan bahwa Golkar memiliki harapan agar, di tahun 2029, partainya bisa menjadi partai politik (parpol) pemenang pemilihan umum (pemilu) yang dominan.

Erwin-pun menyebutkan beberapa langkah yang akan dilakukan partainya. Beberapa di antaranya adalah dengan memobilisasi anggota-anggota legislatif dari Golkar untuk turun ke masyarakat, sejalan dengan transformasi partai yang tengah dilakukan oleh Ketua Umum (Ketum) Golkar Airlangga Hartarto.

Tentunya, menjadi partai pemenang terbesar dalam pemilu bukanlah perkara mudah. Layaknya lirik 2Pac, Golkar juga perlu menyusun langkah dan strategi secara hati-hati.

Kira-kira, strategi yang bagaimana yang disiapkan oleh Golkar untuk mewujudkan ambisinya? Mengapa ini bisa jadi berkaitan dengan dinamika politik saat ini dengan adanya sosok Ridwan Kamil (RK) yang disebut berpotensi maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024?

Golkar Ingin Meniru PDIP?

Pada tahun 2012 silam, PDIP mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon gubernur (cagub) DKI Jakarta. Jokowi akhirnya berhasil memenangkan Pilgub DKI Jakarta 2012 bersama Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok dengan perolehan suara yang besar, yakni 66,71 persen pada putaran kedua.

Kemenangan Jokowi kala itu memberikan kejutan pada banyak elite partai. Seseorang yang bukan dari lingkar kekuasaan besar bisa memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2012 dan mengalahkan petahana kala itu, Fauzi Bowo.

Jokowi sebelumnya merupakan wali kota Solo pada tahun 2005-2012. Namanya menjadi populer di media karena berbagai gebrakan yang dilakukannya di Solo.

Popularitas Jokowi yang tampak bekerja langsung dan menjalankan citra wong cilik ini secara tidak langsung memperkuat branding partainya, PDIP. Alhasil, pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, Jokowi berhasil menjadi presiden dan PDIP yang sebelumnya merupakan partai oposisi berhasil menjadi partai penguasa.

Apa yang terjadi kala itu bisa dijelaskan dengan konsep political branding. Christopher Pich dan Bruce Newman dalam tulisan mereka yang berjudul Evolution of Political Branding menjelaskan bahwa personal brand juga menjadi identitas yang turut membentuk citra parpolnya.

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, misalnya, memiliki popularitas dan citra yang positif di media sosial (medsos) India. Kredibilitas yang dibangun Modi akhirnya turut berkontribusi positif terhadap partainya, Partai Bharatiya Janata (BJP).

Boleh jadi, personal branding inilah yang turut menjadi alasan mengapa citra Jokowi bisa memberikan efek positif terhadap PDIP. Kehadiran figur seperti ini bisa memperkuat branding parpol.

Lantas, bagaimana dengan Golkar dan RK? Bukan tidak mungkin, cara yang mirip tengah dipersiapkan oleh Golkar.

Tidak dapat dipungkiri, RK merupakan salah satu figur paling populer dalam kancah perpolitikan Indonesia saat ini dan, bukan tidak mungkin, Kang Emil-lah yang menjadi kunci untuk Golkar dalam mewujudkan ambisinya di 2029.

Lantas, mengapa dinamika Pilkada Jakarta 2024 kini menjadi persimpangan yang sulit bagi Golkar? Apa yang sebenarnya dipertimbangkan oleh Golkar?

Ridwan Kamil, Golkar’s Gambit?

Bukan tidak mungkin, RK adalah kunci sukses Golkar untuk menggapai mimpinya. Namun, langkah ini perlu dipertimbangkan baik-baik.

Jakarta bisa dibilang menjadi batu loncatan yang paling menjanjikan bagi seorang politikus untuk bisa maju di pemilihan presiden (pilpres). Jokowi dan Anies Baswedan, misalnya, adalah dua mantan Gubernur DKI Jakarta yang berhasil menarik banyak perhatian dengan maju sebagai kandidat presiden.

Kini, giliran ini telah sampai di tangan Golkar dengan kehadiran RK sebagai sosok yang menjanjikan. Namun, meski begitu, Jakarta bukanlah batu ajaib yang bisa mewujudkan segala keinginan.

Jakarta adalah salah satu wilayah yang paling sulit untuk ditata di Indonesia. Banyak persoalan menyelimuti Jakarta, mulai dari potensi banjir hingga polusi udara yang tidak kunjung selesai hingga saat ini.

Apapun yang buruk bisa saja menjegal karier RK ke depannya bila akhirnya nanti menjadi Gubernur Jakarta. Bisa saja, persoalan yang begitu rumit akhirnya turut terbawa bersama RK saat hendak menjadi calon presiden (capres).

Ini sejalan dengan teori atribusi. Ketika kesalahan atau blunder politik terjadi, kesalahan itu akan seterusnya teratribusi pada sang politikus.

Mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, misalnya, hingga saat ini tetap menjadi salah satu sosok yang turut bertanggung jawab atas terlaksananya Piala Dunia U-20 di Indonesia. Ganjar kala itu menolak tim nasional (timnas) Israel untuk bermain di Jateng, sebuah peristiwa yang akhirnya teratribusi pada dirinya hingga Pilpres 2024 kemarin.

Pada akhirnya, Golkar-pun akan mempertimbangkan matang-matang akan potensi keuntungan dan kerugian yang terjadi apabila RK akhirnya maju sebagai cagub Jakarta. Seperti lirik 2Pac di awal tulisan, saatnya Golkar plan dan strategize. (A43)


Baca juga :  Sekolam Ahok, Kesaktian Anies Luntur?
spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?