HomeHeadlineRepublik Rakyat Komeng

Republik Rakyat Komeng

Dengarkan Artikel Ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI

Nama Komeng jadi trending topic yang dibicarakan semua orang. Sebabnya karena suara pelawak kondang yang maju di Pemilu 2024 untuk tingkatan DPD ini tembus hingga 1,9 juta di hitung suara KPU dengan posisi data masuk baru 60 persen. Posisi ini jadi yang tertinggi untuk seorang caleg di level nasional, bahkan mengungguli perolehan suara paslon capres-cawapres Ganjar-Mahfud di Jawa Barat yang baru menyentuh angka 1,7 juta.


PinterPolitik.com

Pencapaian Alfiansyah Komeng dalam Pemilu 2024 memang mengejutkan banyak orang. Komeng, seorang komedian terkenal, berhasil meraih suara terbesar dalam pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jawa Barat. Berdasarkan hasil perhitungan suara sementara di situs Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komeng meraup 1,9 juta suara, angka yang jauh melebihi calon-calon lain pada surat suara DPD Jawa Barat.

Yang paling menarik adalah Komeng menggunakan foto “nyeleneh” di surat suara, sehingga mencuri perhatian banyak pemilih. Pengamat politik dari Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN), Devi Darmawan, mengatakan bahwa politik di Indonesia masih sangat ditentukan oleh sosok dan figuritas, ketimbang pengalaman dan gagasan. Hal inilah yang menyebabkan figur seperti Komeng bisa dilirik oleh publik.

Masyarakat merasa sosok Komeng bisa dianggap sebagai sosok yang fresh untuk dipercaya sebagai perwakilan dari daerah Jawa Barat ini untuk bisa masuk ke parlemen. Apalagi, Komeng berjuang lewat jalur DPD yang notabene tidak terikat partai politik tertentu. Ia bahkan mengakui bahwa tak menggunakan kampanye, tak jor-joran memasang baliho, dan bahkan awalnya tak memberitahu orang-orang terdekatnya.

Fenomena Komeng ini tentu kontras dengan figur publik macam artis atau penyanyi atau pelawak lain yang tidak mendapatkan suara seperti Komeng. Pertanyaannya tentu saja adalah mengapa hal ini bisa terjadi?

Faktor Penyebab Komeng Melejit

Jika kita analisis secara lebih dalam, sebetulnya ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab kesuksesan Komeng meraih dukungan masyarakat dengan luar biasa.

Pertama adalah soal popularitas dan kredibilitas. Komeng adalah seorang pelawak yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Popularitasnya sebagai pelawak membuatnya memiliki basis penggemar yang besar. Selain itu, kredibilitasnya sebagai seorang pelawak yang sering menyampaikan pesan-pesan kritis dan humoris tentang politik dan sosial juga membuatnya dikenal sebagai sosok yang memiliki pemahaman yang baik tentang isu-isu penting di masyarakat.

Baca juga :  Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Faktor kedua adalah soal karakter dan personalitas. Karakter dan personalitas Komeng yang ramah, humoris, dan mudah didekati juga bisa menjadi faktor yang membuatnya menarik bagi para pemilih. Sifatnya yang tidak terlalu serius dan bisa berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum bisa membuatnya lebih dekat dengan pemilih.

Ketiga, kampanye tidak konvensional. Meskipun Komeng tidak melakukan kampanye yang konvensional, seperti memasang baliho atau melakukan pertemuan-pertemuan besar, namun ia tetap aktif di media sosial dan melakukan kampanye yang lebih personal, seperti berbicara langsung dengan para pemilih di berbagai tempat. Pendekatan yang lebih personal ini bisa membuatnya lebih dekat dengan pemilih dan membuat mereka merasa lebih terhubung dengan Komeng.

Komeng juga dekat dengan sosok politisi kondang macam Fadli Zon. Sama-sama menjadi orang yang berkecimpung di bidang budaya dan mengagumi seni, Komeng mengakui bahwa Fadli sangat membantunya dan menjadi semacam mentor politik untuk strategi dan kiprahnya di dunia yang baru digelutinya ini. Komeng kenal cukup lama dengan Fadli dan mereka bersekolah di SMP yang sama.

Faktor berikutnya adalah soal dukungan dari masyarakat. Dukungan dari masyarakat yang sudah mengenal Komeng sebagai seorang pelawak yang kritis dan peduli terhadap isu-isu sosial dan politik juga bisa menjadi faktor yang membuatnya berhasil dalam pemilihan tersebut. Dukungan ini bisa datang dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa hingga tokoh-tokoh politik dan publik yang juga menghargai kritik-kritik yang disampaikan oleh Komeng.

Faktor lainnya adalah soal kesempatan dan konteks. Konteks dan situasi politik yang sedang terjadi pada saat pemilihan juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan Komeng dalam pemilihan tersebut. Mungkin pada saat itu masyarakat sedang mencari sosok yang berbeda dari politisi-politisi konvensional, dan Komeng bisa menjadi alternatif yang menarik bagi mereka.

Baca juga :  Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dari Kepribadian Hingga Pengaruh Struktur Sosial

Kemudian, setidaknya ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena Komeng dalam pemilihan tersebut. Teori kepribadian misalnya menyebutkan bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi perilaku politik mereka. Dalam hal ini, karakter dan personalitas Komeng yang ramah, humoris, dan mudah didekati bisa menjadi faktor yang membuatnya menarik bagi para pemilih. Salah satu tokoh yang terkait dengan teori kepribadian adalah Carl Jung, seorang psikolog Swiss.

Teori lain adalah soal pemilihan rasional. Teori ini menyatakan bahwa pemilih memilih kandidat yang dianggap akan memberikan manfaat terbesar bagi mereka. Dalam hal ini, popularitas dan kredibilitas Komeng sebagai seorang pelawak yang sering menyampaikan pesan-pesan kritis dan humoris tentang politik dan sosial bisa menjadi faktor yang membuatnya menarik bagi para pemilih. Salah satu tokoh yang terkait dengan teori ini adalah Anthony Downs, seorang ekonom dan politikus Amerika Serikat.

Pencapaian Komeng ini juga bisa dilihat dari kacamata teori sosial struktural. Teori ini menyatakan bahwa struktur sosial mempengaruhi perilaku politik seseorang. Dalam hal ini, konteks dan situasi politik yang sedang terjadi pada saat pemilihan juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan Komeng dalam pemilihan tersebut. Salah satu tokoh yang terkait dengan teori sosial struktural adalah Karl Marx, seorang filsuf dan ekonom Jerman.

Komeng bisa dibilang sangat mungkin dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, sehingga membuatnya bisa mensintesa pengetahuan atau informasi yang ia dapatkan terkait politik dan menggunakannya sebagai poin kampanye.

Bagaimanapun juga fenomena Komeng ini hal yang sangat menarik. Kini publik tinggal menunggu finalisasi perhitungan yang dilakukan oleh KPU, sembari menanti langkah-langkah dan kebijakan politik seperti apa yang akan dilakukan Komeng saat menjabat nantinya. (S13)

spot_imgspot_img

#Trending Article

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

More Stories

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.