HomeHeadlineRela “Disandera” PDIP, Ganjar Bukan Jokowi?

Rela “Disandera” PDIP, Ganjar Bukan Jokowi?

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Pemberian jabatan bagi Ganjar Pranowo di struktur DPP PDIP kiranya hanya merupakan strategi manajemen impresi temporer demi kohesivitas partai menjelang Pilkada 2024 dan tak menjadi jaminan bagi sang Gubernur Jawa Tengah 2013-2023. Benarkah demikian?


PinterPolitik.com

Calon presiden nomor urut 3 di Pilpres 2024, Ganjar Pranowo, baru saja mendapatkan jabatan struktural di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP. Jabatan ini diberikan langsung melalui seremoni pelantikan oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, pada Jumat (5/7) pekan lalu.

Ganjar kini seolah bisa berbangga dengan jabatan Ketua Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah DPP PDIP, sebuah posisi yang memperlihatkan promosi signifikan dari statusnya sebelumnya sebagai “petugas partai”.

Sebagai informasi, pelantikan tersebut juga berbarengan dengan jabatan serupa tapi tak sama kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang diberi jabatan Ketua Bidang Perekonomian.

Perubahan itu kiranya menimbulkan pertanyaan mendasar, yakni mengapa PDIP memberikan jabatan itu bagi Ganjar? Apakah ini memang memiliki relevansi bagi strategi PDIP?

Manajemen Impresi “Pamungkas” Megawati?

Latar belakang di balik langkah PDIP itu kiranya dapat bermakna beberapa kemungkinan saat diinterpretasi lebih lanjut. Setidaknya, terdapat empat alasan yang dua masing-masing di antaranya bermakna sedikit berbeda.

Pertama-tama, pemberian jabatan kepada Ganjar bisa dilihat sebagai bagian dari strategi manajemen impresi PDIP.

Dalam konteks ini, teori manajemen impresi Erving Goffman dapat digunakan untuk memahami langkah PDIP. Goffman mengemukakan bahwa individu (atau organisasi) berusaha mengontrol bagaimana mereka dilihat oleh orang lain melalui pengaturan bagaimana mereka tampil.

Pada konteks ini, PDIP berusaha mengatur penampilan Ganjar sebagai figur penting dan loyal dalam partai, untuk memperkuat citra mereka di mata publik dan para kader.

Baca juga :  IKN dan Sejarah Tanah Kerajaan Tanah Kalimantan

Saat melihatnya dalam diskursus politik, manajemen impresi sering kali digunakan untuk memperkuat citra dan menjaga loyalitas kader serta simpatisan partai.

Dengan memberikan posisi penting kepada Ganjar, PDIP seolah menunjukkan kepada publik dan para pendukungnya bahwa mereka memiliki kader yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang pemerintahan dan otonomi daerah.

Selain itu, langkah ini bisa juga dipandang sebagai upaya untuk mencegah potensi “pembelotan” Ganjar seperti yang jamak dinilai terjadi dengan case Joko Widodo (Jokowi).

Presiden ke-7 RI, yang juga berkarier di PDIP sejak debutnya di blantika politik itu seakan memiliki hubungan yang tegang dengan partai menjelang Pemilu 2024, bahkan hingga kini.

Dengan “hadiah” kepada Ganjar, PDIP mungkin berusaha mengikat loyalitasnya dan mencegah terulangnya skenario tak mengenakkan yang sama.

Selain itu, intrik dengan Jokowi dan beberapa politisi PDIP lain yang “membelot” di Pemilu dan Pilpres 2024 seperti Gibran Rakabuming Raka, Maruarar Sirait, dll tak dipungkiri telah memberikan impresi minor bagi partai.

Akan tetapi, pengaruh politik Ganjar dan Jokowi tentu berbeda. Jokowi merupakan Presiden RI dua periode yang telah memiliki basis massa dan tabungan modal sosial dan politik yang cukup besar, serta terbukti efek politiknya di Pilpres 2024. Lalu, mengapa PDIP tetap memberi Ganjar jabatan itu?

ganjar gak kompak sama pdip

Ganjar Harus Waspada?

Interpretasi lain yang eksis di balik jabatan baru Ganjar adalah, PDIP mungkin sedang memberikan tes awal yang krusial.

Terkait regenerasi dan mengingat dilantik oleh Megawati, pemberian itu kemungkinan adalah tes awal loyalitas, keselarasan, keberpihakan, dan ujian kontribusi dalam bentuk apa yang bisa diberikan Ganjar kepada partai pasca kontestasi elektoral 2024.

Itu dikarenakan, pemberian jabatan kepada Ganjar dilakukan bersamaan dengan perpanjangan masa jabatan pengurus DPP PDIP periode 2019-2024. Plus, Ganjar hanya akan menjabat hingga pemilihan pengurus baru dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PDIP yang dijadwalkan berlangsung pada April 2025.

Baca juga :  Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Dengan kata lain, terdapat beberapa probabilitas lagi mengenai efek dari pemberian jabatan bagi Ganjar di struktur DPP PDIP.

Jika Ganjar berhasil menunaikan jabatannya dan berkontribusi konkret bagi partai, bukan tidak mungkin dirinya akan menjadi sosok yang lebih dihormati di PDIP.

Namun, mengingat preseden dinamika dan hasil Pilpres 2024 serta “teropong” karier politik Ganjar ke depan berdasarkan semua peluang yang ada, Ganjar kemungkinan sudah habis.

Artinya, pemberian jabatan bagi Ganjar sebagai salah satu Ketua DPP PDIP “hanya” sebagai ujian loyalitas dan manajemen impresi politik semata.

Akan tetapi, sekali lagi, politik sangat dinamis dengan berbagai kejutan yang bisa terjadi dalam hitungan detik. Jika terdapat perubahan tertentu atau Ganjar bisa membuktikan bahwa dirinya dapat berkontribusi positif dan diterima konstituen serta rakyat secara keseluruhan, reputasi Ganjar tentu akan berubah. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (J61)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Dengarkan artikel ini: Dibuat dengan menggunakan AI. Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok...

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Dengarkan artikel ini: Dibuat dengan menggunakan AI. Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok...

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.