HomeNalar PolitikPutin dan Bisnis Tentara Bayaran

Putin dan Bisnis Tentara Bayaran

Tentara bayaran telah menjadi instrumen perang sejak ribuan tahun sampai  saat ini. Pada perang di Ukraina misalnya, Putin dituduh telah gunakan tentara bayaran untuk menguasai beberapa wilayah di Ukraina. Lantas, seberapa lekat tentara bayaran dengan perang dalam dimensi sejarah hingga kini?


PinterPolitik.com

Peradaban manusia selalu progresif mengikuti arus sejarah, termasuk progresivitas yang didapatkan dalam setiap peperangan. Perang menjadi fase di mana kreativitas manusia dapat tantangan untuk memenangkan perang tersebut.

Bukan hanya kreativitas dalam perkembangan peralatan maupun strategi perang yang lebih canggih. Lebih dari itu, kreativitas pun dibutuhkan untuk mengelola manpower atau personil saat berperang – termasuk di dalamnya yaitu menggunakan jasa tentara bayaran untuk meraih kemenangan.

Dalam perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 dan masih terus berkecamuk, berhembus adanya dugaan keterlibatan tentara bayaran (mercenary) dalam perang tersebut. Tentunya, hal ini bukan fenomena baru dalam perang.

Meski berbeda dengan penilaian dunia internasional saat ini, bagi masyarakat global, tentara bayaran mengancam stabilitas global. Ini disebabkan karena banyaknya aktivitas tentara bayaran di Suriah, Irak, Yaman, Nigeria, Libya, Ukraina, Venezuela, Republik Afrika Tengah, Mozambik, dan Republik Demokratik Kongo.

Sean McFate dalam tulisannya Mercenaries and Privatized Warfare Current Trends and Developments, menyatakan bahwa tentara bayaran dan tipe-tipe lain dari aktor-aktor militer swasta (private military actors) telah berkembang ke tingkat yang mengkhawatirkan.

Kekhawatiran McFate – selain banyaknya negara yang menggunakan tentara bayaran – ialah karena ia melihat bahwa tentara bayaran telah naik pada level tidak hanya menjadi prajurit, tapi juga menggunakan peralatan perang canggih.

Perubahan ini terlihat ketika melihat tentara bayaran dulunya hanya menjinjing senjata Kalashnikov. Namun, sekarang mereka menerbangkan helikopter serbu Mi-24 Hind, tank T-72, dan kapal patroli yang dipersenjatai.

Bahkan, dalam perang yang terjadi di Ukraina, dilaporkan bahwa terdapat hingga 400 fighters dari kelompok Wagner sudah berada di Ukraina. Kelompok Wagner sejauh ini diidentifikasi sebagai organisasi rahasia yang mengelola perusahaan militer swasta (private military company) yang menyediakan tentara bayaran.

Kelompok Wagner (the Wagner Group) pertama kali teridentifikasi pada tahun 2014, saat grup ini mendukung kelompok separatis pro-Rusia dalam konflik di timur Ukraina. Fighters dari Wagner dikirim ke kota Kharkiv, di mana perang berkecamuk.

Kelompok ini dipercayai didanai oleh Yevgeny Pirogozha, seorang pengusaha yang memiliki hubungan dekat dengan Vladimir Putin. Kelompok ini dituduh telah melakukan sejumlah kekerasan dalam konflik di Suriah dan Libya.

Saking canggihnya saat ini tentara bayaran, kini terdapat juga  para tentara bayaran di dunia maya (cyberspace). Lantas, untuk memahami secara komprehensif, bagaimana sejarah tentara bayaran ini muncul dan eksis hingga saat ini?

infografis putin mulai muak 1

Tentara Bayaran di Setiap Peradaban

Mengutip Ensiklopedia Britanica, tentara bayaran didefinisikan sebagai tentara profesional sewaan yang berjuang untuk negara atau bangsa mana pun tanpa memperhatikan kepentingan atau masalah politik.

Dalam sejarah militer dan politik Yunani sekitar tahun 356 SM, terdapat seorang panglima tentara bayaran yang terkenal bernama Chabrias – seorang tentara bayaran yang bertempur dengan terhormat untuk orang Athena. 

Baca juga :  Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Ketika Athena bergabung dengan Thebes melawan Sparta, Chabrias mengalahkan Sparta pada tahun 388 dan pada tahun 378 mengulang kesuksesan yang sama. Meski mendapatkan kesuksesan demi kesuksesan dalam peperangan, pada tahun 366, ia dituduh melakukan pengkhianatan.

Sarah Percy dalam tulisannya Mercenaries, mengatakan bahwa tentara bayaran sering disebut sebagai profesi tertua kedua di dunia karena pekerjaan ini telah menjadi bagian dari sejarah perang – bahkan mulai ramai dan pesat saat peperangan di Eropa.

Jejak tentara bayaran juga terekam di Eropa setelah Perang Seratus Tahun, yaitu rentang waktu tahun 1337 sampai dengan tahun 1453. Saat itu, Eropa diramaikan oleh orang-orang yang telah dilatih hanya untuk berperang.

Selama abad ke-15 muncul perusahaan-perusahaan yang menyediakan tentara bayaran – di antaranya berada di Swiss, Italia, dan Jerman. Para perusahaan tentara bayaran tersebut menjual jasa mereka ke berbagai pangeran dan adipati di seantero Eropa.

Tentara Swiss dipekerjakan dalam skala besar di seluruh Eropa oleh pemerintah wilayah mereka sendiri dan menikmati reputasi tinggi. Bahkan, di Prancis pada abad ke-18, resimen Swiss adalah formasi elite di tentara reguler.

Meski tentara bayaran bisa terbukti menjadi tentara yang efektif, permasalahan-permasalahan mulai muncul imbas tentara bayaran tersebut. Para tentara bayaran ini sering kali serakah, brutal, dan tidak disiplin, mampu membelot saat pertempuran, mengkhianati pelindung mereka, dan menjarah warga sipil.

Sebagian besar perilaku memberontak mereka adalah akibat dari keengganan atau ketidakmampuan majikan mereka untuk membayar jasa mereka. Artinya, disiplin mereka akan hilang jika tidak ditopang oleh pembayaran yang tepat waktu.

Muhammad Subarkah dalam tulisannya Tentara Bayaran dalam Sejarah Peradaban Islam mengatakan bahwa fenomena tentara bayaran muncul juga sebagai penopang utama sebuah pemerintahan dalam peradaban Islam.

Pada Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir, pemerintahan dinasti ini terpaksa memakai tentara bayaran karena dinasti yang memusatkan pemerintahannya di Mesir ini adalah penganut Syiah Ismailiyah. Pengikut Syiah  adalah kelompok minoritas bila dibandingkan kelompok Islam Sunni.

Jadi, tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah dipakai sebagai jalan keluar untuk melanggengkan kekuasaan karena mayoritas warga Mesir tidak suka terhadap pemerintahan mereka. Bahkan, legiun ini juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai pemberontakan.

Terdapat dua kelompok tentara bayaran yang dimiliki oleh Kekhalifahan Fatimiyah. Pertama, adalah resimen kulit hitam atau Zawila. Anggota legiun tentara ini direkrut dengan cara membeli dari pasar budak yang pada saat itu banyak bermunculan di Afrika.

Kedua, divisi yang anggotanya berasal dari Eropa Sakalaba atau yang kerap dipanggil dengan sebutan Bangsa Slav. Bangsa ini sebagai bangsa termiskin di Eropa Timur dan, akhirnya, mereka harus menjadi budak untuk bertahan hidup – termasuk menjadi tentara bayaran.

Bahkan, kata slav, yang berarti budak awalnya merujuk kepada nama bangsa ini. Para penguasa Fatimiyah mendapatkan tenaga militer bangsa Slav dengan cara membeli dari pasar budak yang berada di sekitar wilayah Italia.

Baca juga :  Koalisi Titan: Sentripetalisme Konsensus Demokrasi Prabowo

Well, terlihat jelas bahwa dalam sejarahnya dan lintas peradaban Barat maupun Timur, tentara bayaran dipakai oleh sejumlah kekuasaan sebagai alat militer mereka. Lantas, seperti apa melihat tentara bayaran pada perspektif yang lebih mutakhir saat ini?

infografis as makin panasi putin

Jadi Bisnis Menggiurkan?

Berbagai konflik di belahan dunia ikut menyuburkan bisnis tentara bayaran. Di tengah perang modern, kehadiran tentara bayaran ternyata terus dibutuhkan. Jelas sekali bahwa perang telah menyuburkan bisnis tentara bayaran.

Jika dibandingkan dengan tentara negara-negara tertentu, mereka bisa dibilang lebih terlatih dan profesional. Tidak heran, tentara bayaran lebih dipercaya mengamankan aset seperti kedutaan besar dan blok minyak. Bahkan, di antaranya menjelma menjadi perusahaan besar.

Selain kelompok Wagner yang sempat disinggung di atas, rupanya perusahaan tentara bayaran juga ramai menghiasi industri militer di dunia – bahkan dengan berbekal profesionalitas yang ketat dan persenjataan canggih.

Semisal, perusahaan Security Giant G4S yang mempekerjakan sekitar 625 ribu orang dan menjadikan sebagai perusahaan swasta dengan tenaga kerja terbanyak kedua di dunia. Selain fokus mengamankan bank, penjara swasta, dan bandara pribadi, G4S juga ikut terjun langsung ke medan konflik di berbagai penjuru dunia.

Terdapat juga Unity Resource Group. Perusahaan ini berbasis di Australia dan memiliki 1.200 staf di penjuru dunia. Berbagai tentara veteran Australia, Amerika Serikat (AS), dan Inggris bergabung ke perusahaan ini sebagai tentara bayaran.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) saat melakukan misi ke Irak, menyewa perusahaan Erinys untuk misi tersebut. Dengan mengerahkan sekitar 16.000 pasukan untuk menjaga 282 lokasi di Irak – terutama mengamankan pipa minyak, blok migas, dan aset energi lainnya.

Terdapat pula DynCorp yang berbasis di Virginia, AS, yang merupakan salah satu dari delapan perusahaan militer swasta yang dipilih oleh Departemen Luar Negeri AS untuk tetap di Irak saat pasukan AS secara resmi keluar dari Irak.

Di Asia, terdapat Asia Security Group yang didirikan oleh Mashmat Karzai, sepupu Presiden Afghanistan, Hamid Karzai. Asia Security Group merupakan perusahaan keamanan terbesar di Afganistan dengan 600 tentara.

Masih banyak daftar perusahaan seperti Triple Canopy, Aegis Defense Services, Defion Internacional dan yang terakhir adalah Academi yang lebih dikenal dengan nama Blackwater, lalu berganti nama menjadi Xe Services dan terakhir menjelma sebagai Academi.

Dikutip dari buku tentang Blackwater yang terbit pada 2007, perusahaan ini memiliki fasilitas pelatihan militer swasta terbesar di dunia – mempunyai 20 ribu pasukan, 20 pesawat, dan puluhan kendaraan lapis baja serta anjing perang terlatih.

Mengacu kepada prinsip pembedaan (distinction principle) dalam hukum humaniter, terdapat dua unsur dalam perang, yakni pihak yang berhak ikut serta dalam pertikaian bersenjata (kombatan) dan mereka yang tidak berhak (warga sipil). Korps sukarelawan termasuk kriteria kombatan sedangkan tentara bayaran tidak termasuk. (I76)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Ganjar Punya Pasukan Spartan?

“Kenapa nama Spartan? Kita pakai karena kata Spartan lebih bertenaga daripada relawan, tak kenal henti pada loyalitas pada kesetiaan, yakin penuh percaya diri,” –...

Eks-Gerindra Pakai Siasat Mourinho?

“Nah, apa jadinya kalau Gerindra masuk sebagai penentu kebijakan. Sedang jiwa saya yang bagian dari masyarakat selalu bersuara apa yang jadi masalah di masyarakat,”...

PDIP Setengah Hati Maafkan PSI?

“Sudah pasti diterima karena kita sebagai sesama anak bangsa tentu latihan pertama, berterima kasih, latihan kedua, meminta maaf. Kalau itu dilaksanakan, ya pasti oke,”...