Sepak terjang Presiden Trump di dunia politik memang sangat tak terduga dan terkadang ‘gila’. Ia juga begitu over-confident akan kemampuannya untuk menjalankan semua programnya. Namun, setelah 100 hari pemerintahan Trump berlalu, masihkah ia berani untuk bertindak seperti itu? Masih amankah posisinya sebagai presiden? Marilah kita cari tahu.
PinterPolitik.com
Memang Enak Jadi Presiden?
“I loved my previous life. I had so many things going,” Trump told Reuters in an interview. “This is more work than in my previous life. I thought it would be easier.”
[dropcap size=big]U[/dropcap]capan diatas adalah pernyataan langsung Presiden Amerika Donald Trump kepada Reuters berkaitan dengan 100 hari Trump berada di Gedung Putih. Pernyataan diatas menjadi konfirmasi serta keraguan media serta masyarakat tentang kelayakan Trump untuk memimpin negeri adidaya seperti Amerika Serikat. Kedua hal ini juga tumbuh karena melihat beberapa keputusan Trump yang cenderung kontradiktif, seperti mengeluarkan executive order mengenai travel ban dari 7 negara muslim di Timur Tengah dan melancarkan serangan bom ke Suriah. Kedua keputusan ini cenderung dipandang negatif oleh sebagian orang, sehingga membuat mereka melupakan keberhasilan Trump, seperti misalnya penumpasan ISIS. Sebagai akibatnya, menurut data survei CNN/ORC, nilai electoral vote Trump menjadi terus menurun, yaitu dari 48 persen pada awal masa terpilihnya, menjadi 40 persen pada bulan Januari 2017, dan tampaknya pada setelah 100 hari program kerja Trump akan terus menurun. Hal ini menimbulkan pertanyaan, masihkah Trump dan programnya Make America Great Again atau MAGA diterima oleh masyarakat Amerika? Marilah kita cari tahu.
Jadi Presiden Bukan Permainan
Berkaitan dengan gagalnya Trump menarik hati masyarakat ini, hal ini berhubungan erat dengan latar belakang Trump yang tidak mempunyai kemampuan politik, hanya bisnis semata. Keahlian ini apabila dimasukkan ke dalam wilayah politik tentu saja tidak cukup. Mengutip pernyataan Barbara Perry, Direktur dari Kajian Kepresidenan dari Miller Center, Universitas Virginia, Presiden Trump yang datang ke Gedung Putih tanpa pengetahuan sama sekali mengenai politik sama saja seperti orang mendaki gunung tinggi. Bedanya, apabila para politikus lain memulai dari tahap belajar, tidak demikian halnya dengan Trump. Trump memulai dengan yang disebut “Gunung Everest”. Ini adalah cara Perry menjelaskan jejak kedatangan Trump, yaitu terjal dan tertutup es. Ia digambarkan sedang menemukan jalan, namun ketiadaan pemandu menyebabkan Trump tidak dapat melihat langkahnya atau tersesat.
Mengutip Robert Dallek, seorang sejarawan dan penulis buku mengenai Roosevelt, Truman, serta Nixon dan Reagan, dinyatakan bahwa pengalaman yang kurang membuat Trump sulit berhadapan dengan Kongres, apalagi untuk mengajukan usulan kerja atau UU yang dapat disahkan. Dua diantaranya adalah kegagalan mensahkan executive orders atau Obamacare. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai kegagalan dari program-program Trump, berikut di bawah ini adalah infografis 100 hari program Trump, atau tepatnya janji-janjinya selama masa kampanye yang dirangkum oleh Pinter Politik.
Keringanan Pajak yang Memberatkan
Kemudahan pajak merupakan salah satu rencana kerja Trump yang dilihat dalam dua pendapat yang berlawanan. Dari sisi pendukung Trump, mereka menganggap akan mendapat keuntungan besar dengan pajak yang dipotong ini. Sebaliknya, para politikus berpendapat bahwa pemotongan pajak ini akan berakibat pada semakin tingginya gelombang penghindaran pajak oleh orang-orang berpenghasilan tinggi, dan mengakibatkan penambahan triliunan dolar ke hutang nasional.
Berkaitan dengan hal ini, berbagai ketentuan mengenai keringanan pajak ini belum jelas, terutama di dalam konsep kelompok mana yang akan diuntungkan. Menurut para ahli politik, apabila pajak dikurangi atau dipotong, mungkin akan baik pada awalnya. Akan tetapi, lama kelamaan, hal ini akan berpengaruh pada pemotongan benefit atau keuntungan lainnya yang sangat mempengaruhi keluarga kelas menengah yang banyak anak. Mengenai hal ini, Lily Batchelder, seorang dosen dari New York University dan mantan penasehat Obama berpendapat bahwa bukan nya keringanan pajak yang didapat, ia memprediksi bahwa sekitar 25 juta warga Amerika kelas bawah dan menengah akan melihat banyak kenaikan pajak di bawah pemerintahan Trump.
Pemerintahan Trump sendiri berkilah mengenai hal ini dengan menyatakan bahwa rencana mereka akan berjalan baik. Akan tetapi, mengingat tidak ada progress atau kemajuan apapun dari kebijakan ini selama tujuh bulan pemerintahan Trump, banyak orang yang menjadi skeptikal. Mereka menduga bahwa keengganan Trump menangani hal in menjadi jawaban dari tidak berjalannya kebijakan ini.
Ketika Kebijakan Offshore Dipentingkan
Offshore adalah kebijakan yang membuka perusahaan-perusahaan Amerika di luar negeri, misalnya di Indonesia atau Vietnam. Pada awal kampanye Trump, berjanji pada warga Amerika bahwa Trump akan memperbaiki perekonomian Amerika dengan cara menarik kembali perusahaan-perusahaan Amerika untuk beroperasi kembali di Amerika Serikat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut menolak, maka akan ada sanksi yang dijatuhkan pada mereka. Pada pelaksanaannya, semua hal itu tidak pernah terjadi. Penelitian dari citizen.org menunjukkan bahwa masih terdapat 56 persen perusahaan-perusahaan offshore di luar Amerika, sementara hanya terdapat 44 persen yang beroperasi di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan ini, sebagaimana disebut oleh citizen.org adalah 50 perusahaan terbesar di Amerika Serikat, memperoleh Federal Contracts Offshore atau Kontrak Federal Offshore pada tahun 2016 dari Departemen Pekerjaan Umum. Perusahaan-perusahaan besar yang termasuk di dalam 50 perusahaan ini yaitu General Electric atau GE, Hewlett Packard atau HP, General Motors, Siemens, Dell, Ford, Textron, dan IBM. Mengapa offshore masih diperlukan? Fakta mengejutkan bahwa 50 perusahaan offshore ini diberikan pendanaan dari pemerintah lebih besar daripada yang tidak off-shore, yaitu 176,2 miliar dollar Amerika, sementara pendanaan hanya sebesar 60,6 miliar untuk perusahaan non–offshore.
Pendanaan Infrastruktur yang Salah Arah
Presiden Trump berencana membangun infrastruktur di Amerika Serikat, yaitu jembatan dan berbagai bangunan baru di seluruh negara bagian Amerika Serikat. Akan tetapi selama 100 hari Trump berkuasa, tidak ada satupun rencana Trump yang berjalan. Faktanya, kongres nampaknya tidak ingin menghabiskan uang milyaran sampai trilyunan untuk membangun infrastruktur negara untuk tujuan menggenjot perekonomian.
Menurut Charles Mahorn, program infrastruktur sendiri akan semakin memiskinkan kota-kota dan negara-negara bagian. Mahorn melihat ini sebagai konsep pemiskinan kota-kota di Amerika Serikat yang memang sulit atau tidak lagi berkembang karena ekonomi memang tidak berjalan baik. Mahorn menggambarkan hal ini sebagai konsep menggali lubang dan tutup lubang, sementara masyarakat dipaksa untuk mempertahankannya dengan dana yang terbatas. Hal ini yang menyebabkan banyaknya gedung terbengkalai di kota-kota atau negara-negara bagian yang secara ekonomi tidak baik. Untuk merawat gedung-gedung ini, diperlukan dana jutaan dollar Amerika Serikat, sementara dana pemerintah hanya mengucur untuk pembangunan kota-kota yang tidak mungkin dikembangkan menjadi kota besar. Mahorn menggambarkan keadaan ini dengan menggunakan ilustrasi sebagai berikut.
Pemerintahan Trump sendiri menghadapi masalah ini dengan mengajak perusahaan-perusahaan offshore Amerika Serikat untuk membiayai program pembangunan Trump. Selain itu, Trump mengusung kekuatan dari dalam negeri dengan menggandeng Demokrat untuk mendukung kebijakan pemotongan pajaknya. Sebagai gantinya, Trump mengharapkan partai bergambar keledai ini untuk membantu Trump mendanai proyeknya di negara bagian mereka. Menurut Jake Novak dari NBC, hal ini sangat tidak mungkin terjadi karena Demokrat mempunyai reputasi untuk melanggar janji, yang bahkan dilakukan juga pada pada Presiden Obama sendiri. Oleh karena itu, Novak mengingatkan Trump bahwa segala rencananya mungkin akan hancur berantakan dan Trump harus dapat menerimanya.
Bahkan Amerika Serikat pun Korupsi
Ternyata tidak hanya Indonesia, Amerika Serikat pun berhadapan dengan korupsi, terutama di Washington, yang telah berjalan sejak tahun 2013. Berkaitan dengan hal ini, Lawrence Lessig pada tahun 2013 berdasarkan survei Gallup tahun 2012, menyatakan bahwa isu korupsi adalah prioritas tugas kepresidenan tahun 2012, yaitu sebesar 87 persen. Prioritas pertama menurut Gallup yang dianggap penting adalah 92 persen, yaitu di dalam usaha menciptakan lapangan pekerjaan baru. Menurut Trump, kesulitan untuk memberantas korupsi adalah karena politik sering diasosiasikan dengan uang, terutama untuk mereka yang berniat menjadi senator atau anggota kongres. Pada dasarnya, untuk memasuki kongres dibutuhkan banyak uang, yang sebagian besar berasal dari para donatur. Seperti layaknya di Indonesia, sudah menjadi kewajiban mereka untuk membayar kembali para donatur sebagai balas budi. Lessig melihat bahwa apabila rakyat ikut membiayai, praktek korupsi di Washington tidak akan pernah terjadi.
Meskipun demikian, teori tetaplah teori. Faktanya, praktek korupsi di Washington tetap terjadi. Kabinet Trump yang didominasi oleh Partai Republik ini diduga sudah melakukan praktek memperkaya diri sendiri, bahkan sebelum Trump terpilih tahun 2016. Tersebutlah pada tahun 2006, banyak politikus seperti Mark Foley, Jack Abramoff, Bob Ney yang tersangkut kasus korupsi. Hal ini terjadi karena banyak kepentingan kelompok terjadi di kongres, terutama para pebisnis di tubuh Partai Republik. Inilah yang disebut para ahli politik sebagai pelanggaran terhadap politik etis itu sendiri, yaitu ketika bisnis dicampuradukkan dengan politik.
Pada akhirnya, mengutip pendapat Jonathan Chait, kembalinya korupsi adalah sebuah kemunafikan belaka. Ketika kongres dahulu dikuasai oleh Partai Republik, mereka mengkritik keras. Mengenai Trump, Chait menyatakan bahwa sekarang kleptokrasi dengan naiknya kekuatan Ivanka dan Jared Kushner (anaknya sendiri dan suami anaknya) sebagai penasehat atau advisor Trump yang tidak memiliki pengalaman dalam pemerintahan. Oleh karena itu, era baru korupsi di Washington pun kembali akan terus dimulai.
Sukses atau Gagal itu Relatif
Sukses atau gagal itu relatif apabila membicarakan dua program 100 hari pada pemerintahan Trump dibawah ini, yaitu penanganan imigran ilegal dan penggantian dan penarikan Obamacare.
Katakan Tidak Pada Imigran Ilegal
Trump sangat membenci imigran ilegal. Hal ini diucapkan oleh Trump di dalam bukunya Crippled America, yaitu bahwa para imigran yang datang harus dapat bekerja keras dan pastinya harus diterima di Amerika Serikat dengan jalur yang legal. Trump berpendapat bahwa para imigran ilegal cenderung mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat
Mengenai pelarangan imigran ilegal, menurut Trump harus dilakukan karena kehadiran mereka pertama dianggap sebagai ‘bad people’. Lanjutnya, kehadiran para imigran ilegal dari Meksilko saja sudah membuat Amerika kewalahan, mengingat mereka adalah sumber kejahatan. Oleh karena itu, Trump menyarankan hal ini harus berhenti, solusinya yaitu dengan membangun border wall atau perbatasan antara wilayah selatan dengan Amerika Serikat melalui sebuah dinding besar yang berjarak 1000 miles atau 1600 kilometer.
Hal ini belum terjadi karena pembiayaannya belum dapat disetujui.
Mengenai deportasi, ICE bersama dengan CNN mencatat bahwa sejak Trump dilantik sampai menjelang 100 hari masa pemerintahan Trump, terdapat pemindahan atau penangkapan sebesar 54.564 orang, termasuk diantaranya 30.667 tersangka tertuduh dan 23.897 yang bukan kriminal.
Jumlah ini jauh tertinggal apabila dibandingkan masa dua kali pemerintahan Mantan Presiden Barack Obama. ICE mencatat bahwa sejak bulan Januari 2016 sampai dengan April 2016, ICE mencatat bahwa terdapat 62.062 pemindahan, termasuk 24.953 mereka yang non-kriminal. Sedangkan pada periode yang sama tahun 2015, ICE berhasil memindahkan 59.938 orang, termasuk di dalamnya 23.571 yang non-kriminal.
Perbedaan data diatas mungkin membuat kita bingung. CNN pun mengklarifikasi hal ini dengan menjelaskan bahwa masa pemerintahan Trump tidak mengenal deportasi untuk kriminal, namun lebih pada penangkapan undocumented immigrants secara umum. ICE mencatat bahwa persentase penangkapan imigran tanpa dokumen ini adalah 1/3 dari keseluruhan dibandingkan tahun lalu, dan dua kali lebih besar pada penangkapan imigran non kriminal dibandingkan tahun lalu.
Peliknya Urusan Obamacare
Obamacare adalah program Mantan Presiden Obama yang paling dibenci oleh Trump. Menurut Trump, Obamacare atau Affordable Care Act (ACA) adalah sebuah bencana besar bagi Amerika Serikat. Trump menyatakan bahwa Obamacare adalah sebuah kompleksitas yang cukup membebani masyarakat Amerika, terutama menurut argumen Trump adalah sulitnya Obamacare berkembang dengan sulitnya lobi untuk asuransi, dengan para dokter yang masih keberatan, dan, biaya perawatan kesehatan yang tersembunyi dan meningkat, terutama untuk kas negara dan bisnis dari semua ukuran.
Bagi individu yang masih muda dan sehat, tidak ada jalan keluarnya tanpa membayar denda yang diperuntukkan bagi mereka yang tidak menginginkan asuransi kesehatan sama sekali. Mereka harus membayar fee yang disebut individual shared responsibility payment atau atau denda seperti yang telah disebutkan oleh Trump. Berikut di bawah ini adalah denda karena tidak membayar asuransi kesehatan pada tahun 2016 dan 2017. Denda ini dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu dilihat dari pendapatan per rumah dan per orang. Jumlah pembayaran yang harus dibayar bervariasi, Apabila dihitung berdasarkan biaya per orang, maka biaya per orang adalah 695 dollar Amerika untuk dewasa, 347,50 dollar Amerika untuk anak-anak dibawah 18 tahun, dan maksimum pembayaran denda adalah 2085 dollar Amerika. Sedangkan apabila menggunakan metode persentase, pembayaran denda ditentukan sebesar 2,5 persen dari pendapatan rumah tangga, yaitu rumah tangga yang merupakan kelompok yang memiliki penghasilan setidaknya sedikit diatas minimum. Misalnya untuk yang berusia dibawah 65 tahun, 10.300 dollar Amerika untuk lajang, 13.250 dollar Amerika untuk kepala rumah tangga, 20.600 dollar Amerika untuk pasangan menikah yang menggabungkan pajak, dan untuk janda atau duda dengan anak 16.600 dollar Amerika, dan 4000 dollar Amerika untuk pasangan menikah tanpa penggabungan pajak. Jumlah ini agak meningkat sedikit apabila untuk mereka yang berusia diatas 65 tahun, yaitu 11.850 dollar Amerika untuk lajang, para kepala keluarga berusia 65 tahun keatas sebesar 14.800 dollar Amerika, 21.850 untuk pasangan menikah dengan dependen (hanya satu pasangan bekerja), 23.100 dollar Amerika apabila keduanya bekerja, dan 17.850 dollar Amerika untuk janda atau duda dengan anak-anak berusia diatas 65 tahun.
Menurut Trump, jumlah diatas akan terus bertambah sebesar 30 sampai 50 persen per tahun apabila Obamacare terus berjalan. Oleh karena itu, Trump memutuskan untuk menghapuskan Obamacare yang menurut Trump adalah bencana, untuk digantikan dengan program Trumpcare yang diklaim Trump akan lebh terjangkau untuk kelompok masyarakat menengah ke bawah, yang menurut Trump belum mempunyai asuransi kesehatan, namun dibebani dengan denda ketentuan denda ini.
Akan tetapi, bahkan rancangan UU kesehatan Trump pun tidak dapat menandingi kehebatan Obamacare yang tampaknya sulit untuk ditaklukkan. CNN mengungkapkan bahwa sulitnya Obamacare untuk digantikan karena adanya oposisi dari kelompok Republik itu sendiri yang melihat pentingnya Obamacare untuk orang-orang yang lahir dengan penyakit bawaan atau pre-existing condition, seperti jantung dan kanker. Mereka melihat bahwa akan terlihat sangat kejam apabila kongres menghapus Obamacare, sementara mereka dengan pre-existing condition harus membayar sendiri semua biaya pengobatan mereka yang tidak murah. Hal ini merupakan bentuk dukungan dari Partai Republik yang menyatakan bahwa perlindungan terhadap mereka yang membutuhkan tidak dapat diganggu gugat.
Seperti dirangkum CNN, isi dari asuransi kesehatan gaya Republik ini antara lain berisi: 1) Menarik subsidi Obamacare (berlaku tahun 2020), yaitu dari bahwa mereka yang berpenghasilan lebih dari 47.500 dollar Amerika Serikat dan keluarga dengan 4 orang dengan penghasilan 97.200 dollar Amerika tidak masuk dalam subsidi. 2) Refundable tax Credit berdasarkan umur dan penghasilan, yaitu 2.000 dollar Amerika untuk mereka yang berusia 20 tahun dan 4.000 dollar Amerika untuk mereka yang berusia awal 60 tahun. Kelompok yang tidak lagi eligible untuk program ini adalah mereka yang berpenghasilan 215.000 dollar Amerika keatas. 3) Menyediakan dana sebesar 85 juta dollar Amerika Serikat untuk membantu orang-orang tua membayar polis asuransi mereka 4) Menghilangkan penalti untuk mereka yang tidak memiliki pajak 5) Meng-charge konsumen lebih tinggi apabila mereka mempuyai pre-existing condition, termasuk kehilangan health benefits yang penting pada masa Obama 6) Menciptakan dana stabilitas untuk negara dan pasien, yaitu bantuan dana untuk mereka yang berekonomi rendah. 7) Menghilangkan Medicaid dan semua keuntungannya 8) Menghilangkan pendanaan untuk keluarga berencana 9) Menambah pendanaan untuk Community Health Center 10) Menghilangkan dana dukungan untuk CDC dan Public Health Fund. 11) Memberikan potongan pajak untuk orang kaya
Rakyat dan Negara Bukan Prioritas Keamanan
Selama Trump memerintah selama 100 hari, Trump tidak pernah merancang program keamanan rakyat dan nasional. Satu-satunya program keamanan yang ditingkatkan adalah untuk dirinya dan keluarganya, yaitu terakhir sebesar 120 juta dollar Amerika dari kongres. Penyebaran dana ini akan digunakan untuk pengamanan di kota New York, negara bagian Florida, serta kota-kota lain yang akan menjadi tempat tujuan Trump dan keluarganya.
Berbohong demi Arogansi Semata
Trump berbohong, itulah faktanya. Inilah bentuk dari arogansi Trump yang ditunjukkan oleh video ad dibawah ini. Video ini adalah peringatan 100 hari Trump menjadi Presiden Amerika Serikat. Trump menyatakan kebohongan yaitu bahwa programnya MAGA berjalan sangat lancar dan baik. Meskipun demikian, kenyataan berkata sebaliknya, yaitu bahwa Trump adalah presiden Amerika terburuk sepanjang sejarah karena Trump tidak menghasilkan sesuatu yang berharga selama 100 hari pemerintahannya. Hal ini membuat permusuhan dengan MSN dan CNN semakin meruncing. Akhirnya, CNN menolak untuk menampilkan iklan 100 hari pemerintahan Trump. Untuk lebih jelas, berikut di bawah ini adalah videonya.
Ketika Trump Lebih Dibenci daripada Bush
Apapun kebohongan yang diucapkan Trump mengenai keberhasilan program MAGA-nya, fakta sudah berbicara, Trump terang-terangan gagal mencapai targetnya sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa Trump adalah presiden Amerika Serikat yang paling tidak popular baik di kalangan media, masyarakat yang membencinya, serta para rekan politikus, baik dari partai republiknya maupun demokrat. Oleh karena itu, Trump pada tanggal 30 April 2017, alih-alih menghadiri pesta 100 hari memerintah, Trump pergi ke Pennsylvania untuk menyambut penggemarnya dan menyuarakan suaranya demi mencari dukungan suara dari rakyat. Berikut di bawah ini adalah kutipannya kepada pendukungnya
“A large group of Hollywood actors and Washington media are consoling each other in a hotel ballroom in our nation’s capital right now,” Trump told the crowd. “They are gathered together for the White House Correspondents’ dinner — without the President. And I could not possibly be more thrilled than to be more than 100 miles away from Washington’s swamp, spending my evening with all of you and with a much, much larger crowd and much better people.”
Kutipan diatas menurut Analis Politik CNN David Gergen disebut sebagai pidato yang memecah belah dan “sangat mengganggu”. Gergen berpendapat bahwa pidato Trump ini dimaksudkan untuk membuat suasana semakin keruh dan semakin membuat perpecahan, yaitu antara mereka yang mendukungnya dan mereka yang menentangnya. Gergen menungkapkan bahwa perlakuan ini sama saja seperti mengucapkan ‘I don’t give a damn what you think because you’re frankly like the enemy.’
Musuh, sebuah kata yang mungkin dapat menggambarkan perasaan Trump saat ini kepada warga Amerika serta lawannya baik dari Republik maupun Demokrat. Trump seperti tidak punya teman di Washington yang dapat mendukungnya. Hal ini mendorong kita berkata, memang enak menjadi seorang pemimpin negara dengan program-program yang tidak berjalan, malah cenderung hanya sebuah teori belaka? Apabila kemudian Trump dibenci, ini tidaklah mengherankan. Ada dimanakah posisi Trump, marilah kita lihat pada infografis dibawah. Ternyata, kebencian orang pada Trump telah membuatnya mendapat peringkat terendah, yaitu 41 persen. Memalukan memang, mengingat bahkan Mantan Presiden George W. Bush saja masih lebih popular dari Trump.
(Berbagai Sumber/N30)