HomeNalar PolitikPrabowo-Sandi dan Jejak Taipan

Prabowo-Sandi dan Jejak Taipan

Sandiaga bisa menarik perhatian keluarga kaya tertentu untuk merapat ke kubu Prabowo-Sandi.


PinterPolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]ilihan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk menggandeng Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno sempat mengagetkan beberapa pihak. Nama Sandi, memang tidak begitu banyak dibicarakan dibandingkan kandidat-kandidat lain untuk berpasangan dengan Prabowo.

Berbagai spekulasi pun mengemuka terkait hal ini. Salah satu bola liar yang menggelinding adalah soal dugaan politik uang. Sandi disebut-sebut menggelontorkan dana Rp 500 miliar kepada PAN dan PKS agar mau mengusung namanya. Sejauh ini, dugaan itu masih belum benar-benar bisa dibuktikan.

Persoalan dana memang dikabarkan menjadi salah satu pemberat langkah Prabowo untuk kembali maju sebagai capres. Mantan Danjen Kopassus tersebut disebut-sebut harus memutar otak untuk mencari sumber uang baru agar ambisinya menuju kursi RI-1 tetap terjaga.

Publik kadung menduga bahwa Sandi akan menjadi sosok yang mampu mengalirkan dana ke kubu Prabowo. Maka, sangat wajar jika mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini dipilih sebagai cawapres. Namun, mengapa harus Sandi? Mengapa tidak taipan-taipan lain?

Sandi, Wasiat Djojohadikusumo-Soeryadjaya

Sandi dapat menjadi salah satu contoh pengusaha muda sukses di negeri ini. Putra dari Mien Uno ini menembus jajaran orang terkaya di Indonesia versi majalah Globe Asia. Ia menduduki urutan ke-85 dengan estimasi kekayaan 300 miliar dolar AS.

Meski Sandi bergelimang harta, Pilpres adalah permainan yang sangat panjang dan tidak sederhana. Sulit untuk mengharapkan aliran dana jika hanya bersumber dari satu orang. Oleh karena itu, diperlukan ada sumber-sumber dana lain yang bisa mengalir ke pasangan Prabowo-Sandi.

Sejauh ini, selain Sandi, potensi yang paling dekat untuk dimanfaatkan jelas adalah Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo. Meski demikian, Hashim diprediksi tidak akan lagi jor-joran menggelontorkan dana seperti Pilpres 2014.

Sandi diharapkan bisa membuka aliran dana dari sumber lain selain Hashim dan dirinya sendiri. Tercatat, ia pernah memiliki usaha dengan pengusaha-pengusaha terkemuka lain. Salah satu nama yang pernah merintis usaha bersama Sandi adalah Edwin Soeryadjaya di bawah bendera Saratoga Investama.

Keluarga Soeryadjaya bukanlah keluarga sembarangan di negeri ini. Klan ini dikenal sebagai pendiri Astra, sebuah grup yang saat ini menduduki urutan nomor satu grup perusahaan di negeri ini. Selain itu, keluarga ini juga merambah banyak bisnis lain.

Meski terkenal sangat sukses, klan tersebut mungkin saja tidak akan sebesar saat ini jika tidak mendapat bantuan dari sosok lain. Dalam konteks ini, Menteri Perdagangan era Soeharto, Sumitro Djojohadikusumo memiliki andil cukup signifikan dalam kesuksesan William Soeryadjaya. Sumitro, diketahui adalah ayah dari Prabowo dan juga Hashim.

Baca juga :  Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Kedekatan Sumitro dengan keluarga Soeryadjaya bermula dari hubungannya dengan Tjia Kian Tie, kakak dari William. Kala itu, Sumitro menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Burhanuddin Harahap. Sumitro sempat mengasing ke luar negeri pasca peristiwa PRRI/Permesta, akan tetapi, hubungannya dengan Kian Tie tetap terjaga.

Saat Sumitro kembali ke Tanah Air dan menjadi Menteri Perdagangan, babak baru hubungan dua keluarga ini pun dimulai. Pengaruh Sumitro sebagai Menteri Perdagangan memberikan kesempatan bagi Astra International, perusahaan yang didirikan William, menjadi perusahaan yang besar.

Atas bantuan Sumitro sebagai Menteri Perdagangan, pada Juli 1969 Astra berhasil menjadi agen tunggal bagi mobil-mobil bermerek Toyota di Indonesia. Setelah Toyota masuk ke Indonesia, semuanya menjadi lebih mudah bagi Astra dan William. Perusahaan ini tidak hanya bergerak di bidang otomotif, tetapi juga merambah ke perdagangan, keuangan, kontraktor, elektronik, komputer, hotel, kayu lapis, sampai agrobisnis.

Setelah itu, dikabarkan bahwa hubungan keluarga Djojohadikusumo dan Soeryadjaya menjadi sangat akrab. Konon, anak-anak dari kedua klan ini dititipi pesan cukup penting: apapun masalah yang ada dan di tengah situasi yang sesulit apapun, anak-anak dari kedua keluarga ini dilarang bertikai. Konon, wasiat ini masih dijaga oleh anak-anak dari kedua klan tersebut.

Jelang Pilpres 2014, beredar isu bahwa Prabowo bertemu dengan Lily Anwar, istri mendiang William. Berhembus kabar bahwa Prabowo berniat merajut kembali tali persaudaraan antara dua keluarga. Meski begitu, tidak ada yang bisa memastikan apa yang terjadi dalam kabar pertemuan tersebut.

Mendapat Penghubung

Lalu di mana posisi Sandi dalam hubungan kedua keluarga ini? Jawabannya ada pada hubungan antara Sandi dengan keluarga Soeryadjaya. Hubungan Sandi dengan keluarga Soeryadjaya bukan hanya sekadar relasi bisnis semata. Secara personal, Wakil Gubernur DKI Jakarta itu tergolong cukup dekat dengan keluarga kaya tersebut.

Sandi menganggap Om Willem, begitu ia menyapa William, sebagai mentor bagi karier bisnisnya. Tidak hanya sekadar mentor, Sandi juga sudah menganggap Om Willem seperti ayahnya sendiri. Kedekatan ini konon bersumber dari dititipkannya Sandi ke keluarga Soeryadjaya oleh keluarga Uno. Dalam kadar tertentu, Sandi bisa dianggap sebagai representasi dari keluarga Soeryadjaya.

Baca juga :  Kok Prabowo Berani Bikin Kabinet Gemuk? Ini Alasan Sebenarnya!

Memang, belakangan Sandi terlibat perseteruan dengan salah satu anak William, yaitu Edward Soeryadjaya. Akan tetapi, hal ini tidak berarti hubungan antara Sandi dan klan Soeryadjaya benar-benar putus total. Sandi misalnya masih memiliki kedekatan dengan Edwin Soeryadjaya. Apalagi, anak-anak William yang lain dikabarkan tidak akur dengan Edward karena dianggap sebagai biang keladi kehancuran bisnis keluarga.

keluarga Soeryadjaya

Edwin sempat memberikan dukungan kepada Sandi di masa Pilgub DKI Jakarta 2017. Kala itu, Sandi diterpa kasus hukum yang berkaitan dengan Edward. Dalam sebuah pertemuan antara Sandi dan keluarga Soeryadjaya, Edwin memberikan dukungan moral kepada Sandi dan menganggap bahwa terpaan kasus ini tidak lain berkaitan dengan politik, mengingat saat itu Edward adalah pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Berdasarkan kondisi tersebut, sangat logis jika Prabowo memilih Sandiaga sebagai wakilnya. Ada wasiat dari sang ayah yang harus dijaga. Ada hubungan dua keluarga yang harus dipertahankankan. Sandi dalam hal ini dapat menjadi proxy antara Prabowo sebagai perwakilan klan Djojohadikusumo dengan klan Soeryadjaya.

Tidak hanya sekadar penghubung keluarga, Sandi juga dapat berperan sebagai penghubung dana bagi pasangan Prabowo-Sandi. Dalam konteks ini, keluarga Soeryadjaya, terutama Edwin bisa saja mengalirkan dananya untuk Prabowo-Sandi. Edwin sendiri tercatat memiliki kekayaan total 2 miliar dolar AS dan menduduki peringkat 13 orang terkaya versi Globe Asia. Dalam konteks ini, keluarga Soeryadjaya bisa saja memainkan peran sebagai sumber plutocratic finance bagi pasangan Prabowo-Sandi.

Istilah plutocratic finance ini dikemukakan misalnya oleh Michael Pinto Duschinsky. Plutocratic finance merupakan sumber dana politik yang berasal dari kelas berkuasa baik itu pengusaha yang sukses ataupun para aristokrat.

Keluarga Soeryadjaya di satu sisi dititipi pesan untuk tetap akur dengan keluarga Djojohadikusumo. Oleh karena itu, bisa saja, untuk menjaga tali persaudaraan kedua klan ini Edwin memilih merapat ke kubu Prabowo-Sandi. Dengan begitu, bisa saja ada aliran dana baru bagi pasangan tersebut.

Keberadaan Sandi dapat meningkatkan peluang aliran dana tersebut. Bagaimanapun, Sandi adalah murid bisnis dari Om Willem sekaligus juga mitra bisnis dari Edwin. Sandi seolah melengkapi Prabowo sehingga aliran dana dari klan ini berpeluang masuk.

Tentu, semua hal itu masih perlu dibuktikan. Akan tetapi, sejarah hubungan antara Prabowo-Sandi dengan keluarga Soeryadjaya tentu membuat publik menebak-nebak. Menarik untuk ditunggu titik terang dari berbagai spekulasi ini. (H33)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...