HomeHeadlinePrabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Kecil Besar

Dengarkan artikel ini:

Audio ini dibuat menggunakan AI.

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo Subianto ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah ini menjadi bukti bahwa negara kini kembali hadir?


PinterPolitik.com

โ€œThis is the Wayโ€ โ€“ Din Djarin, The Mandalorian (2019-sekarang)

Di pinggiran galaksi yang jauh, terbentang wilayah bernama Outer Rim, sebuah tempat yang terabaikan oleh Empire maupun Republic. Tempat ini dipenuhi oleh dunia-dunia tandus, planet-planet dengan iklim ekstrem, dan masyarakat yang hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian, di mana hukum resmi hampir tidak pernah menyentuh permukaan. 

Dalam keadaan seperti itu, kekuatan dan keberanian menjadi hukum baru, sementara keamanan hanya bisa dibeli dengan harga mahal atau diperjuangkan sendiri.

Di sana, mereka yang kuat dan berani, seperti pemburu hadiah Din Djarin dalam The Mandalorian (2019-sekarang), menjalani kehidupan yang keras dan penuh risiko. Tanpa otoritas untuk menetapkan aturan atau melindungi warga, kekacauan justru menjadi norma. 

Para pedagang gelap, sindikat kriminal, dan organisasi bayangan bergerak leluasa di ruang tanpa hukum ini. Mereka melihat ketidakhadiran otoritas sebagai kesempatan emas untuk beroperasi tanpa hambatan. 

Namun, bagi masyarakat biasa, kehidupan di Outer Rim adalah pergulatan harian untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak pernah stabil.

Di setiap pasar dan pos perdagangan kecil, ketidakpastian menyelimuti setiap transaksi. Harga barang bisa berubah sewaktu-waktu, kecurangan dan penipuan adalah hal biasa, dan kesempatan ekonomi hanya ada bagi mereka yang cukup berani mengambil risiko besar. 

Infrastruktur minim, akses pada kebutuhan dasar terbatas, dan peluang untuk berkembang terasa seperti angan-angan semata. Tak ada otoritas yang memberikan jaminan, tak ada yang mengatur kesejahteraan; semua orang harus berjuang sendiri.

Ketiadaan aturan ini menciptakan kesenjangan yang semakin lebar di antara kelompok masyarakat. Yang kuat dan kaya menguasai sebagian besar sumber daya, sementara yang lemah terus terpinggirkan dalam hierarki yang kejam. 

Bagi mereka yang hidup dalam bayang-bayang seperti ini, kebebasan tanpa aturan justru terasa seperti rantai yang membelenggu, menekan kehidupan sehari-hari mereka hingga hanya tersisa kekosongan dan ketidakpastian.

Mengapa kehadiran otoritas penting untuk menciptakan ekonomi yang stabil dan adil? Lantas, mengapa ini berkaitan erat dengan dinamika politik dan pemerintahan di dunia nyata, khususnya di Indonesia?

Logika Finansial dan Logika Politik

Di banyak wilayah dunia, termasuk Indonesia, logika finansial sering kali berjalan seiring dengan logika politik, seperti roda yang berputar di poros yang sama. Ketika politik stabil dan pemerintahan bekerja secara efektif, iklim bisnis dan usaha akan lebih menarik bagi investor dan pengusaha, menciptakan peluang yang lebih luas bagi masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera.

Baca juga :  Surat Cinta Putin untuk Prabowo

Dalam buku Political Risk: How Businesses and Organizations Can Anticipate Global Insecurity oleh Condoleezza Rice dan Amy B. Zegart, keduanya menulis bahwa stabilitas politik dan kepastian hukum memberikan keyakinan kepada para investor untuk menanamkan modal di suatu negara. 

Ketika suatu pemerintahan dapat menjaga ketertiban, menghormati hukum, dan membangun kepercayaan publik, sektor bisnis pun merasa aman dan terdorong untuk berkembang di dalamnya.

Sebaliknya, dalam situasi yang penuh ketidakpastian politik, bisnis pun menjadi ragu untuk mengambil langkah besar. Hal ini seperti yang kita lihat di Outer Rim dalam semesta Star Wars, di mana ketiadaan otoritas yang kuat dan hukum yang jelas menjadikan wilayah itu penuh ketidakpastian, sehingga ekonomi dan kesejahteraan pun tak berkembang. Tanpa kepastian hukum, bisnis terpaksa mengambil risiko yang lebih besar, beroperasi dalam bayang-bayang ketidakamanan, dan sering kali mengeluarkan biaya tambahan hanya untuk menjaga keberlanjutan.

Para ahli menekankan bahwa ketidakstabilan politik adalah faktor risiko besar bagi bisnis, karena ketidakpastian ini dapat berdampak langsung pada kemampuan pelaku usaha untuk berkembang. Iklim usaha yang sehat bergantung pada kepastian hukum dan politik yang stabil. Artinya, iklim usaha yang stabil tak hanya menciptakan peluang ekonomi tetapi juga menumbuhkan kepercayaan yang menjadi fondasi bagi perekonomian jangka panjang.

Seperti di Outer Rim, ketiadaan kepastian justru memicu kesenjangan dan mempersulit masyarakat biasa. Dari sini, pertanyaannya adalah: mengapa ini perlu menjadi perhatian pemerintahan Prabowo Subianto saat ini? Sejauh mana pemerintahan sekarang memahami hal ini?

Prabowo dan Negara yang Hadir

Pada 8-10 November 2024, Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok yang menjadi tonggak penting bagi hubungan bilateral kedua negara. Dalam kunjungan ini, Prabowo didampingi oleh beberapa konglomerat besar Indonesia, termasuk Arsjad Rasjid, Tommy Winata, dan Girabaldi โ€œBoyโ€ Thohir, yang menandatangani berbagai kerja sama bisnis strategis dengan Tiongkok. 

Baca juga :  Soekarno + Soemitro = Prabowo?

Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintahan Prabowo, dengan kontrol politik yang kuat, mampu menciptakan iklim yang stabil dan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui hubungan internasional yang lebih erat.

Kekuatan pemerintahan Prabowo terlihat dalam kemampuannya untuk memfasilitasi sinergi antara sektor publik dan swasta, yang berkontribusi pada iklim politik yang lebih stabil. Sebagai Presiden, Prabowo menunjukkan komitmen kuat terhadap pembangunan ekonomi Indonesia dengan menciptakan suasana yang mengundang investasi asing. 

Kepercayaan para pengusaha kelas atas untuk terlibat langsung dalam kunjungan ini menunjukkan keyakinan mereka terhadap kestabilan politik yang dipimpin oleh Prabowo, yang mengurangi ketidakpastian bagi para pelaku bisnis.

Kondisi ini mengingatkan pada konsep stabilitas politik yang penting dalam teori ekonomi politik, yang menunjukkan bahwa negara dengan pemerintahan yang stabil dapat menarik investasi dengan menciptakan kebijakan yang jelas dan mendukung sektor bisnis. 

Dalam hal ini, pemerintahan Prabowo berfungsi seperti negara dengan kontrol kuat di wilayah yang sebelumnya tidak stabil, seperti yang digambarkan di Outer Rim dalam Star Wars. Ketiadaan otoritas yang kuat di Outer Rim menyebabkan ekonomi kesulitan berkembang, berbeda dengan situasi di Indonesia yang semakin menjanjikan.

Dengan mengedepankan kepastian hukum dan kebijakan yang mendukung, pemerintahan Prabowo juga berusaha menciptakan iklim yang kondusif bagi bisnis, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rice dan Zegart, seperti dikutip di atas. 

Stabilitas politik yang tercipta di bawah kepemimpinan Prabowo bukan hanya menciptakan kepercayaan di kalangan investor, tetapi juga membuka peluang besar bagi Indonesia untuk berkembang lebih jauh di kancah global. Bukan begitu? (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa โ€œTundukโ€ Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan โ€œtundukโ€ kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana โ€œKesucianโ€ Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, โ€œkesucianโ€ Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

More Stories

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Siasat Ahok โ€œBongkarโ€ Korupsi Pertamina

Ahok tiba-tiba angkat bicara soal korupsi Pertamina. Mengacu pada konsep blame avoidance dan UU PT, mungkinkah ini upaya penghindaran?

Dari Deng Xiaoping, Sumitro, hingga Danantara

Presiden Prabowo Subianto telah resmikan peluncuran BPI Danantara pada Senin (24/2/2025). Mengapa mimpi Sumitro Djojohadikusumo ini penting?