Asisten Pribadi Prabowo ungkap kemampuan Prabowo berbicara dengan hewan. Rizky Irmansyah menyebutkan semut, nyamuk, kucing, hingga kuda. Banyak yang menyangsikan hal tersebut. Yuval Noah Harari mengungkapkan sebaliknya, bahwa kita dulu pernah begitu dekat dengan hewan, berkoordinasi, dan berkomunikasi sebagai satu bagian integral dalam kehidupan manusia.
Pinterpolitik.com
Dalam unggahannya di Instagram, Rizky Irmansyah mengunggah foto Prabowo dengan hewan-hewan peliharaannya, dengan deskripsi berupa cerita beberapa pengalaman Rizky menemani Prabowo yang sering berkomunikasi dengan hewan. Dalam unggahannya, Rizky menyebut semut, nyamuk, sapi, kambing, burung elang, kecoa menjadi daftar hewan yang pernah diajak berkomunikasi dengan Prabowo.
Rizky menceritakan ketika Prabowo akan makan salmon, di piring tersebut sudah penuh dengan semut. Prabowo lalu meminta semut untuk pergi sebab dia akan makan salmon tersebut, kurang dari 1 menit semua semut sudah pergi seluruhnya. Tak hanya semut, nyamuk juga pergi ketika Prabowo memintanya agak tidak hinggap dan mengganggu jalannya rapat yang sedang dia lakukan.
Di kesempatan lain, Rizky mengisahkan bobby sang kucing Kertanegara juga akan ngambek keesokan harinya ketika Prabowo lupa untuk mengajaknya bermain dan tidak pamitan tatkala akan kembali ke Hambalang. Principe, kuda milik Prabowo juga hanya mau makan ketika disuapi apel dan wortel setiap pagi.
Kisah tikus dan kecoa tidak terangkum, hanya disebutkan nama mereka saja, unggahan tersebut ditutup dengan esensi bahwa Prabowo memancarkan gelombang kebaikan, sehingga hewan merasa nyaman berada di sekitar dirinya.
Beberapa kalangan menyangsikan kemampuan tersebut. Sebab kemampuan berkomunikasi manusia hanya terbatas pada sesamanya semata, ujar mereka. Namun pada kenyataannya, kemampuan berbicara dengan hewan bukan isapan jempol, namun bisa diretas secara antropologis.
Batas Komunikasi dan Berbahasa
Ada reduksi dalam berkomunikasi, bahwa komunikasi hari ini hanya dianggap sebagai kemampuan berbincang, kemampuan mengutarakan maksud lewat pesan verbal. Fungsi dari komunikasi adalah penyampaian pesan, dia bisa berbentuk apapun, mulai dari visual, psikologis, motorik, dsb.
Orang bisa tidak suka dengan rekannya tidak harus dengan jalan mengutarakannya secara oral, namun sudah bisa terbaca dari bagaimana gerak-gerik tubuhnya yang menandakan dia sedang tidak suka dengan lawan bicara. Mimik muka menjadi medan baca pesan komunikasi yang kerap dianalisis terlebih dalam tahun politik.
Di dunia politik kita mengenal semiotika, bagaimana komunikasi yang coba dilakukan oleh sang politisi tidak menggunakan susunan kata-kata, namun simbol-simbol yang dipergunakan, mulai dari motif batik, jenis mobil, warna yang sedang ditonjolkan, dsb.
Komunikasi di kemudian hari hanya dianggap lewat oral, pun dia harus dituturkan dalam bentuk bahasa. Dan terjadi penunggalan bahasa, bahwa bahasa verbal yang dipakai juga harus menggunakan standar struktur berbahasa tertentu. Kuda tentu bisa mengeluarkan suara, namun kemampuan berbahasa kuda tidak cocok dengan bahasa yang dimiliki manusia, sehingga manusia dianggap tidak akan mampu mengerti hewan.
Bahasa menjadi kendala utama, bahkan dengan sesama manusia dengan jenis bahasa yang berbeda saja manusia bisa tidak saling memahami satu sama lain. Dalam pengetahuan bahasa secara analitis, struktur bahasa manusia sejatinya sama, sehingga tanpa harus menggunakan simbol bahasa yang sama, manusia bisa memahami.
Dalam kasus hewan, struktur berbahasa mengalami evolusi, dari yang awalnya struktur bahasa yang mereka gunakan hanya untuk berkomunikasi sesama hewan, dia berubah dan membuat struktur baru dalam berbahasa sehingga manusia bisa memahami.
Dari penelitian yang dilakukan, anjing dan kucing adalah hewan yang mengalami evolusi berbahasa. Kucing sebagai contoh memiliki bahasa yang berbeda ketika diucapkan dengan sesama kucing, dengan apa yang mereka ucapkan kepada manusia.
Tentu ini semua terjadi sebab adanya kekuasaan manusia di dunia, yang menjadikan mamalia terdomestifikasi dan akhirnya berevolusi mengikuti keinginan manusia. Kucing, anjing, kuda, sapi, adalah hewan-hewan yang berhasil terdomestifikasi dan mampu berjalan bersama kehidupan manusia.
Maka dari sana bisa ditarik, baik hewan sendiri sudah berevolusi untuk mampu memahami manusia, dan sebaliknya manusia juga bisa memahami hewan-hewan. Pun jika tidak ada bahasa tersebut, komunikasi masih tetap bisa dijalin dengan menggunakan gerak tubuh, mimik muka, dsb.
Pak Prabowo dan foto Bobby di Jak – Cats, a Photography Exhibition by Ted Van Der Hulst. Kejutan manis dari mas Didit putra pak Prabowo untuk ayahnya pic.twitter.com/nLiJaBjLku
— diah soewarno (@diah_soewarno) April 14, 2019
Sejarah Peradaban Manusia dan Hewan
Dalam bukunya Homo Sapiens, Yuval Noah Harari memaparkan bahwa dahulu manusia hidup bersama-sama dengan hewan. Ketika manusia masih dalam kondisi berburu nenek moyang kita hidup di hutan, makan ketika ada makanan, dan lekas meninggalkan tanpa membawa barang apapun, hidup masih nomaden.
Walhasil imbasnya adalah ketika berburu di hutan manusia harus berbagi dengan hewan-hewan lain. Kita masih bersaing dan bahkan berkoordinasi dengan hewan supaya bisa mendapatkan makanan. Dikisahkan manusia sering makan daging sisa dari hewan hasil buruan pemangsa lain.
Buah yang kita makan juga harus dibagi dengan herbivora lain, tak lain demi tidak terjadinya konflik di hutan, demi menjaga harmoni. Makan 3 kali sehari baru tercipta setelah itu, setelah kita hidup menetap, menemukan pertanian, dan dengan demikian bisa menimbun makanan.
Timbunan makanan, penguasaan lahan, dan pembuatan rumah menjadikan kita terbiasa untuk memupuk kapital, demi bertahan hidup. Akhirnya hewan yang tadinya digunakan sebagai rekan dalam kerja mencari makanan sudah tak lagi terjadi, beberapa jenis mamalia akhirnya didomestifikasi, dan menjadikan manusia tercerai dari hewan sebagai rekan kerja di hutan.
Hari ini terjadi perubahan, bahwa hewan adalah subordinat dari manusia. Sehingga berbincang dengan hewan bukanlah sebuah urgensi, sebab kita bisa melakukan apapun tanpa bernegosiasi kepada mereka. Sehingga kemampuan berbicara dengan hewan adalah suatu penistaan, sebab menurunkan derajat manusia ke level yang lebih rendah.
Kedua bahwa sebab kemampuan ini sudah hilang, klaim Harari terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu, maka dia menjadi supranatural, dia menjadi hal yang tidak biasa dan cenderung mistis. Sebab kemampuan ini sudah hilang dari antropologi manusia modern. Sehingga mereka yang bisa berbicara dengan hewan adalah yang tidak natural, dia diangga nyeleneh, supranatural.
Sejatinya kemampuan berbicara dengan hewan masih jamak kita temukan, bagaimana penjinak hewan, pawang gajah, pelatih kuda, yang mampu menjalin komunikasi yang baik sehingga bisa menjinakkan hewan.
Kuy sayangi hewan, layaknya Prabowo sayang kucingnya Share on XPemimpin Cinta Hewan
Tak hanya Prabowo, banyak sekali pemimpin dunia yang memiliki kedekatan dengan hewan-hewan mereka. Di antaranya yaitu, Emmanuel Macron yang memelihara anjing. Tak hanya Macron, Presiden Rusia, Vladimir Putin bahkan sangat terkenal dengan anjingnya yang sangat dia sayang, dan selalu dibawa ketika bertemu dengan pemimpin dunia manapun.
Putin memiliki 4 anjing yang tinggal bersama, di antaranya yaitu Pasha, Verni, Yume, dan Buffy. Kunjungan negara manapun ke Rusia akan selalu disambut oleh salah satu anjing Putin, bahkan tidak terlewat ketika Angel Merkel yang takut dengan anjing masih harus bertemu dan disalak oleh anjing Putin, Connie, seekor Black Labrador Retriever yang tentu saja nampak garang.
Prabowo tidak sendirian sebagai pecinta satwa, pemimpin dunia lain juga demikian. Terlebih latar belakang keluarga Prabowo yang memang semuanya menyenangi satwa, adiknya Hashim Djojohadikusumo pernah tercatat sebagai Dewan Pengawas Taman Marga Satwa Ragunan Jakarta.
Dari kemampuan komunikasi, kesejarahan manusia dengan hewan, dan latar belakang keluarga Prabowo nampaknya berbicara dengan hewan adalah sesuatu yang nampaknya biasa saja.
Justru kalimat penutup dari unggahan Rizky adalah kunci penjelas dari kisah kemampuan komunikasi Prabowo dengan hewan, bahwa Prabowo digambarkan sebagai orang baik. Jika manusia hanya menilai dari penampakan luar, hewan bisa menemukan inti asli dari pribadi manusia.
Di tengah gempuran bahwa Prabowo adalah orang yang keras, yang sering meledak-ledak, kecintaannya pada hewan adalah upaya delegitimasi atas konstruksi tersebut. Jika mencintai hewan saja bisa, dan hewan merasa nyaman dengan Prabowo, apalagi masyarakat, begitu logika yang boleh jadi ingin dibangun. (N45)