HomeHeadlinePrabowo and the Halalbihalal Show

Prabowo and the Halalbihalal Show

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto tampak gencar bersilaturahmi dan mengadakan halalbihalal dengan banyak tokoh – mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa – di tengah momen perayaan Hari Raya Idulfitri 1443H. Inikah halalbihalal show ala Prabowo?


PinterPolitik.com

“I swear I’m ’bout to eat, Eid Mubarak” – Russ, “Hustler Freestyle” (2021)

Terdapat salah satu episode seri kartun asal Malaysia, Upin & Ipin (2007-sekarang), yang mungkin masih terasa relevan dengan para penonton Indonesia, yakni episode ke-19 hingga ke-21 dari musim ke-7 yang berjudul “Riang Raya”. Dalam episode-episode tersebut, Upin dan Ipin beserta keluarga dan teman-temannya hendak merayakan Hari Raya Idulfitri dengan menyiapkan hidangan seperti rendang ayam dan kurma.

Upin dan Ipin juga tidak lupa untuk mengundang teman-temannya – seperti Ehsan, Mail, Fizi, Susanti, Mei Mei, Jarjit, hingga Tok Dalang – untuk menyantap makanan bersama-sama di rumah mereka. Apa yang diperbincangkan pun bermacam-macam – mulai dari hidangan yang disajikan hingga tradisi saling memaafkan dalam Hari Raya.

Apa yang dilakukan oleh Upin dan Ipin ini sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan apa yang dilakukan oleh para pejabat dan politisi di Indonesia. Salah satunya adalah Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. 

Seakan-akan menjadi pusat perhatian, nama Prabowo memang banyak mengisi judul-judul berita di media massa akhir-akhir ini. Bagaimana tidak? Prabowo tampaknya tengah melakukan kegiatan unjung-unjung – istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan berkeliling kala momen Lebaran – ke banyak tokoh.

Di hari pertama Lebaran, misalnya, Prabowo berkunjung ke Yogyakarta dan mengunjungi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tentunya, sejumlah hidangan seperti opor turut dihidangkan.

Tidak hanya Jokowi, Prabowo juga berkunjung ke kediaman Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani. Di sana, kabarnya, hidangan utamanya adalah rendang ayam dengan resep warisan Presiden Soekarno.

Tidak hanya ke tokoh nasional, Prabowo juga berkunjung ke Provinsi Jawa Timur. Sejumlah tokoh agama – seperti KH Kholil As’ad di Situbondo dan KH Ahmad Muzaki di Jember – menjadi sosok-sosok yang dikunjungi oleh Prabowo.

Unjung-unjung Silaturahmi Prabowo

Kegiatan unjung-unjung Prabowo tidak hanya berhenti di para ulama tersebut. Di hari yang sama, Prabowo juga bertemu Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa dan menyantap hidangan-hidangan khas Jatim seperti rawon dan bakso.

Kegiatan-kegiatan Prabowo yang tiba-tiba menarik perhatian banyak orang ini bisa dibilang berbeda dengan persona sang Menhan sebelum-sebelumnya yang tampak jarang tampil di publik. Seperti yang disebut oleh pengamat politik Rocky Gerung, media-media massa kala perayaan Lebaran justru memusatkan perhatian mereka ke Prabowo.

Baca juga :  Prabowo and The Nation of Conglomerates

Tentu, ini menimbulkan sejumlah pertanyaan. Mengapa Prabowo kini tampak lebih rajin tampil di publik dengan berbagai kegiatan silaturahmi dan halalbihalal Lebaran 1443H? Apakah ini semacam halalbihalal show ala Prabowo?

Ada Apa dengan Halalbihalal dan Politik?

Halalbihalal dan kegiatan silaturahmi bisa dibilang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang umum dilakukan oleh kelompok Muslim Indonesia – bahkan juga oleh Muslim yang ada di negara-negara rumpun Melayu lainnya. Tanpa halalbihalal, perayaan Lebaran akan menjadi terasa kurang nikmat.

Inilah mungkin mengapa kegiatan halalbihalal dan silaturahmia juga umum dilakukan dalam dimensi politik – misal para pejabat yang biasa mengadakan open house ketika Hari Raya tiba. Lagipula, apa yang terjadi dalam dimensi ini juga merupakan refleksi dari masyarakat kita sendiri.

Namun, bukan tidak mungkin, tradisi yang umum dilakukan di masyarakat ini juga menjadi instrumen dalam politik. Sejarah halalbihalal itu sendiri, misalnya, disebut berkaitan dengan perpecahan yang terjadi antar-elite politik kala era pemerintahan Soekarno dulu.

Ada yang menyebutkan bahwa – bila mengacu pada cerita Puan – istilah halalbihalal sendiri datang dari percakapan antara Presiden Soekarno dengan KH Wahab Hasbullah yang merupakan seorang ulama Nahdlatul Ulama (NU). Disebutkan bahwa halalbihalal dijadikan momen yang pas bagi para elite politik untuk saling memaafkan – di tengah banyaknya perbedaan dan silang pendapat soal pembangunan bangsa dan negara di antara mereka.

Wejangan Gus Dur untuk Prabowo

Bila benar demikian merupakan penggalan sejarah dari halalbihalal kala momen Lebaran, ini menjadi masuk akal. Mengacu pada Katarína Popelková dalam tulisannya yang berjudul Holidays: The Mirror of Society, hari raya dan hari besar (holidays) memiliki makna sebagai interupsi atas rutinitas sehari-hari.

Di tengah interupsi tersebut, perubahan kegiatan sehari-hari pun terjadi. Ini berujung pada tindakan-tindakan normatif dan bersifat “ritual” yang menghasilkan makna-makna simbolis.

Dalam Hari Raya Idulfitri, misalnya, tindakan-tindakan “ritual” tersebut hadir dalam kegiatan-kegiatan halalbihalal dan silaturahmi. Sejumlah makna simbolis – seperti saling memaafkan – turut terbawa dalam ritualisasi ini.

Dengan esensi seperti ini, hari raya akhirnya memiliki banyak fungsi sosial yang bisa dimanfaatkan oleh aktor-aktor dalam masyarakat. Mungkin, esensi inilah yang akhirnya digunakan oleh Soekarno dan KH Wahab Hasbullah dalam mengarungi ruang politik antar-elite kala itu.

Namun, Popelková juga menyebutkan bahwa simbol dan makna yang melekat pada hari raya dan hari besar bisa digunakan sebagai “penyamaran” (disguise) bagi aktor-aktor yang berkepentingan. Lantas, mungkinkah ada kepentingan politik di balik “ritual” halalbihalal ala Prabowo akhir-akhir ini?

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati

Halalbihalal Show ala Prabowo?

Bukan tidak mungkin, kegiatan halalbihalal dan silaturahmi yang gencar dilakukan oleh Prabowo didasarkan pada kepentingan tertentu – terlepas dari simbol dan makna yang melekat pada momen-momen Hari Raya Idulfitri. Pasalnya, boleh jadi, kegiatan-kegiatan Lebaran dari Prabowo yang banyak dibicarakan media menjadi keuntungan tersendiri bagi Ketum Partai Gerindra tersebut.

Seperti yang dijelaskan Popelková sebelumnya, simbol dan makna ini bisa sejalan dengan kepentingan aktor-aktor yang ada pada ruang sosial-politik. “Ritual” – seperti halalbihalal – mengandung makna tersendiri di mata masyarakat Indonesia.

Silaturahmi Hangat dari Prabowo

Boleh jadi, apa yang dilakukan Prabowo merupakan upaya signalling. Dalam diplomasi, mengacu pada tulisan Christer Jönsson and Karin Aggestam yang berjudul Trends in Diplomatic Signalling, upaya signalling (memberi sinyal atau isyarat) bisa menjadi salah satu cara komunikasi non-verbal yang diarahkan pada pihak-pihak tertentu.

Dengan memberi isyarat tertentu, pihak-pihak lain yang menyaksikan pertunjukan (show) halalbihalal ala Prabowo bisa mendapatkan isyarat-isyarat tertentu. Apa yang dilakukan oleh Ketum Gerindra tersebut bisa jadi menunjukkan bahwa dirinya merupakan sosok yang suka bersilaturahmi dan dekat dengan banyak tokoh dan kelompok.

Bila benar demikian, apa yang dilakukan oleh Prabowo bisa juga disebut sebagai virtue signalling. Neil Levy dalam tulisannya yang berjudul Virtue Signalling is Virtuous menjelaskan bahwa virtue signalling berkaitan erat dengan konsep moral grandstanding (pengagungan moral).

Setidaknya, pengagungan moral ini menjadi upaya untuk memberikan kontribusi dalam diskursus moral guna menunjukkan bahwa dirinya merupakan seseorang yang patut dihormati secara moral. Bukan tidak mungkin, dengan virtue signalling yang dilakukan melalui halalbihalal dan silaturahmi, Prabowo menunjukkan kepada publik dan media bahwa dirinya merupakan yang patut dihormati secara moral – mengingat momen Lebaran juga berkaitan dengan makna-makna kebaikan dan saling memaafkan bagi umat Muslim.

Di sisi lain, Prabowo juga mengunjungi tokoh-tokoh yang erat dengan kelompok Muslim – sebuah atribut yang sebenarnya kurang dimiliki secara menyeluruh oleh Ketum Gerindra tersebut. Pasalnya, dengan menguatnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang erat dengan kelompok Muslim dalam panggung Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, bukan tidak mungkin Prabowo akan kehilangan banyak suara yang sebelumnya dikantonginya pada Pilpres 2019 lalu.

Maka dari itu, halalbihalal show ini bisa menjadi isyarat bahwa Prabowo memiliki virtue atau pandangan nilai yang sama dengan kelompok-kelompok Muslim – kelompok agama yang memiliki porsi suara yang besar dalam kancah politik nasional. Lagipula, momen apa yang paling tepat bila bukan hari raya terbesar yang dirayakan oleh umat Muslim? Bukan begitu? (A43)


spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Dengarkan artikel ini: Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut. Meski belum juga terjadi, banyak yang...

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?