HomeNalar PolitikPolisi dan DPR Juara Korupsi?

Polisi dan DPR Juara Korupsi?

Kecil Besar

Kata Pak Prabowo, saat ini korupsi sudah merajalela. Kira-kira lembaga mana yang paling korup?


PinterPolitik.com

[dropcap]M[/dropcap]emang korupsi sepertinya sudah menjadi tradisi di negeri ini, bahkan sudah melar kemana-kemana. Hal ini disampaikan oleh Pak Prabowo, ketika menyampaikan orasi ilmiah di acara Dies Natalis XVII dan wisuda Universitas Bung Karno, Kamis (16/11).

Wajar kalau hingga saat ini, banyak masyarakat Indonesia  yang belum sejahtera. Salah satu penyebabnya, ya karena korupsi. Ini memang fenomena yang aneh untuk negara majemuk  seperti Indonesia. Mengapa?

Sebab kasus korupsi melibatkan para petinggi negara. Terutama yang bercokol di parlemen, biroksasi, kejaksaan hingga kepolisian. Nasib negeri ini, sudah seperti sebatang pohon yang diganduli benalu. Yah, para koruptor itu ‘benalu’ bagi wong cilik. Pernah ada survei tentang lembaga terkorup di Indonesia. Mau tau, siapa yang keluar sebagai juaranya?

Berdasarkan survei Global Corruption Barometer (GBC) 2017 beberapa waktu lalu, yang menjadi juara lembaga terkorup di Indonesia adalah DPR dan Kepolisian. Memang ini bukan sekedar isapan jempol. Sebab, sebelumnya juga telah diamini oleh Pak Tito Karnavian sendiri.

Coba amati aja kasus korupsi di daerah.  Pelakunya, ya katanya wakil rakyat itu, mau siapa lagi? Bahkan ada yang jadi Bandar Narkoba segala lagi. Malu-maluin aja ya.

Jangan lupa, tengok pula headline berita beberapa hari belakangan ini. Papa Setnov lagi viral lho, ya ampun. Semua ini berkat prestasinya dalam ‘meng-aman-kan’ uang rakyat lewat proyek e-KTP. Wow, selamat ya Pak, tapi kok malah sembunyi?

Selain DPR, dari pihak kepolisian juga tak sedikit yang korupsi ternyata. Buktinya, baru-baru ini ada tiga oknum kepolisian yang tertangkap basah, tapi bukan karena disiram ’air keras’ ya? Rupanya karena pungli saat menggelar operasi Zebra. Waduh, kok jadi gini ya?

Yah mau gimana lagi, kalo yang di atas udah kayak gitu. Kita yang komunitas akar rumput ini, bisa apa? Maka, mau nggak mau perlu ada kerja sama antara pemerintah dan rakyat. Caranya gimana?

Semua berawal dari diri sendiri dulu. Misalnya, mindset soal ‘budaya korupsi’ diubah menjadi ‘budaya anti korupsi ’. Selebihnya, silahkan pikirkan sendiri. (K-32)

Baca juga :  Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

PDIP dan Gerindra Ngos-ngosan

PDI Perjuangan dan Gerindra diprediksi bakal ngos-ngosan dalam Pilgub Jabar nanti. Ada apa ya? PinterPolitik.com Pilgub Jabar kian dekat. Beberapa Partai Politik (Parpol) pun mulai berlomba-lomba...

Arumi, ‘Srikandi Baru’ Puan

Arumi resmi menjadi “srikandi baru” PUAN. Maksudnya gimana? PinterPolitik.com Fenomena artis berpolitik udah bukan hal baru dalam dunia politik tanah air. Partai Amanat Nasional (PAN) termasuk...

Megawati ‘Biro Jodoh’ Jokowi

Megawati tengah mencari calon pendamping Jokowi. Alih profesi jadi ‘biro jodoh’ ya, Bu? PinterPolitik.com Kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu laksana lilin yang bernyala. Lilin...