Nama Ibu Negara Iriana Jokowi memang jadi salah satu yang paling banyak yang dibicarakan dalam beberapa waktu terakhir, utamanya di seputaran Pilpres 2024. Pasalnya, setelah adanya laporan beberapa media soal peran penting Iriana dalam pencalonan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres untuk Prabowo Subianto, nama Iriana memang jadi bulan-bulanan para pengkritik. Namun, Ibu Negara yang dikenal bercitra lembut dan low profile ini tampak menerima semua kritikan itu tanpa banyak berkomentar. Tak heran jika banyak yang menilai bahwa Iriana sebetulnya tengah “pasang badan” bagi Gibran dan tentu saja bagi Presiden Jokowi terkait masalah pencalonan itu.
Ibu Negara Iriana Jokowi, istri dari Presiden Joko Widodo, telah menghadapi banyak tuduhan terkait pencalonan putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2024. Meskipun demikian, Ibu Negara Iriana Jokowi tetap berdiri teguh di samping putranya dan mendukungnya dalam perjuangannya.
Seperti diberitakan oleh banyak media – utamanya berdasarkan investigasi Tempo – Iriana disebut memiliki keinginan yang kuat untuk anak sulungnya, Gibran, menjadi kandidat pada Pilpres 2024. Sejak 2022, ia disebut telah aktif berkomunikasi dengan para relawan Jokowi dan pengusaha untuk mendukung Gibran sebagai cawapres.
Bahkan, satu hari sebelum putusan Mahkamah Konstitusi (MK) meloloskan Gibran, Iriana memberikan sinyal kepada keluarga terkait kemungkinan sang anak di-bully akibat putusan ini. Sampai sekarang, Iriana belum juga memberikan pernyataan resmi terkait tuduhan soal upaya dirinya mendorong Gibran. Meskipun belum secara langsung, tetapi ia memberikan dukungan dengan gerakan tubuh, seperti mengacungkan jempol ketika ditanya wartawan terkait majunya Gibran sebagai cawapres.
Konteks kemungkinan Gibran di-bully itu menarik untuk dilihat. Pasalanya, Gibran memang sedikit banyak mendapatkan sorotan terkait pencalonannya. Namun, dengan munculnya nama Iriana yang dituduh sebagai “mastermind” dalam pencalonan Gibran ini, kritikan yang datang pada Wali Kota Solo itu nuansanya cenderung berkurang.
Ini juga termasuk kritikan untuk Presiden Jokowi. Pasalnya, hal yang negatif kemudian dilekatkan masyarakat pada Iriana dan bukan Jokowi. Apalagi sikap politik Iriana mendapatkan justifikasi karena alasan “penghinaan” yang kerap didapatkan Jokowi dari PDIP yang jadi parpol pendukungnya, utamanya terkait pidato-pidato sang ketua ummum, Megawati Soekarnoputri. Mega memang cenderung “merendahkan” posisi politik Jokowi dalam beberapa kesempatan dan menyebutnya “kasihan Jokowi jika tanpa PDIP”.
Masyarakat kemudian “diarahkan” untuk membagi citra negatif itu pada PDIP dan Mega sebagai “penyebab” dan alasan mengapa Gibran kemudian dicalonkan dan didorong oleh keluarga Jokowi sebagai cawapres. Apalagi, muncul juga analisis yang menyebut sangat mungkin dorongan pada Gibran bukan murni datang dari Iriana, tetapi malah dari Presiden Jokowi sendiri. Pasalnya, Jokowi punya kepentingan untuk menjamin berbagai program yang tengah berjalan tidak mendapatkan gangguan saat pergantian kekuasaan terjadi. Caranya tentu saja dengan keberadaan anaknya di pemerintahan yang baru.
Dalam situasi yang sulit ini, Iriana telah menunjukkan pengorbanan yang luar biasa. Meskipun banyak orang yang menentang pencalonan Gibran, Iriana tetap berdiri di belakang putranya dan mendukungnya dalam perjuangannya. Bisa dibilang ini gambaran naluri seorang ibu yang teraplikasikan nuansanya dalam politik.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita memaknai peristiwa-peristiwa ini?
Pengorbanan Iriana Jokowi
Pengorbanan Iriana memang bisa dilihat dalam sudut pandang naluri keibuan dan pengorbanan seorang ibu pada anaknya. Bisa dibilang sikap ini adalah naluri alamiah seorang ibu.
Dalam dunia hewan, terdapat berbagai perilaku menarik yang mencerminkan kebijakan alam untuk memastikan kelangsungan hidup dan perkembangan keturunan. Salah satu konsep yang menarik adalah perlindungan yang diberikan oleh seekor ayam terhadap anak-anaknya. Konsep ini dikenal dengan istilah “The Hen Protects Her Chicks.” Perilaku ini menggambarkan kecintaan dan ketanggungjawaban sang induk ayam dalam melindungi anak-anaknya dari berbagai bahaya dan ancaman di sekitarnya.
Konsep ini mungkin bisa kita pakai sebagai pisau analisis fenomena posisi Iriana Jokowi dalam pencalonan Gibran, utamanya terkait konsep insting maternal.
Insting maternal itu sendiri merupakan sifat bawaan yang kuat untuk melindungi dan merawat anak-anak. Seorang ibu menunjukkan perlindungan insting maternal ini dengan cara yang luar biasa. Ayam misalnya, begitu telurnya menetas, sang ibu ayam dengan sigap melibatkan dirinya dalam memastikan keamanan dan kesejahteraan anak-anaknya.
Salah satu aspek yang menarik adalah bagaimana sang ayam betina mampu mendeteksi bahaya dan potensi ancaman di sekitarnya. Sejak anak-anaknya masih berada dalam keadaan telur, sang ibu ayam telah membentuk ikatan emosional dengan mereka. Ketika telur-telur itu menetas, hubungan tersebut semakin diperkuat, dan sang ayam betina selalu waspada terhadap setiap perubahan atau kejadian yang dapat membahayakan anak-anaknya.
Konsep “The Hen Protects Her Chicks” juga mencerminkan pengorbanan dan keberanian sang ayam betina dalam menghadapi ancaman demi melindungi keturunannya. Ia siap menghadapi bahaya apa pun, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Misalnya, jika ada predator yang mendekati sarang atau kandang anak-anaknya, sang ibu ayam akan dengan sigap mengeluarkan suara peringatan dan berusaha menghadang ancaman tersebut dengan segala cara yang dimilikinya.
Pengorbanan ini mencakup aspek-aspek seperti menempatkan dirinya di antara anak-anaknya dan bahaya yang datang, menggunakan sayapnya sebagai perisai, atau bahkan bersikap agresif untuk mengusir potensi ancaman. Perlindungan yang diberikan sang ayam betina tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup aspek psikologis, di mana sang ibu ayam berperan sebagai sumber keamanan dan dukungan emosional bagi anak-anaknya.
Jika diadopsi dalam melihat fenomena-fenomena pengorbanan para ibu, hal yang serupa juga terjadi. Para ibu kerap menjadi tameng fisik dan psikologis bagi berbagai bahaya dan ancaman yang datang. Dalam kasus Iriana, tameng psikologis sangat bisa kita lihat. Ia tahu bahwa sang anak akan di-bully habis-habisan. Sehingga, ia membiarkan dirinya ikut menjadi satu poin dari keseluruhan dinamika politik yang terjadi, sekalipun fenomena itu sendiri sangat bertolak belakang dari citra keibuan dan low profile yang selama ini ia tampilkan dan jaga.
Dengan demikian, konsep “The Hen Protects Her Chicks” mengingatkan kita akan nilai-nilai seperti tanggungjawab, pengorbanan, dan keberanian. Sebab kadang kala, para ibu melakukan pengorbana-perngorbanan besar untuk melindungi keluarganya.
Menebak Marwah, Menebak Arah
Kaswus pasanga badan Iriana pada Gibran dan Jokowi memang menunjukan besarnya perana ibu dalam politik. Peran seorang ibu dalam kesuksesan anaknya melibatkan banyak aspek, dan dalam konteks karier politik, perannya dapat menjadi penentu utama.
Sebuah keluarga yang memberikan dukungan dan inspirasi, terutama dari seorang ibu, dapat memainkan peran sentral dalam membentuk karakter dan kesuksesan seorang politisi.
Seorang ibu sering kali berfungsi sebagai sumber inspirasi pertama bagi anak-anaknya. Dalam konteks karier politik, ibu dapat menjadi motor penggerak yang membangkitkan semangat dan ambisi anak untuk berkiprah dalam dunia politik. Dukungan emosional dan psikologis yang diberikan oleh seorang ibu dapat menjadi landasan kokoh bagi anaknya untuk mengejar impian politiknya.
Kemudian, dalam karier politik, tidak jarang seorang politisi dihadapkan pada tantangan dan kontroversi. Seorang ibu dapat menjadi advokat yang gigih dan pembela yang tulus, siap melindungi anaknya dari tekanan dan kritik yang mungkin muncul dalam dunia politik.
Dukungan moral ini dapat menjadi pilar yang memberikan kekuatan pada politisi muda untuk terus maju meskipun menghadapi rintangan.
Poin-poin ini bisa kita lihat dalam kasus Iriana dan Gibran. Ibu Negara memang menunjukkan kebesaran hati dan pengorbanannya untuk perjalanan karier politik sang anak, sekaligus menjamin Presiden Jokowi tidak mendapatkan kritikan yang terlalu keras.
Persoalannya tinggal apakah pengorbanan Iriana ini benar-benar menjamin kekuasaan Jokowi mulus hingga selesai di tahun 2024 atau tidak. Pasalnya berbagai tuduhan negatif pada akhirnya memang tetap juga diarahkan pada Jokowi. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)