Korea Utara yang terkenal sebagai negara tertutup nyatanya mempunyai pasukan peretas yang mampu melemahkan banyak negara di Dunia dengan cara meretas, mencuri, dan mengacaukan jaringan komputer di seluruh dunia.
PinterPolitik.com
Korea Utara terkenal sebagai negara komunis yang tertutup di dunia, untuk memasuki negara tersebut harus melewati prosedur yang ketat dan panjang. Penduduknya pun mungkin tak banyak mengakses internet atau memanfaatkan teknologi. Karena untuk masyarakat Korea Utara melihat dunia luar adalah suatu pelanggaran hukum yang berat.
Namun, siapa yang mengira jika negara tertutup ini memiliki badan intelijen yang bernama Reconnaissance General Bureau (RGB) dan dari badan intelijen ini melahirkan pasukan siber rahasia yang bernama “Unit 180”. Desas-desus soal adanya tentara siber di Korut yang ditugaskan meretas, mencuri, dan mengacaukan jaringan komputer di seluruh dunia mulai tercium. Informasi tersebut dibocorkan oleh Kim Heung-kwang, mantan profesor ilmu komputer Korut yang membelot ke Korea Selatan.
Kim menegaskan bahwa dia masih memiliki banyak sumber di Korut, beberapa diantaranya adalah para mahasiswanya yang banyak bergabung dengan Komando Siber Strategis, armada tempur siber Korut. Menurut Kim, para peretas Korut ini menyamar sebagai pegawai perusahaan perdagangan Korut di beberapa negara, seperti Tiongkok dan Asia Tenggara, salah satunya Malaysia.
Di Malaysia, para peretas Korut ini bekerja di berbagai perusahaan IT dan perdagangan. Yoo Dong-ryul, mantan penyidik kepolisian Korsel yang telah meneliti intel Korut selama 25 tahun, mengatakan setidaknya ada dua perusahaan IT Malaysia yang terkait Korut. Namun Yoo Dong-ryul tidak menyebutkan apa nama perusahaan tersebut
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Ahn Chong-ghee mengaku memiliki banyak bukti tentang operasi perang siber Korut.
”Korea Utara melakukan serangan siber melalui negara-negara ketiga untuk menutupi asal-usul serangan tersebut dan menggunakan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi mereka,” kata Ahn.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korut memang dipermasalahkan atas berbagai serangan siber di dunia. Kebanyakan serangan tersebut menyasar jaringan keuangan di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan lebih dari belasan negara lainnya. Termasuk melalui virus yang beberapa minggu lalu sempat menghebohkan dunia, yaitu virus ransomware WannaCry. Perusahaan anti virus Kaspersky dan Symantec menduga ransomware WannaCry yang menghebohkan dunia diduga ada kaitannya dengan Korut.
Periset keamanan siber menemukan adanya bukti teknis yang bisa memperlihatkan bahwa Korut yang melakukan serang siber WannaCry dan menginfeksi hampir sekitar 300.000 komputer di 150 negara di dunia. Namun Pyongyang membantah tuduhan tersebut.
Ternyata, bukan hanya Unit 180 saja pasukan siber Korut, masih ada juga yang lainnya.
Macam-Macam Pasukan Siber Korea Utara
Sistem pemerintahan di Korut pada dasarnya terbagi dua, yaitu pemerintahan yang mengurusi Partai Buruh Korea, the Workers’ Party of Korea (WPK). Dan satu lagi untuk mengurusi pertahanan, yaitu Komisi Pertahanan Nasional atau the National Defense Commission (NDC).
Posisi badan intelejen Korut, Reconnaissance General Bureau (RGB) berada di bawah komando Komisi Pertahanan Nasional bernama Kementerian Pertahanan Rakyat atau Ministry of People’s Armed Forces. RGB terbagi menjadi beberapa unit-unit khusus di bawahnya, selain Unit 180 ada juga Unit 121 atau Biro 121 dan ada pula yang bernama Office 91.
Office 91 dikenal sebagai markas operasi bagi para peretas Korut, meskipun sebagian besar hacker dan hacking serta infiltrasi ke sebuah jaringan dilakukan dari Unit 121. Unit itu memiliki akses satelitnya di luar negeri dan beberapa kantor pos di luar negaranya (outpost offices), terutama di kota-kota Tiongkok yang dekat perbatasan Korea Utara.
Untuk unit-unit yang berada di bawah kendali Partai Buruh Korea, adalah Unit 35 yang bertanggung jawab untuk melatih cyberagents dan mengetahui cara untuk menangani operasi cyberinvestigations domestik. Selain itu, ada juga Unit 204 yang mengambil bagian dalam masalah spionase secara online dan perang psikologis. Terakhir ada Office 225, yang melatih agen untuk menjalankan misi di Korea Selatan yang kadang-kadang dapat memiliki komponen cyber lainnya.
Bagaimana Korut Melatih Para Peretasnya?
Dalam sistem pendidikan, Pemerintah Korut menekankan pendidikan matematika untuk para siswa sekolah umum, dari usia yang sangat muda. Dari sekian banyak siswanya akan dipilih yang paling berbakat, mereka akan diberi akses untuk mempelajari komputer yang menjadi pelajaran dasar untuk berlatih keterampilan pemrograman. Biasanya tempat pelatihannya berada di Kim II Sung University.
Setelah lulus dari kelas komputer dan mendalami kelas cyberwarfare, para siswa tersebut akan dikirim ke luar negeri untuk belajar lebih lanjut. Tujuan dikirim ke luar negeri adalah agar para siswa tersebut mendapatkan koneksi internet yang terbuka dan anonimitas jaringan asing. Mereka juga dapat mengembangkan perangkat lunak berbahaya (malicious software) dan sekaligus menguji keterampilan mereka.
Selama beberapa tahun terakhir, diperkirakan jumlah siswanya telah menjadi beberapa ribu siswa (sekitar 2.000 menjadi sekitar 6.000) yang kini telah menjadi Tentara Siber atau cyberforces Korea Utara.
Informasi jumlah pasti dari pasukan siber yang terbagi dalam berbagai unit-unit ini tidak dapat diketahui, namun intelijen barat meyakini masih ada beberapa unit-unit siber intelijen Korut lainnya yang sangat rahasia dan belum diketahui dunia luar.
Lima Negara Dengan Pasukan Siber Terkuat
Di era modern seperti saat ini, perang antarnegara tidak lagi dengan menggunakan persenjataan tempur yang berat saja, sebab kini kekuatan perang siber tidak bisa dianggap remeh. Bahkan untuk mengantisipasi dan menjaga negaranya dari kedatangan musuh, beberapa negara memang sangat serius mengembangkan kapabilitas pertahanan maupun serangan sibernya. Beberapanya adalah:
Tiongkok
Tiongkok memang tidak pernah terbuka mengungkapkan kekuatan sibernya. Namun mereka diduga kuat terlibat dalam berbagai serangan siber skala besar ke negara lain, seperti Amerika Serikat. Tentara siber Tiongkok kabarnya di mobilisasi oleh People’s Liberation Army dan juga melibatkan masyarakat sipil.
Amerika Serikat
Amerika Serikat mendedikaasikan cukup banyak sumber daya untuk memperkuat kemampuan cyber mereka. Diantaranya, dengan mendirikan United States Cyber Command pada tahun 2009. Unit tersebut bertanggung jawab mempertahankan AS dari serangan siber yang sering menerpa mereka serta mempertahankan infrastruktur krusial. Selain itu, mereka juga melancarkan serangan ke negara lain jika diperlukan.
Inggris
Belum lama ini, Inggris mendirikan lembaga khusus bernama Institute in the Science of Cyber Security (RISCC). Organisasi baru ini menghimpun para pakar ilmu sosial, matematika, dan ilmu komputer dari berbagai universitas terkemuka di Inggris. Mereka akan bersatu mencari solusi untuk menghadang ancaman siber yang ditujukan ke negara tersebut. Inggris juga sering mengadakan program pelatihan bernama Cyber Secutity Challenge. Program ini melatih para peretas agar mampu menghadapi tantangan siber.
India
India merupakan negara yang cukup sering dilanda ancaman siber. Untuk itu, mereka pun memperkuat diri, antara lain dengan melatih sekitar 500 ribu pakar komputer. Pasukan siber India juga cukup aktif melancarkan serangan ke negara lain di saat-saat tertentu.
Rusia
Sebagai negara kuat, Rusia juga tak mau ketinggalan dari negara – negara lain. Mereka mempunya kapabilitas siber yang tak bisa dipandang remeh. Negeri Beruang Merah ini mempunyai lembaga khusus pertahanan siber, seperti Russian Cyber Forces. Setidaknya ada sekitar 7.300 pakar internet dan komputer telah dihimpun untuk memperkuat kapabilitas siber mereka.
Melihat banyak negara di dunia yang membentuk kesatuan pertahanan sibernya, Indonesia pun ikut membentuk pasukan siber untuk menjaga negara dari serangan di dunia maya. Pada bulan Januari lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tengah menggelar program Born To Control untuk menjaring 10.000 kandidat pasukan cyber security yang akan disaring menjadi 1.000 kandidat yang akan mendapat sertifikat. Mampukah Indonesia menjaga negaranya dari serangan teroris dunia maya? Berikan pendapatmu. (A15)