Pak Gatot berpuisi lagi. Ini dilakukan di sela-sela acara perpisahannya sebagai panglima TNI. Wow, melankolis ya?
PinterPolitik.com
“Jika saja para pemimpin (politisi) lebih banyak membaca puisi, dan para penyair lebih banyak mengerti politik, maka kita akan hidup dalam dunia yang lebih baik.”
(John F. Kennedy)
[dropcap]P[/dropcap]ak Gatot Nurmantyo akhirnya pensiun dini. Soalnya Pakde Joko sudah menemukan penggantinya, Pak Hadi Tjahjanto. Bahkan sudah disetujui oleh De-pe-er dan tinggal nunggu untuk dilantik.
Yang menarik sekaligus menggugah hati adalah puisi beliau. Pak Gatot menyelipkan puisi di sela-sela acara perpisahannya dengan anak buahnya di Markas Komando (Makko) Pasukan Kusus Cijantung, Jakarta Timur (7/12). Puisi tersebut menjadi bentuk salam perpisahan darinya.
Puisi Perpisahan Gatot #gatot https://t.co/JTvT7Ntmva
— RMOL.CO (@rmolco) December 7, 2017
Pak Gatot kayaknya suka berpuisi deh. Dan ini bukan baru pertama kali. Sebelumnya, ia juga pernah berpuisi. Bahkan puisi itu dibacakan di sela-sela rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Balikpapan, Kalimantan Timur (22/5).
Puisi yang berjudul “Tapi Bukan Kami Yang Punya” karya Deny JA ini, sempat menjadi buah bibir. Bahkan jadi sorotan lantaran dibacakan setelah Panglima TNI menyampaikan paparan ancaman pengungsi ilegal di sejumlah negara. Puisi itu dinilai sebagai salah satu bentuk kritik sosial.
Yah, semua bisa bebas berasumsi terkait puisi tersebut. Bisa aja ini bukan sakadar kritik doang kan? Tapi, bisa menjadi salah satu strategi politiknya untuk mengambil simpati masyarakat, mungkin? Siapa yang tahu?
Saat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Baca Puisi tentang Kritik Sosial https://t.co/P1SdveFDIt via @tribunnews
— TRIBUNnews.com (@tribunnews) May 24, 2017
Sementara itu, soal Puisi “Komando” yang dibacakannya di Makko Kopassus. Bukan semata-mata sebagai isyarat perpisahan, tapi ada maksud lain. Bisa aja, ini sebagai bentuk kritik soal pemikiran yang selama ini beredar tentang TNI.
Selama ini kan, TNI selalu diidentikkan dengan kekerasan, kasar dan arogan. Mungkin aja, lewat puisi tersebut, Pak Gatot mau mengatakan kepada publik bahwa TNI juga punya sisi lembutnya lho.
Kalu benar demikian, maka ini juga bisa membuktikan kebenaran dari teori psikologi kepribadian. Yang mengatakan bahwa orang yang dominan koleris-kuat, pasti dilengkapi dengan sisi melankolis-sempurna. Dilihat dari Pak Gatot yang gemar berpuisi, bisa aja ia punya sisi melankolis juga, kan? (K-32)