“Kita butuh arah baru dan wajah baru. Kalau kita mau mencari profil arah baru Indonesia itu, kita bisa belajar dari negeri Sulaiman,” ~Anis Matta
PinterPolitik.com
Siapa yang menduga Nabi Sulaiman dapat menjadi contoh tata kelola pemerintahan yang baik? Selama ini, Nabi yang juga seorang raja ini kerapkali diteladani dari sisi relijiusitasnya saja. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi Anis Matta.
Menurut Anis Matta, masyarakat dan pemimpin di negeri ini dapat mengambil banyak manfaat bila mau mencontoh dari negeri Sulaiman. Menurutnya, negeri Sulaiman adalah salah satu rujukan penting dari kitab suci dalam hal bernegara.
Anis Matta menilai, konsep negeri Sulaiman dapat menjadi cara baru dalam mengelola Pemerintahan tanah air. Ia memiliki optimisme bahwa Indonesia bisa serupa negeri Sulaiman yang mampu mensejahterakan rakyatnya.
Tidak banyak politisi yang hadir dengan gagasan bahkan konsep bernegara seperti Anis Matta. Sebagai salah satu nama yang ditawarkan menjadi capres oleh PKS, gagasan tersebut membuatnya tampak berbeda dengan kandidat lain. Lalu, seperti apa konsep negeri Sulaiman ala mantan Presiden PKS tersebut?
Anis Matta dan Negeri Sulaiman
Anis memulai pemikirannya kalau tidak perlu jauh-jauh mencari rujukan bernegara yang baik. Menurutnya, kitab suci Alquran telah memberikan contoh dari bagaimana cara mengelola suatu negeri agar mencapai kesejahteraan. Salah satu yang menarik baginya adalah tata pemerintahan di tangan Nabi Sulaiman.
Mantan Wakil Ketua DPR tersebut menilai, negeri Sulaiman unggul karena kecintaannya pada ilmu pengetahuan. Kecintaan tersebut menjadi dasar dari berkembangnya teknologi, militer, dan juga ekonomi.
Dalam uraiannya, Anis juga membahas pentingnya mencari suatu working ideology. Ia menyebut bahwa working ideology tersebut harus mengolaborasikan unsur-unsur agama dan juga unsur-unsur ilmu pengetahuan.
Tulisan Anis Mata ini sangat inspiratif https://t.co/D1VeOMhzEc
— Musni Umar (@musniumar) April 26, 2018
Dalam pandangan Anis, masyarakat Indonesia saat ini adalah masyarakat yang relijius (religious society). Masyarakat seperti ini adalah masyarakat yang tidak ragu-ragu untuk mengekspresikan identitas agamanya, dalam hal ini agama Islam.
Selain relijius dalam konteks individu dan sosial, masyarakat juga kini semakin berpengetahuan dan bersemangat untuk menjadi pembelajar (learning society). Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat rata-rata pendidikan di Indonesia dan juga semakin terbukanya informasi.
Untuk melengkapi sisi agama dan juga sisi pengetahuan tersebut, maka menurut Anis diperlukan pula sisi kesejahteraan. Kesejahteraan ini merupakan wujud dari implementasi nilai agama dan juga pendidikan. Dari sisi ini, ekonomi menjadi kunci dalam membangun kemakmuran. Bukan sekadar ekonomi, tetapi ekonomi yang berbasis pengetahuan karena masyarakat saat ini tengah berkembang menjadi knowledge society.
Anis kemudian menilai bahwa aspek agama, pengetahuan, dan kesejahteraan tersebut menjadi working ideology yang ideal bagi gelombang ketiga demokrasi di negeri ini. Menurutnya, ketiga pondasi ini akan menjadi lahan bertumbuhnya kekuatan ekonomi, teknologi, dan militer. Ketiga hal tersebut, menurut Anis, telah ada di dalam Alquran melalui kisah Nabi Sulaiman.
Kesuksesan negeri Sulaiman menurut Anis, dikarenakan kemampuannya untuk menumbuhkan kekuatan ekonomi, teknologi, dan juga milliter. Berkembangnya ketiga unsur ini membuat negeri Sulaiman mencapai kesejahteraan yang dicita-citakan.
Negara Ala Plato
Jika diperhatikan, gagasan negeri Sulaiman seperti yang ditawarkan oleh Anis Matta memiliki kemiripan dengan konsep negara yang disebutkan oleh Plato. Gagasan filsuf terkemuka Yunani ini, kerapkali menjadi rujukan utama suatu peradaban terutama dalam hal bernegara.
Menurut Plato, negara yang ideal menganut prinsip yang mementingkan kebajikan (virtue). Dalam pemikiran Plato, kebajikan yang dimaksud adalah pengetahuan. Atas dasar itu, ia menilai bahwa lembaga pendidikan adalah hal yang penting dalam suatu negara.
Dalam pandangan Plato, tidak ada yang berhak menjadi penguasa selain orang yang memahami kebajikan tersebut. Golongan yang memahami kebajikan tersebut adalah para filsuf – yang menurut Plato akan menjadi Philosopher King. Pengetahuan kemudian menjadi hal yang sangat penting bagi para negarawan.
Dalam pandangan Plato, terdapat tiga kelas yang menjadi tulang punggung suatu negara. Ketiga kelas tersebut adalah philosopher king, militer, dan terakhir adalah para produser yang terdiri dari petani dan pekerja. Dalam pandangan Plato, ketiga kelas ini hidup dalam suatu piramida masyarakat. Di puncak piramida, ada para filsuf, lalu di bawahnya ada kelompok militer, kemudian di tingkat paling bawah adalah para produser.
Masing-masing kelas memiliki peran khusus dalam negara. Para filsuf memiliki peran untuk memegang kepemimpinan politik. Kelas militer berperan untuk memenuhi kebutuhan keamanan negara. Sementara itu, para produser berperan untuk membentuk struktur ekonomi bagi negara.
Ketiga kelas tersebut juga memiliki jiwa yang berbeda-beda. Filsuf menurut Plato adalah mereka yang lebih rasional. Di lapis kedua, kelompok militer adalah kelompok yang jiwanya lebih bersemangat. Sementara itu, para produser adalah kelompok yang lebih mendahulukan nafsu.
Mencari Konsep Terbaik
Terlihat bahwa konsep negeri Sulaiman Anis Matta dan konsep negara ala Plato sama-sama menekankan pada pentingnya pengetahuan. Keduanya sama-sama menilai bahwa pengetahuan menjadi kunci kemajuan suatu negara.
Kedua konsep negara tersebut juga menekankan pada pentingnya tiga unsur yaitu pengetahuan, militer, dan ekonomi. Bedanya, Anis Matta menyebut ketiga unsur ini secara langsung sebagai kunci sukses Sulaiman. Sementara itu, Plato menyebut sisi pengetahuan ada di dalam diri para filsuf dan ekonomi ada di dalam diri para produser.
Perbedaan dari kedua konsep ini terdapat pada sisi agama. Negeri Sulaiman ala Anis, cenderung memiliki titik tekan pada agama. Sementara itu, Plato tidak menyebutkan agama dan hanya menyebutkan kebajikan saja.
Perbedaan juga nampak dari klasifikasi peran pengetahuan, militer, dan juga ekonomi. Dalam pandangan Plato, terdapat klasifikasi secara piramida dari ketiga unsur tersebut. Sementara itu, Anis Matta tidak menyebutkan bagaimana bentuk kolaborasi dari ketiga unsur tersebut. Anis hanya menyebut bahwa ketiga unsur tersebut penting dibangun untuk menciptakan negara yang sempurna.
Jika ditelisik, unsur-unsur pengetahuan/teknologi, militer, dan ekonomi dalam negeri Sulaiman juga sejalan unsur jiwa yang dikemukakan Plato. Pengetahuan dapat memenuhi unsur rasio, militer memenuhi unsur semangat, dan ekonomi memenuhi unsur nafsu.
Dalam konsep negeri Sulaiman, tidak muncul pembagian peran dari masing-masing unsur. Plato tampak lebih jelas membagi kelompok-kelompok masyarakat, lengkap dengan peran dan jiwa masing-masing. Hal ini membuat konsep negeri Sulaiman sedikit lebih abstrak ketimbang negara ala Plato.
Di dalam pemikiran Plato, para filsuf yang berpengetahuan memiliki posisi kunci dalam kepemimpinan politik. Mereka memiliki pengetahuan yang tinggi sehingga dapat bekerja seumpama dokter untuk mendeteksi gejala-gejala “penyakit” dari negara. Pengetahuan ini juga membuat filsuf yang menjadi Philosopher King mampu mengobati “penyakit” dari negara tersebut.
Anis hanya membahas bahwa pengetahuan telah membantuk Raja Sulaiman mewujudkan sebuah negeri yang maju. Akan tetapi, ia tidak mensyaratkan bahwa seorang raja tersebut harus berasal dari golongan filsuf. Padahal, bagi Plato, Philosopher King adalah kunci sukses dari suatu negara.
Agar negeri Sulaiman ala Anis dapat berjalan sempurna, maka diperlukan unsur pemimpin dari unsur filsuf. Kecintaan pada pengetahuan tidak hanya diwujudkan melalui perkembangan teknologi saja, tetapi juga melalui kepiawaian sang pemimpin dalam menyelesaikan masalah. Jika hal itu terjadi, bukan tidak mungkin konsep negeri Sulaiman ala Anis Matta dapat membawa negeri ini ke dalam suatu kemajuan. (H33)