HomeHeadlineMungkinkah Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran?

Mungkinkah Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran?

Kecil Besar

Dengan diisi pertarungan tiga paslon, Pilpres 2024 diprediksi kuat membutuhkan dua putaran untuk menentukan pemenangnya. Namun, apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, duet Prabowo-Gibran dapat menjadi pemenang dengan hanya satu putaran.


PinterPolitik.com

Pilpres 2024 akan berbeda dari dua edisi pilpres sebelumnya karena pertarungan dilakukan oleh tiga pasangan calon (paslon). Koalisi Perubahan mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Sementara koalisi yang dipimpin PDIP mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Menariknya, ketiga poros sama-sama mengklaim dapat menang satu putaran. Padahal, apabila bertolak pada temuan survei elektabilitas, tidak ada paslon yang memiliki elektabilitas 50% + 1. Dengan kata lain, Pilpres 2024 mestilah dua putaran.

Tentu pertanyaannya, darimana datangnya klaim itu? Bukankah seharusnya hitungan matematis semacam itu diketahui?

Obor Semangat

Well, karena ini adalah politik, cara berpikir denotatif seperti itu tidak dapat diterapkan. Dalam komunikasi politik, bahasa sangat jarang ditampilkan secara telanjang atau denotatif. Bahasa yang dikeluarkan ke publik selalu memiliki cabang yang membutuhkan penafsiran lanjutan.

Sebagai tolakan untuk menafsirkan klaim menang satu putaran ketiga poros, kita dapat menggunakan buku Sun Tzu yang masyhur, The Art of War.

Tulis Sun Tzu, โ€œApabila prajurit sangat cemas, putus asa, dan tidak memiliki semangat, maka ia tidak bisa diberdayakan.โ€

Dalam pandangan Sun Tzu, memiliki seorang panglima yang mampu membangkitkan semangat prajurit adalah kunci untuk mencapai kemenangan dalam pertempuran. Seorang panglima yang mampu memotivasi dan menginspirasi prajuritnya akan mampu mengarahkan energi dan tekad mereka dengan lebih efektif.

Kata-kata dan tindakan panglima yang mampu membangkitkan semangat dapat mengubah suasana hati dan mempengaruhi psikologi prajurit, mendorong mereka berjuang lebih keras dan berani.

Baca juga :  The Pig Head in Tempo

Dalam menghadapi situasi yang sulit, panglima yang mampu membakar semangat prajuritnya akan mampu menciptakan atmosfer yang positif. Prajurit akan termotivasi dan yakin terhadap tujuan pertempuran.

Kemampuan ini juga dapat membantu dalam mengatasi tantangan dan rintangan, sehingga prajurit lebih termotivasi untuk bertahan dan berjuang, bahkan dalam kondisi yang sulit.

Klaim menang satu putaran dari ketiga poros sebenarnya bukan klaim denotatif, melainkan adalah obor semangat. Setiap kubu sedang berusaha untuk membakar semangat pendukung, loyalis, dan simpatisannya. Karena politik adalah perang persepsi, maka menjaga semangat tempur adalah perkara vital.

Michael Maccoby dalam tulisannya Why People Follow the Leader: The Power of Transference di Harvard Business Review menjelaskan bahwa seorang pemimpin tidak cukup hanya membutuhkan bakat luar biasa, namun juga kemampuan untuk menarik hati pengikutnya.

Dengan sengitnya pertarungan di politik, kemampuan untuk menggerakkan hati pengikut adalah barang yang begitu mahal. Kemampuan itu dapat kita lihat di Presiden Soekarno yang dapat membakar semangat masyarakat dengan pidato-pidatonya yang bergelora.

Sekarang pertanyaannya, setelah memahami klaim satu putaran adalah obor semangat, apakah itu menunjukkan kemenangan satu putaran memang tidak mungkin?

Prabowo-Gibran Bisa Satu Putaran?

Terkait itu, ada temuan menarik dari lembaga survei Indo Barometer. Dalam survei terbarunya pada periode 25-31 Oktober 2023 dengan melibatkan 1.230 responden, ditemukan bahwa hanya pasangan Prabowo-Gibran yang mungkin untuk menang satu putaran.

Indo Barometer mendistribusikan persentase responden yang belum memutuskan (13,4%) dan tidak menjawab (3,9%) kepada setiap paslon. Hasilnya, hanya Prabowo-Gibran yang memperoleh 50% + 1.

Elektabilitas Prabowo-Gibran dalam temuan Indo Barometer adalah 34,2%. Sedangkan Ganjar-Mahfud 26,2% dan Anies-Muhaimin 18,3%. Jika dijumlahkan dengan persentase belum memutuskan dan tidak menjawab, elektabilitas Prabowo-Gibran adalah 51,5%.

Baca juga :  The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Dengan kata lain, untuk bisa menang satu putaran, simpul suara yang harus ditargetkan adalah mereka yang belum memutuskan pilihan. Simpul suara itu adalah swing voters yang umumnya adalah pemilih muda.

Berdasarkan data KPU, pemilih muda yang terdiri kelompok Milenial dan Generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih. Artinya, pemilih muda merupakan pemilih dominan di Pilpres 2024 karena jumlahnya 56,45% dari total keseluruhan pemilih.

Nah, itu adalah kekuatan duet Prabowo-Gibran. Dari ketiga paslon, hanya Prabowo-Gibran yang merupakan perpaduan golongan tua dengan golongan muda. Usia Gibran baru 36 tahun, masih sangat muda.

Itu membuat Gibran menjadi pasangan yang sangat mahal. Karena masih sangat muda, Gibran bisa memahami karakter pemilih muda. Gibran mengetahui nilai, isu, dan apa yang membuat pemilih muda tertarik.

Konteks itu juga pernah disebutkan Gibran ketika diwawancarai Rosi di Kompas TV. Ungkap Gibran, mendekati pemilih muda tidak bisa dengan cara lama karena membutuhkan pendekatan yang unik.

Singkatnya, apabila duet Prabowo-Gibran berhasil membuat pemilih muda yang jumlahnya 56,45% mencoblos mereka, maka kemenangan satu putaran dapat diraih. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa โ€œTundukโ€ Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan โ€œtundukโ€ kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana โ€œKesucianโ€ Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, โ€œkesucianโ€ Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...