Buku IPS terpadu yang menyebutkan Yerusalem sebagai ibukota negara Israel akan ditarik dari peredaran. Alamak!
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]olemik soal Yerusalem sebagai ibukota Israel masih terus berlanjut. Bahkan hal ini merembet ke dunia pendidikan Indonesia, terutama dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD).
Konon katanya dalam sebuah buku terbitan salah satu penerbit ternama, tertulis nama Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hal ini dinilai tak benar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effedy. Katanya perlu direvisi.
Lho kenapa baru mau direvisi sekarang? Bukankah buku ini telah beredar sejak lama? Emang nggak ada yang ngecek ya sebelumnya?
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani ikut-ikutan berpendapat. Beliau menyarankan agar buku tersebut ditarik dari peredaran dan dikoreksi pada edisi selanjutannya.
Lucunya negaraku…sdh dr taon 2008 beredarnya,br bangun mbak? Hahaha…
— Rangasalabe (@rangasalabe) December 13, 2017
Menurut Puan, tersebarnya buku tersebut adalah bentuk pelanggaran dan harus dipertanggungjawabkan. Puan berharap, khususnya terhadap Pusat Kurikulum dan Perbukuan, agar sebelum diedarkan, konten buku diperiksa dengan ketat.
Kok baru nyadar sekarang ya? Seandainya kemarin, Trump nggak mengklaim Yerusalem sebagai ibukota Israel, jangan-jangan buku tersebut malah tidak akan direvisi karena tak ada yang memperhatikan.
Sebenarnya kita mau nyalahin siapa? Soalnya banyak pihak yang terlibat dalam pembuatan, penerbitan dan penyebaran buku tersebut, bukan? Emangnya ini seratus persen kesalahan dari Kemendikbud ya?
Kalau dipikirkan baik-baik, poin penting dalam topik ini bukan soal penyebaran buku tersebut. Tapi, soal instruksi dadakan dari Pak Muhadjir dan Ibu Puan. Its okay, semua orang pasti berpikir bahwa itu sesuai tupoksi (tugas, pokok, fungsi) mereka berdua.
Tapi saya malah melihat ada maksud lain di balik pernyataan mereka ini. Apakah ini sebagai bentuk penyelarasan suara dalam kabinet pemerintah? Semoga aja begitu. Karena sebelumnya Pakde Joko sendiri telah mengecam kebijakkan AS tersebut dan memberikan dukungan kepada Palestina. Atau ini sekadar panggung bagi Pak Muhadjir dan Ibu Puan untuk mengambil hati publik?
Yang pasti sebagai sesama negara Muslim, dukungan Indonesia terhadap Palestina adalah sebuah kewajaran. Tapi jangan terlalu asyik masyuk ke sana ya, soalnya masih banyak pe-er yang menanti untuk diselesaikan di dalam negeri sendiri. (K-32)