HomeNalar PolitikMerebut Restu Gus Dur

Merebut Restu Gus Dur

Gus Ipul dan Khofifah kompak hadir di acara haul Gus Dur kedelapan. Apakah ini usaha keduanya menarik perhatian pendukung Gus Dur?


PinterPolitik.com

[dropcap]S[/dropcap]ewindu sudah KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur meninggalkan bangsa Indonesia. Keteladanan presiden keempat Indonesia itu diperingati pada acara sewindu haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Sejumlah tokoh penting hadir pada acara tersebut.

Salah satu momen paling menyita perhatian adalah ketika dua bakal calon gubernur Jawa Timur (Jatim) 2018, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa maju menyampaikan testimoni mereka mengenai pendiri PKB tersebut. Keduanya mengawali testimoni masing-masing dengan saling menyapa.

Baik Gus Ipul maupun Khofifah menyampaikan pengalaman mereka masing-masing saat bersama Gus Dur. Gus Ipul bercerita tentang pengalamannya tinggal seatap dengan tokoh reformasi itu. Sementara Khofifah mengenang proses pencalonan Gus Dur menjadi presiden di tahun 1999.

Jika dilihat, kehadiran dan testimoni keduanya tergolong menarik. Keduanya sama-sama menceritakan kedekatan masing-masing dengan Gus Dur. Ini seperti isyarat bahwa keduanya ingin menarik perhatian pengagum dan loyalis Gus Dur yang kerap menamakan diri Gusdurian. Apalagi keduanya kini tengah mempersiapkan diri menuju Pilgub Jatim. Lalu siapakah yang lebih berpengaruh kepada Gusdurian?

Magnet Gus Dur

Meski telah lama tiada, warisan Gus Dur tidak juga lekang. Hingga kini pemikirannya masih dibahas oleh banyak orang. Tidak hanya dari pemikiran, kiprah politiknya juga nampaknya masih membekas bagi sebagian orang. Hingga kini, cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asyari ini masih memiliki pengaruh politik yang kuat.

Pengagum dan loyalis tokoh reformasi ini hingga kini masih ada. Ada suatu kelompok yang menamakan diri mereka Gusdurian. Jaringan ini, kini dikoordinatori secara langsung oleh putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid. Komunitas ini tergolong rajin merayakan pemikiran, keteladanan, hingga lelucon Gus Dur, baik di dunia maya maupun di berbagai diskusi.

Di luar orang yang berhimpun dalam Jaringan Gusdurian, basis massa tradisionalnya juga disinyalir masih cukup kuat. Pengagum-pengagum pemikiran Gus Dur tersebar di mana-mana. Berbagai gagasan suami Sinta Nuriyah ini masih membekas di benak banyak orang.

Tidak ditampik pula bahwa kharismanya sebagai Kiai masih berpengaruh. Di kalangan tradisional terutama di lingkungan NU atau masyarakat Jatim secara umum, Gus Dur masih menjadi figur yang diperhitungkan.

Kondisi ini membuat Gus Dur menjadi magnet bagi politisi. Banyak politisi yang menggunakan nama besarnya sebagai daya tarik di suatu pemilihan. Di baliho atau spanduk kampanye banyak kandidat yang menyandingkan foto mereka dengan foto Gus Dur.

Baca juga :  Koalisi Titan: Sentripetalisme Konsensus Demokrasi Prabowo

Mengasosiasikan diri dengan Gus Dur tidak hanya berarti ingin meraup basis massanya saja. Menunjukkan diri dekat dengan Gus Dur kerap berarti mendukung gagasannya tentang toleransi dan keberagaman. Selain itu, hal ini juga kerap berarti menunjukkan rasa hormat pada ulama.

Salah satu upaya mengasosiasikan diri adalah dengan menghadiri acara Haul Gus Dur. Praktik ini misalnya pernah dilakukan calon-calon pada Pilgub DKI lalu. Kini, hal serupa dilakukan dua kandidat utama Pilgub Jatim, Gus Ipul dan Khofifah.

Histori Gus Ipul dan Khofifah

Baik Gus Ipul maupun Khofifah memiliki kesempatan untuk banyak berinteraksi dengan Gus Dur. Keduanya tergolong orang kepercayaan presiden keempat tersebut. Gus Ipul dan Khofifah pernah memegang jabatan strategis dalam kiprah politik pendiri PKB tersebut.

Gus Ipul adalah keponakan dari Gus Dur. Ia pernah tinggal satu atap saat pertama kali menginjakkan kaki di ibukota. Tidak hanya dekat secara famili, Gus Ipul juga dipercaya secara politik.

Merebut Restu Gus Dur

Gus Ipul disebut-sebut adalah orang kepercayaan Gus Dur yang dititipkan pada PDI Perjuangan. Ia memang pernah menjadi kader partai berlogo banteng tersebut. Gus Ipul adalah penanda aliansi antara pamannya dengan Megawati Soekarnoputri.

Kiprahnya di PDIP ternyata tidak berlangsung lama. Gus Ipul dipanggil pulang oleh pamannya ke PKB. Ia diminta membesarkan PKB dengan menjadi sekretaris jenderal (Sekjen). Kala itu Gus Dur menjadi Ketua Dewan Syuro partai berbasis massa NU tersebut.

Meski terkenal cukup dekat, ia juga pernah terlibat konflik dengan pamannya tersebut. Ia pernah dipecat oleh Gus Dur sendiri dari jabatan Sekjen PKB. Gus Ipul dianggap tidak patuh karena mengambil jabatan menteri di Kabinet Indonesia Bersatu tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.

Di lain pihak, Khofifah juga dikenal sebagai salah satu orang kepercayaan Gus Dur selama berkiprah di dunia politik. Di haul kedelapan Gus Dur, Khofifah berkisah bahwa ia berperan selama proses pencalonan Gus Dur sebagai presiden. Ialah yang membantu mengurusi berbagai berkas pencalonan Gus Dur sebagai presiden.

Kepercayaan Gus Dur ternyata berlanjut saat ia terpilih sebagai presiden. Di Kabinet Persatuan Indonesia, Khofifah dipercaya menduduki posisi Menteri Pemberdayaan Perempuan.

Terlepas dari kondisi-kondisi tersebut, Khofifah ternyata pernah mengambil posisi berseberangan dengan Gus Dur. Pada Pilgub Jatim 2008 lalu, Khofifah maju melalui PPP dan parpol-parpol kecil lainnya. Padahal, kala itu PKB kubu Gus Dur mendukung kandidat lain yaitu Achmady-Soehartono.

Memikat Loyalis Gus Dur

Jelang Pilgub Jatim, memikat loyalis Gus Dur tetap merupakan hal yang penting. Mengasosiasikan diri dengan ayah dari Yenny Wahid tersebut kerapkali dilakukan politisi jelang berbagai pemilihan. Hal ini nampaknya dilakukan juga oleh Gus Ipul dan Khofifah.

Pada pencalonan Pilgub Jatim 2018 nanti, Gus Ipul didukung oleh PKB di bawah kendali Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Cak Imin dikenal sebagai orang yang berseteru dengan putra KH Wahid Hasyim tersebut. Keduanya pernah saling mengklaim sebagai pengurus PKB yang sah.

Baca juga :  Anies Bantu Prabowo Melupakan Jokowi?

Secara spesifik, Yenny Wahid pernah mengungkapkan bahwa pendukung Gus Dur tidak akan memilih PKB kubu Cak Imin. Hal ini bisa saja berarti pendukung presiden keempat itu tidak akan memilih calon dari PKB. Kondisi ini bisa menjadi sinyal bahaya bagi Gus Ipul.

Yenny memang belakangan menyebut bahwa ia tidak memilih salah satu kubu di Pilgub Jatim. Akan tetapi riwayat konflik antara dirinya dan Cak Imin diprediksi tetap berpengaruh. Terlebih Yenny pernah mengungkapkan keharaman pendukung Gus Dur berada satu kubu dengan Cak Imin.

Di lain pihak, Khofifah jelang pencalonan justru semakin dekat dengan klan Wahid. Khofifah diketahui memberikan kursi bagi Yenny sebagai salah satu Ketua di Muslimat NU, organisasi yang kini dipimpinnya. Keduanya juga pernah saling melempar dukungan di organisasi tersebut.

Lagi-lagi, meski menolak memihak kubu mana pun, kedekatan Khofifah dan Yenny disinyalir dapat berpengaruh di bilik suara. Pendukung Gus Dur bisa saja memberikan dukungan pada orang yang lebih dekat dengan Yenny Wahid.

Di Jaringan Gusdurian, Yenny Wahid cukup populer. Beberapa kali komunitas kerap memberikan dukungan bagi kiprah politik putri kedua Gus Dur tersebut. Saat Yenny didepak dari PKB, Gusdurian pernah memberikan dukungan kiprah Yenny di partai lain.

Saat Yenny dikabarkan akan bergabung dengan Demokrat, komunitas ini memberikan dukungannya. Meski batal merapat, hal ini tetap berarti Gusdurian cukup loyal pada Yenny. Kondisi serupa saat terjadi pada Mukernas PPP 2014. Komunitas ini mengajukan nama Yenny menjadi capres melalui partai berlambang Kabah tersebut.

Khofifah juga diuntungkan dengan adanya anggota klan Wahid lain yang merapat ke kubunya. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), adik dari Gus Dur sudah menyatakan dukungan padanya. Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang ini termasuk ke dalam tim sembilan yang memilihkan wakil untuk Khofifah. Selain Gus Sholah, tim sembilan ini juga memberi tempat bagi adik Gus Dur yang lain, Lily Wahid.

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, diprediksi pendukung Gus Dur akan lebih mudah terpikat pada Khofifah. Khofifah cenderung lebih dekat klan Wahid terutama Yenny. Yenny amat dicintai Jaringan Gusdurian. Selain itu, Yenny juga berseberangan dengan Cak Imin, salah satu pendukung utama Gus Ipul.

Meskipun demikian, Gus Ipul masih bisa menarik perhatian pengagum Gus Dur dari sisi pemikiran. Pengagum pemikiran tergolong cair dan rasional. Perjalanan masih cukup panjang dan ia masih bisa menunjukkan asosiasinya dengan Gus Dur. (Berbagai sumber/H33)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

Prabowo, the Game-master President?

Di awal kepresidenannya, Prabowo aktif menggembleng Kabinet Merah Putih. Apakah Prabowo kini berperan sebagai the game-master president?

Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Sejumlah pihak berpandangan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan lebih proteksionis. Seberapa besar kemungkinannya kecurigaan itu terjadi? 

More Stories

Membaca Siapa “Musuh” Jokowi

Dari radikalisme hingga anarko sindikalisme, terlihat bahwa ada banyak paham yang dianggap masyarakat sebagai ancaman bagi pemerintah. Bagi sejumlah pihak, label itu bisa saja...

Untuk Apa Civil Society Watch?

Ade Armando dan kawan-kawan mengumumkan berdirinya kelompok bertajuk Civil Society Watch. Munculnya kelompok ini jadi bahan pembicaraan netizen karena berpotensi jadi ancaman demokrasi. Pinterpolitik Masyarakat sipil...

Tanda Tanya Sikap Gerindra Soal Perkosaan

Kasus perkosaan yang melibatkan anak anggota DPRD Bekasi asal Gerindra membuat geram masyarakat. Gerindra, yang namanya belakangan diseret netizen seharusnya bisa bersikap lebih baik...