HomeHeadlineMegawati Tidak Sadar Unjuk Kekuatan?

Megawati Tidak Sadar Unjuk Kekuatan?

Ketua Umum (Ketum) Megawati Soekarnoputri mengaku heran dengan pemberitaan media yang menyebutnya unjuk kekuatan di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam HUT ke-50 PDIP. Apakah Megawati tidak sadar telah melakukan unjuk kekuatan?


PinterPolitik.com

“The past has no power over the present moment.” – Eckart Tolle

Semua mata kamera sekiranya melihat pidato Megawati Soekarnoputri di HUT ke-50 PDIP. Sebagai Ketua Umum (Ketum) PDIP, partai terbesar saat ini, setiap kalimat dan pemilihan diksi Megawati dinilai memiliki tafsiran politik tersendiri. 

Mengutip data Cakradata, pada periode 10-11 Januari 2023, percakapan warganet terkait pidato Megawati didominasi oleh sindirannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Berikut angka persentase topiknya: Sindiran Megawati terhadap Jokowi (39%); Prerogatif Ketua Umum dalam menentukan capres (20%), Megawati tegaskan pecat kader yang langgar aturan (16%); Pujian Megawati untuk dirinya (10%); Sindir partai lain deklarasi capres (7%); Sorotan terhadap perilaku FX Rudy (6%); Megawati tegaskan jabatan presiden 2 periode (2%).

Sebagaimana tertera pada data Cakradata, sindiran Megawati kepada Jokowi – khususnya terkait jasa PDIP terhadap karier politik RI-1 – menjadi topik paling hangat dibahas. 

“Pak Jokowi itu ya ngono loh, mentang-mentang. Lah iya, padahal Pak Jokowi kalau enggak ada PDI Perjuangan juga duh kasihan dah,” ungkap Megawati pada 10 Januari 2023.

Berbagai pihak menafsirkan pernyataan tersebut sebagai show of force atau unjuk kekuatan Megawati. Di hadapan berbagai pihak dan mata kamera, Megawati seolah ingin menegaskan betapa berpengaruhnya ia dan PDIP bagi Jokowi.

Tafsiran itu misalnya diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam. “Megawati ingin menunjukkan bahwa dirinya punya power yang lebih besar dibanding Jokowi,” ungkap Umam pada 11 Januari 2023.

Menariknya, setelah membaca berbagai pemberitaan, Megawati tidak terima dirinya disebut unjuk kekuatan di hadapan Jokowi. Megawati juga turut menyinggung profesionalisme media dalam membuat pemberitaan. Menurutnya, pernyataannya kerap dipotong dan kemudian menjadi bahan bully.

“Kalau kemarin saya seperti dicap oleh media, yang ngomong, ‘wah Ibu Megawati mengeluarkan sepertinya menunjukkan kekuatannya.’ Saya memang kuat lho,” ungkap Megawati pada 16 Januari 2023.

Baca juga :  Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Melihat pernyataan Megawati, bukankah kalimat “saya memang kuat lho” merupakan penegas kekuasaan? Apakah mungkin Megawati tidak sadar dirinya sedang unjuk kekuatan politik? Jika iya, mengapa itu bisa terjadi?

unjuk kuasa megawati ed.

Psikologi Ibu Suri?

Bagi mereka yang memiliki perhatian khusus terhadap komunikasi politik, sekiranya akan langsung mencium keanehan dalam pidato Megawati. Mengacu pada tulisan Elicier Crespo-Fernández yang berjudul Euphemism and Political Discourse in the British Regional Press, politisi memiliki kebiasaan menggunakan bahasa diplomatis untuk menghindari munculnya persepsi negatif.

Pada kasus Megawati, bukankah pidatonya sangat to-the-point atau tidak diplomatis? Sebagai politisi senior, bukankah seharusnya Megawati dapat memprediksi pidatonya dapat ditafsirkan luas sebagai unjuk kekuatan politik?

Bertolak dari keganjilan tersebut, melihatnya dari kacamata studi psikologi, ada kemungkinan Megawati telah terjebak dalam psikologi ibu suri (queen dowager). 

Dalam berbagai kerajaan, seperti di Tiongkok dan Jepang kuno, ratu atau ibu dari raja yang tengah memimpin memiliki posisi politik yang begitu tinggi. Posisi ini tidak tertuliskan secara formal, karena secara hierarki pemilik kekuasaan tertinggi adalah sang raja. Queen dowager memiliki posisi politik tinggi karena memiliki pengaruh psikologi yang besar terhadap sang raja.

Nah, kendati Indonesia tidak lagi menganut sistem kerajaan, posisi Megawati dapat disebut sebagai queen dowager saat ini. Kita tentu ingat, Megawati beberapa kali menggunakan diksi “petugas partai” kepada Presiden Jokowi. 

Dalam banyak kasus dan sejarah, karena memiliki power yang besar, queen dowager menjadi kehilangan sensitivitasnya. Ini kemudian membuat seorang ibu ratu sulit mengakui kesalahan dan bertindak secara sewenang-wenang.

324868693 734090487986143 5946334629732011441 n

Megawati Tidak Sadar?

Power makes people feel both psychologically invincible and psychologically invisible,” ungkap  Adam Galinsky, profesor perilaku organisasi di Northwestern University. Menurut Galinsky, kekuasaan dapat membuat seseorang merasa tak terkalahkan dan tak tersentuh.

Baca juga :  Gibran Wants to Break Free?

Pada kasus Megawati, jika melihat gestur dan tuturnya di berbagai kesempatan pidato, hipotesis tengah terjebak psikologi ibu suri seperti cukup meyakinkan. Selaku pemimpin tertinggi partai terbesar saat ini, dengan jelas Megawati sedang merasakan power yang begitu besar.

Ketika mengisi materi di Sekolah Partai PDIP pada 13 Oktober 2022, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD juga mengutarakan kesimpulan serupa.

“Mau mengaku atau tidak mau mengaku, PDIP itu terbesar dan terkuat dalam politik. Apa? Partai politiknya, suaranya, DPR menguasai, gerbong besar, kemudian lokomotifnya juga kuat, kepemimpinannya sangat solid, sehingga ini kuat sekali,” ungkap Mahfud.

Terlebih, dengan mengantongi 128 kursi DPR RI, PDIP menjadi satu-satunya partai yang dapat mengusung capres-cawapresnya tanpa harus berkoalisi. Ini yang menjadi alasan kuat kenapa Megawati tidak terpancing untuk buru-buru menentukan capres PDIP. Putusan Megawati akan mempengaruhi peta koalisi di Pilpres 2024, bukan sebaliknya.

Atas besarnya pengaruh tersebut, seperti pernyataan Galinsky, sekiranya tidak heran apabila Megawati merasa tak terkalahkan. Ini pula yang mungkin membuatnya tidak merasa sedang unjuk kekuasaan di hadapan Jokowi. 

Pada umumnya, besarnya pengaruh seseorang berbanding terbalik dengan kesadarannya atas batasan. Kerisauan untuk melakukan tindakan yang keliru akan semakin terkikis. Dalam benak Megawati, mungkin ia hanya sedang melakukan pidato biasa.

Sebagai penutup, kita dapat mengutip kembali pernyataan Eckart Tolle di awal tulisan. Megawati begitu sadar bahwa, pada saat ini (present moment), kekuasaannya sangatlah besar. (R53) 

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...