HomeNalar PolitikMbah, Kita Ngaji Aja Yuk

Mbah, Kita Ngaji Aja Yuk

“Dan seorang PKI belum tentu orang komunis, seperti juga orang Masyumi belum tentu orang Islam dan orang PNI belum tentu Nasionalis.” ~ Utuy Tatang Sontani, Di Bawah Langit Tak Berbintang


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]W[/dropcap]aktu kecil dulu, saya paling takut dengan seorang kakek berambut jabrik dan berkumis lebat yang suka duduk di ujung jalan dekat rumah. Entah mengapa, rambut dan kumisnya yang sudah putih semua itu membuatnya terlihat menyeramkan.

Si Kakek akan semakin mengerikan kalau sudah mulai menghisap rokok lintingan, mbekok kalau ayah saya bilang. Mata Si Kakek yang kadang terlihat putihnya doang itu, jadi kayak dukun santet di film-film horor era Suzanna dulu.

Tapi ketika beranjak besar dan Si Kakek sudah tiada, saya baru tahu kalau ternyata Kakek itu sebenarnya orang baik. “Jangan suka menilai orang sembarangan,” begitu ibu saya bilang. Pesan itu saya ingat baik-baik, makanya saya bingung dengan kelakuan Mbah Amien yang rajin menuding orang lain sembarangan.

Sejak awal, sepertinya Mbah punya dendam pribadi sama Pak De. Makanya, apapun yang Pak De lakukan, pasti selalu disalahkan. Dan tudingan yang paling membingungkan dan sering diarahkan, adalah Pak De itu PKI atau komunis.

Bagi Mbah, komunis dan PKI itu sama saja. Padahal kalau kata Utuy, belum tentu. Jadi sekarang, Mbah bilangnya lain lagi. Mbah bukannya enggak suka sama Pak De, tapi dengan yang di belakang Pak De. Hah? Ada apa di belakang Pak De, Mbah? Tiba-tiba bulu kudukku pun merinding.

Baca juga :  Taktik Psikologis di Balik Pembekalan Prabowo 

“Tiongkok!” seru Mbah, itulah kekuatan yang ada di belakang Pak De. Tiongkok itu komunis, katanya lagi. Oke, terus apa hubungannya dengan Pak De? “Pak De mu itu sudah dikuasai mereka, sebentar lagi kita akan dicaploknya juga. Liat aja parade militernya kalau enggak percaya!” jelas Mbah dengan mata berapi-api. Bikin aku ngeri.

Sebagai mahasiswa jurusan politik, tentu saya tahu apa itu komunis dan juga paham kalau penguasa di Tiongkok berasal dari Partai Komunis. Tapi bukannya negara mereka juga penganut kapitalis? Ah, Mbah mungkin masih terkungkung sejarah lama.

Komunis memang masih ada di dunia, namun kekuatannya sudah mulai sirna. Masa iya komunis bisa tumbuh di Indonesia? Padahal kata Rizal Ramli, Indonesia itu sudah dilahap neolib, jadi mana yang benar? Bukannya komunis tidak bisa tumbuh dilahan neolib dan begitu sebaliknya? Ah, Mbah bikin bingung aja.

Daripada ngeributin komunis, mending Mbah nderes (ngaji) aja. Biar ngurangin dosa Mbah. (R24)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

Prabowo, the Game-master President?

Di awal kepresidenannya, Prabowo aktif menggembleng Kabinet Merah Putih. Apakah Prabowo kini berperan sebagai the game-master president?

Indonesia First: Doktrin Prabowo ala Mearsheimer? 

Sejumlah pihak berpandangan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan lebih proteksionis. Seberapa besar kemungkinannya kecurigaan itu terjadi? 

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...