Dengarkan artikel ini:
Audio ini dibuat menggunakan AI.
Proyeksi karier apik, baik di militer maupun setelah purna tugas nantinya eksis terhadap ajudan Prabowo Subianto, Mayor Inf. Teddy Indra Wijaya pasca dipromosikan menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Para Raider 328 Kostrad. Sosok berlatar belakang militer yang “familiar” dengan politik dan pemerintahan dinilai selalu memiliki kans dalam bursa kepemimpinan bangsa di masa mendatang.
Setelah Prabowo Subianto kemungkinan besar akan menjadi Presiden ke-8 RI, sosok berlatar belakang militer kiranya masih akan mewarnai dinamika politik-pemerintahan ke depan. Termasuk, proyeksi dari sosok muda yang menariknya adalah ajudan Prabowo sendiri, yakni Mayor Inf. Teddy Indra Wijaya.
Kendati masih cukup jauh, proyeksi itu telanjur muncul saat Mayor Teddy dipromosikan menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Para Raider 328 Kostrad. Itu adalah posisi yang sama dengan rekam jejak karier Prabowo di ABRI pada medio 1980-an silam.
Bahkan, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak turut buka suara saat ditanya awak media perihal karier Mayor Teddy yang disebut-sebut pasti meraih bintang di pundaknya dengan jabatan strategis.
Pada hari Rabu, 13 Maret 2024 lalu, Jenderal Maruli mengatakan ketika berpangkat mayor proyeksi masa depan karier seorang prajurit masih cerah. Tinggal nantinya bergantung pada dinamika dan proses yang berjalan dan kembali kepada kinerja si serdadu tersebut.
Saat berbicara karier profesional sebagai penunjang karier setelah pengabdian, kembali ke satuan tempur kiranya memang sebuah hal yang utama bagi seorang perwira, termasuk bagi Mayor Teddy.
Dalam aspek kepemimpinan berlatar belakang militer pasca purna tugas, agaknya masih lekat dalam ingatan mengenai dikotomi “jenderal tempur” dan “jenderal belakang meja”. Sosok kategori pertama biasanya lebih disegani dan dihormati karena dinilai lebih cakap dalam membuat keputusan strategis.
Di titik ini menarik kiranya untuk kembali melihat interpretasi terhadap kandidat-kandidat berlatar belakang militer penerus Prabowo hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kancah politik dan pemerintahan nantinya.
Teddy Memang Disiapkan?
Menapaki karier Prabowo sebagai prajurit Kopassus yang berkiprah di Kostrad, batu pijakan Mayor Teddy kiranya cukup tepat dan bukan tidak mungkin memang telah disiapkan, baik untuk menapaki karier di militer maupun setelahnya. Terlebih, dengan karakteristiknya yang telah familiar dengan atmosfer politik.
Mayor Teddy memang tak mungkin selamanya menjadi seorang ajudan. Namun, jika terlalu lama sekadar menjadi ajudan pun tampaknya tak akan baik, baik dari segi impresi maupun proyeksi karier dan regenerasi.
Chappy Hakim buku berjudul Pertahanan Indonesia: Angkatan Perang Negara Kepulauan menjelaskan perihal penugasan perwira sebagai ajudan, yakni dengan mengutip pendapat menarik dari Menhankam/Pangab Jenderal (Purn.) M. Jusuf.
Pada akhir Januari 1980, M. Jusuf memerintahkan kepada seluruh Kepala Staf Angkatan dan Kapolri agar menarik perwira-perwira muda lulusan AKABRI dari pangkat letnan dua, letnan satu, kapten, dan mayor yang kini bertugas sebagai ajudan dan mengembalikan mereka ke induk pasukannya.
Menurutnya, mereka disekolahkan di AKABRI bukan untuk menjadi ajudan melainkan justru untuk menduduki jabatan-jabatan di satuan-satuan lapangan.
Disebutkan pula bahwa kualitas karier ajudan dari sisi profesional militer jelas tertinggal. Namun, ada nilai tambah yang mereka peroleh dan justru menjadi faktor yang lebih memudahkan mereka dalam menduduki jabatan-jabatan yang bersifat politis.
Dalam case Mayor Teddy, garis tangan kiranya membuatnya “terpilih” sebagai salah satu sosok yang mendapatkan political grooming dalam jenjang kariernya.
Secara sederhana, political grooming mengacu pada upaya kelembagaan dan politik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, membina, dan mempersiapkan individu untuk kepemimpinan, baik di ranah profesional terkait, maupun di peran pemerintah dan ranah “politik” di masa depan.
Kendati bertujuan ideal demi mempersiapkan kepemimpinan yang terencana, selagi berpeluang memiliki kecenderungan politis, proses political grooming biasanya melibatkan kombinasi jejaring formal dan informal.
Akan tetapi, kembali, proses masih begitu panjang bagi Mayor Teddy jika memang benar-benar disiapkan untuk itu.
Belum lagi ketika berbicara faktor lain yang memengaruhi kesuksesan sosok berlatar belakang militer dalam politik dan pemerintahan yang begitu kompleks.
Teddy Masih Kalah dari AHY?
Saat berbicara sosok berlatar belakang militer dalam politik dan pemerintahan, nama Teddy tentu masih cukup jauh. Dirinya yang merupakan abiturien Akmil 2011 tampak masih belum apa-apa jika dibandingkan generasi jenderal lulusan AKABRI akhir 80an yang baru purna tugas seperti Andika Perkasa maupun Dudung Abdurachman.
Belum lagi jenderal alumni AKABRI 90an yang masih aktif dan belum menunjukkan ambisi politiknya. Pun, tak ketinggalan, saat disandingkan dengan “mayor” lain yang kini sedang naik daun, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Secara khusus, Prabowo sendiri sempat mengatakan memang menyiapkan AHY untuk kepemimpinan bangsa di masa depan. Akan tetapi, AHY kiranya menjadi sampel konkret mengenai pra syarat ideal bagi sosok berlatar belakang militer yang memiliki ambisi untuk berkiprah di politik dan pemerintahan.
Pertama, AHY diuntungkan karena memiliki prestasi dan kemampuan lebih saat masih menjabat di militer. Kedua, AHY pun diuntungkan karena dirinya memiliki modal sosial-politik serta kendaraan politik mumpuni.
Ketiga, AHY pun diuntungkan momentum politik saat perubahan dinamika membuatnya mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 yang mana tak disangka akan bermuara pada jabatan politik pertamanya sebagai Menteri ATR/BPN.
Tak hanya Teddy, garis tangan dan apa yang dimiliki AHY pun kiranya tak bisa disamai oleh Andika Perkasa, Dudung, maupun sosok eks jenderal lain yang memiliki ambisi dan peluang di politik dan pemerintahan mendatang.
Well, menarik untuk ditunggu kelanjutan kiprah sosok berlatar belakang militer penerus Prabowo ke depannya. (J61)