HomeNalar PolitikMasuk Komnas HAM, Zainal FPI Berkelit?

Masuk Komnas HAM, Zainal FPI Berkelit?

Proses seleksi calon komisioner Komnas HAM belakangan banyak disorot, terkait masuknya salah satu nama petinggi FPI. Saat melakukan dialog publik, Zainal Petir mengaku ingin menjadikan FPI lebih humanis. Benarkah?


PinterPolitik.com

[dropcap size=big]B[/dropcap]erita masuknya petinggi Front Pembela Islam (FPI) dalam daftar nama-nama calon komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Zainal Abidin Petir, menimbulkan reaksi dari masyarakat. Salah satu yang melayangkan protes adalah organisasi massa (ormas) di Jawa Tengah, yaitu Garda Nasional Patriot Indonesia (Ganaspati).

“Ini sebuah langkah mundur jika Komnas HAM sampai merekrut Zainal Petir. Selama ini, dia jelas berafiliasi dengan FPI yang kerap melakukan tindakan-tindakan anarkis dan intoleran dalam kehidupan bermasyarakat. Terkait hal itu, kami sudah kirim surat penolakan Zainal Petir,” tutur Ketua Ganaspati Jateng, Ratya Mardika, Rabu (17/5). Ia juga khawatir Zainal membawa kepentingan kasus Imam Besar FPI, Habib Rizieq.

Menanggapi penolakan ini, Zainal mengaku akan menghadapinya dengan sabar dan tawakal. “Di Semarang ada demo anti Zainal Petir. Mereka mempermasalahkan saya karena ada sangkut pautnya dengan FPI,” aku Pengurus FPI Semarang ini. Ia juga menolak dikaitkan dengan berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota FPI selama ini. “Yang sering terlibat kekerasan itu kan oknum, bukan organisasinya. Justru saya itu bergabung untuk membuat FPI menjadi organisasi yang humanis.”

Banyak Berkelit

“Sebetulnya, saya sudah berkecimpung dengan nilai-nilai HAM sejak dulu. Saya melakukan pendampingan PKL, saya juga kebetulan dewan pembina tuna netra muslim di Semarang,” kata Zainal yang menegaskan kalau akan berdiri di atas kepentingan masyarakat, bukan kelompok. Zainal bersama 30 orang dari total 60 orang peserta, Rabu lalu, mengikuti seleksi tahap ketiga yang berupa dialog publik dari masyarakat umum.

Dalam dialog yang digelar oleh Pansel Anggota Komnas HAM ini, sempat diwarnai interupsi oleh audiens. Sebab Zainal dianggap memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang mereka layangkan. “Jawabannya tidak menjawab pertanyaan dari kami,” protes salah satu audiens. Pada diskusi publik ini, Zainal mendapatkan dua pertanyaan langsung yang diarahkan terhadap dirinya.

Baca juga :  “Parcok” Kemunafikan PDIP, What's Next?

Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan Zainal bergabung dengan Komnas HAM, mengingat dirinya bergabung dengan FPI yang notabene pernah menolak HAM. Pertanyaan kedua, adalah mengenai kebebasan umat beragama di Indonesia. Si penanya mengkritisi diskriminasi terhadap jemaat HKBP Filadelfia Bekasi. Namun, Zainal berkelit dengan hanya menjawab satu pertanyaan pertama saja.

Sebelumnya, Zainal pernah membuat kontroversi di Semarang menyangkut pelarangan istri almarhum Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah untuk hadir di acara buka puasa bersama di Gereja Santo Yakobus Zebedeus, Semarang, Juni tahun lalu. Namun, ia berkelit kalau penolakan itu merupakan kesepakatan bersama 10 ormas di Semarang yang keberatan kalau acara buka puasa dilakukan di gereja.

Ia juga membantah pernah melarang Sinta Nuriyah untuk berbuka bersama dengan umat agama lain. Menurutnya, itu merupakan kesalahan pemberitaan yang menyudutkan dirinya. “Kan acara tetap berjalan di balai desa sebelah gereja. Karena yang diundang buka puasa kan kaum dhuafa, muslim dhuafa yang akidahnya lemah, pemahaman Islamnya lemah. Nanti malah timbul konflik, kami menghindari itu,” sergahnya.

Tidak Tegas Berpihak

Selain banyak berkelit mengenai kasus-kasus yang menyangkut FPI, Zainal pun memiliki pandangan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM, seperti masalah pemberlakuan hukuman mati di Indonesia yang menuai kritik dari organisasi HAM dunia. “Hukuman mati masih bisa berlaku untuk kasus pidana tertentu,” katanya saat melakukan diskusi publik, Kamis (18/5).

Zainal yang menjabat sebagai Ketua Tim Advokasi FPI Jateng ini, mengaku setuju dengan hukuman mati untuk bandar narkoba yang dilaksanakan pemerintah. “Gembong narkoba bisa merusak generasi, apakah bisa dibiarkan?” tanya anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) dan wakil ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Jawa Tengah (APPSI) ini. Meski begitu, ia menambahkan kalau pemberlakuan hukuman mati harus melalui prosedur hukum yang cermat dan profesional.

Baca juga :  Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Begitu pun saat ditanya mengenai nilai-nilai toleransi terhadap kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Queer (LGBTQ). Walau ia menyatakan kelompok tersebut sebaiknya jangan diganggu, dikucilkan, ataupun disakiti, namun Zainal tetap mengatakan akan tidak setuju apabila anaknya melakukan tersebut. “Kalau anak perempuan saya melakukan lesbi, saya enggak setuju. Silakan dimaknai yang dalam,” katanya.

Secara terbuka, dihadapan publik yang menanyainya, Zainal mengaku mengaku tak khawatir dengan maraknya penolakan masyarakat. Termasuk tudingan kalau ia sengaja disusupkan, untuk memuluskan rencana FPI dalam kasus Rizieq Shihab. Apalagi, saat ini ulama yang tersandung kasus pornografini juga pernah meminta komisioner Komnas HAM untuk terbang ke Arab Saudi, guna mendengarkan keterangannya.

“Kalau disusupkan, saya harusnya langsung diterima dong. Ini kan daftar, susah lagi,” sanggahnya, sambil menambahkan kalau memang ada tuntutan hukum yang berlaku, ia bersedia mundur dari FPI. Pernyataannya ini, banyak dipertanyakan karena Zainal tidak bersikap tegas untuk tidak berpihak bila kelak terpilih sebagai anggota Komnas HAM. Ia kembali berkelit dengan mengatakan bersedia disanksi bila ketahuan tidak netral.

Sementara itu, Wakil Ketua Tim Panitia Seleksi Komnas HAM, Harkristuti Harkrisnowo, menyatakan uji publik memberikan kesempatan kepada publik untuk bertanya kepada para calon komisioner. “Kami tidak dalam posisi bertanya karena ini dialog publik. Moderatornya juga berasal dari civil society dan akademisi, bukan dari panitia seleksi,” katanya, Kamis (18/5).

Hakristuti mengatakan pansel memberikan kesempatan kepada publik untuk mempertanyakan ideologi calon komisioner, asalkan tidak menyinggung masalah suku, agama, ras dan antargolongan. “Penilaian terhadap hukuman mati, diskriminasi, LGBT, semua masuk. Itu kan mencerminkan ideologi ya. Tapi itu tergantung yang bertanya,” katanya, sambil mengungkapkan kalau panitia seleksi akan menilai dari jawaban para calon komisioner tersebut. (Berbagai sumber/R24)

 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?

Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Partai Gerindra di bawah komando Prabowo Subianto seolah sukses menguasai Pulau Jawa setelah tiga “mahapatih” mereka, yakni Andra Soni, Dedi Mulyadi, serta Ahmad Luthfi hampir dapat dipastikan menaklukkan Pilkada 2024 sebagai gubernur. Hal ini bisa saja menjadi permulaan kekuasaan lebih luas di Jawadwipa. Mengapa demikian?

Kejatuhan Golkar di Era Bahlil?

Dengan kekalahan Ridwan Kamil dan Airin Rachmi Diany di Pilkada Serentak 2024. Mungkinkah Golkar akan semakin jatuh di bawah Bahlil Lahadalia?

Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 

Hasil tidak memuaskan yang diperoleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) dalam versi quick count Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 (Pilgub Jakarta 2024) menjadi pertanyaan besar. Mengapa calon yang didukung koalisi besar tidak tampil dominan? 

Prabowo dan Filosofi Magikarp ala Pokémon

Pemerintahan Prabowo Subianto siapkan sejumlah strategi untuk tingkatkan investasi dan SDM. Mungkinkah Prabowo siap untuk “lompat katak”?

Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?

Endorse politik Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024 kepada kandidat PDIP, yakni Pramono Anung-Rano Karno justru dinilai bagai pedang bermata dua yang merugikan reputasinya sendiri dan PDIP di sisi lain. Mengapa demikian?

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...