HomeNalar PolitikMa’ruf Amin Cawapres Jokowi?

Ma’ruf Amin Cawapres Jokowi?

Usianya sudah memasuki 75 tahun, namun pengaruh yang dimiliki KH Ma’ruf Amin terhadap umat Islam sangatlah dibutuhkan Jokowi.


PinterPolitik.com

“Kunci dari suksesnya kepemimpinan adalah pengaruh, bukan kekuasaan.” ~  Ken Blanchard

[dropcap]D[/dropcap]eretan papan bunga memenuhi muka Gedung Muamalat, Senin (12/3) lalu, salah satunya tertera dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Malam itu, KH. Ma’ruf Amin memang tengah menyelenggarakan acara peluncuran buku biografi dirinya sekaligus peringatan hari kelahirannya yang ke 75 tahun, pada 11 Maret, di gedung tersebut.

Sosok kiai sepuh ini tidak asing lagi bagi masyarakat, terutama warga Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan namanya sempat menjadi perbincangan, saat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berseteru dengannya. Secara mantap, ulama kelahiran 1943 ini, datang ke pengadilan sebagai saksi ahli dan menyatakan Ahok telah menyakiti hati umat Islam.

Ketika itu, KH Ma’ruf Amin menjadi saksi ahli di pengadilan kasus penodaan agama Ahok. Sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), beliau harus mempertanggungjawabkan fatwa yang dikeluarkan organisasi tertinggi para ulama ini, terkait tudingan penodaan agama mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Adanya fatwa MUI yang menyatakan Ahok tak hanya menghina Alquran tapi juga ulama ini, tentu menjadi keabsahan bagi umat Islam untuk meminta mantan Bupati Belitung Timur itu dibawa ke meja hijau. Bahkan setelah fatwa itu keluar, nyaris tujuh juta umat Muslim turun ke jalan dalam aksi fenomenal bertajuk Aksi Bela Islam 212.

Namun pengaruh Ma’ruf Amin baru benar-benar terlihat, ketika Ahok secara emosi mengeluarkan kata-kata yang tak pantas pada Rais Aam Syuriah NU ini. Sontak, tindakan Ahok semakin menjadi blunder bagi dirinya. Bahkan pihak PBNU yang awalnya sempat memihak Ahok, seperti KH Said Aqil Siradj, pun mengecam perbuatan tersebut.

Dari fakta di atas, terlihat kalau kiai kelahiran Banten ini memiliki pengaruh yang cukup besar. Bukan hanya dari kalangan NU, sebagai organisasi Islam terbesar di negeri ini, tapi juga umat Islam lainnya. Jadi tak heran bila Ketua Umum PPP Rommahurmuziy (Romi) menyatakan kalau sebenarnya cawapres yang dibutuhkan Jokowi adalah Ma’ruf Amin.

Hanya saja, mampukah pengaruh Ma’ruf Amin di sisi Jokowi mampu mendongkrak elektabilitasnya? Lalu mungkinkah mantan dewan pertimbangan presiden (Watimpres) di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini, bisa mendampingi Jokowi di Pilpres 2019 nanti? Terutama karena beberapa tokoh NU lainnya pun masuk dalam daftar cawapres Jokowi.

Baca juga :  Prabowo and The Nation of Conglomerates

Penerus Ulama Besar

“Pikir baik-baik sebelum bicara, karena kata-kata dan pengaruhmu akan menghasilkan kesuksesan maupun kegagalan dalam pikiran orang lain.” ~ Napoleon Hill

Sepanjang karir politiknya, nama Ma’ruf Amin memang seakan tenggelam dibanding ulama besar NU lainnya, seperti Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Namun sebenarnya, dari segi silsilah, Ma’ruf memiliki pendahulu yang bahkan jauh lebih berpengaruh di bidang tafsir Islam.

Sebagai putra dari KH. Mohammad Amin, ulama besar yang terkenal di wilayah Barat Tangerang, Ma’ruf lebih banyak menghabiskan pendidikannya di madrasah dan pesantren, yaitu Pesantren Citangkil Cilegon, Banten, dan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.

Keluarga Ma’ruf memiliki latar belakang NU yang kuat, sehingga orangtua Ma’ruf sempat melarang putranya nyantri ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Jawa Tengah. Alasan utamanya karena pesantren Tebu Ireng lebih beraliran salafiah dan didirikan oleh KH. Hasyim As’ari, sang pendiri NU.

Alasan lainnya, kakek Gus Dur tersebut juga merupakan murid dari Syekh Nawawi Al-Bantani (1730-1813), ulama terkemuka asal Banten yang menghabiskan waktunya belajar di Mekkah. Secara tak langsung, Ma’ruf memang masih memiliki ikatan darah dengan ulama yang pernah menjabat sebagai Imam Masjidil Haram ini.

Bahkan pada tahun 2001, Ma`ruf Amin mendirikan Pesantren untuk melanjutkan perjuangan Syekh Nawawi Al-Bantani. Nama pesantren itu Pesantren An-Nawawi yang berlokasi di Desa Tanara, Tirtayasa, Serang, Banten, dan merupakan tempat kelahiran dari Syekh bergelar “Bapak Kitab Kuning Indonesia” tersebut.

Syekh Nawawi sendiri, konon juga memiliki nasab (keturunan) dengan salah satu anggota Wali Songo – penyebar agama Islam pertama di Pulau Jawa, yaitu Syarif Hidayatullah (Sayyid Al-Kamil) atau Sunan Gunung Jati. Walau berasal dari Banten, namun Sunan Gunung Jati lebih terkenal di Cirebon, tempat beliau dimakamkan.

Seperti juga para leluhurnya, Ma’ruf dikenal sebagai ulama yang mumpuni di bidang agama. Beliau terkenal sangat fasih dalam ilmu fiqih (hukum agama Islam). Bahkan Katib Syuriah PBNU Asrorun Niam Sholeh menyebutnya sebagai top of the top pimpinan ulama dan panutan mayoritas umat Islam.

Pria lulusan Universitas Ibnu Khaldun ini bahkan menjadi orang pertama yang menggagas terbentuknya bank syariah pertama di Indonesia, sehingga mendapatkan anugerah Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) untuk bidang Hukum Ekonomi Syariah dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, juga sebagai Guru Besar di bidang Mu’amalah Syar’iah di Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Cawapres Terhalang Usia?

“Jika Anda berada diposisi yang dapat mempengaruhi orang lain, maka Anda adalah seorang pemimpin.” ~ Sheri L. Dew

Dari segi agama, sosok Ma’ruf Amin dihadapan umat Islam memang memiliki kharisma tersendiri. Selain latar keluarganya yang tersohor dan pendidikan agamanya tinggi, beliau saat ini juga menduduki dua posisi strategis, yaitu menjadi Rais Aam Syuriah NU dan Ketua Umum MUI. Kedua posisi ini, tentu memberinya tak hanya pengaruh besar tapi juga kekuasaan dalam menggalang massa.

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati

Pengalaman politik Ma’ruf Amin pun, tak sedikit. Beliau punya pengalaman di parlemen, baik anggota DPRD, DPR, maupun MPR. Walau awalnya bergabung di Partai Persatuan Pembangunan (PPP), namun bersama Gus Dur, beliau ikut melahirkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro pertama.

Bahkan dari sisi pemerintahan, Ma’ruf Amin terpilih sebagai anggota Watimpres dalam dua periode kepemimpinan SBY. Pengalamannya sepuluh tahun ikut membantu presiden mengelola negara, tentu menjadi nilai tambah tersendiri bagi Ma’ruf Amin bila dicalonkan sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019.

Pengaruh Ma’ruf Amin yang disegani umat Muslim, kemampuan perekonomian perbankannya yang mumpuni, dan pengalamannya sebagai watimpres, memang memenuhi semua kriteria wapres yang diharapkan Jokowi. Seperti yang dikatakan Romi, dengan menggaet Ma’ruf Amin, Jokowi akan dengan mudah merangkul massa Islam, bahkan alumni 212 sekalipun.

Namun, ada satu kendala yang mungkin akan membebani Jokowi, yaitu usia Ma’ruf yang sudah cukup senja. Walau Wapres Jusuf Kalla pun saat ini berusia 75 tahun, namun Jokowi sendiri berharap pendampingnya nanti bisa ikut merangkul generasi Milenial yang kemungkinan akan berjumlah 52 persen atau setara dengan 100 juta orang dari jumlah pemilih.

Sejauh ini, Ma’ruf Amin sendiri belum banyak berkomentar tentang pernyataan Romi tersebut. Namun bagi warga NU, dimasukkannya nama beliau menjadi harapan tersendiri. Bahkan beberapa nama lainnya, seperti Ketua PBNU Said Aqil Siradj dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pun ikut digadang menjadi cawapres.

Untuk menggaet umat Islam, para petinggi NU memang menjadi salah satu alternatif bagi Jokowi untuk dipertimbangkan. Bahkan Ma’ruf sendiri sudah menyindir niatan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) untuk bisa dipilih Jokowi. Ketua Umum PKB tersebut, menurut Romi, kelihatan resah saat nama Ma’ruf Amin ia ajukan ke Jokowi.

Sebagai sosok ulama besar, Ma’ruf Amin memang sepertinya memiliki posisi penting bagi Jokowi. Tak heran bila belakangan Presiden ketujuh tersebut, kerap terlihat bergandeng mesra dengan Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) ini. Namun apakah Jokowi akan memilihnya menjadi cawapresnya di pertarungan tahun depan? Sepertinya kecil kemungkinan. (R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...