Hoax lagi, hoax lagi. Kini giliran Pak Hendropriyono dan Pak Luhut Binsar Panjaitan yang jadi korbannya. Tapi, mengapa harus mereka berdua?
PinterPolitik.com
“Ketika kalah dalam debat, fitnah menjadi alat bagi pecundang.”
(Socrates)
[dropcap]P[/dropcap]enyebaran berita bohong atau yang lebih dikenal dengan istilah hoax memang nggak ada habis-habisnya di Indonesia. Salah satu kasus hoax yang cukup menggemparkan tanah air beberapa waktu lalu adalah Saracen. Kini kasus tersebut perlahan-lahan hilang tiada kabar. Entah apa alasannya? Saya juga kurang tau.
Setelah Saracen berlalu, bukannya kapok eh malah kasus hoax makin menjadi-jadi. Bahkan ada berita hoax yang mencatut nama Pak Jokowi dan Ibu Irina. Busettt, berani amat ya. Presiden dan istrinya aja digituin, gimana dengan yang lainnya?
Nah, hal tersebut memang terbukti benar adanya. Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan beredarnya selebaran yang berisi undangan deklarasi Pak A.M. Hendropriyono dan Pak Luhut Binsar Panjaitan sebagai Capres dan Cawapres pada Pilpres 2019 nanti. Akan tetapi, berita tersebut telah diklarifikasi sebagai berita hoax oleh Pak Hendro dan Pak Luhut.
Apa maksud di balik penyebaran berita tersebut? Mengapa Pak Hendro dan Pak Luhut yang jadi sasarannya? Apa karena dua sosok ini adalah orang-orang penting di belakang Jokowi? Entahlah.
— AM Hendropriyono (@edo751945) January 22, 2018
Nah, kalau memang mereka adalah orang-orang pentingnya Presiden, lalu apa tujuan dari penyebaran berita hoax tersebut? Mungkin untuk memecah belah pertahanan Jokowi di tahun politik ini? Hm, bisa jadi demikian. Lantas siapa pelakunya? Au ah, ucing ala uwe mikirinnya.
Yang pasti oknum-oknum yang terlibat dalam penyebaran berita hoax tersebut pasti punya ‘sesuatu’. ‘Sesuatu’ itu diartikan sebagai kelihaian dan kejelian mereka dalam memetakan alur politik nasional. Apakah dari lawan politik atau justru ada ‘musuh dalam selimut’. Entahlah.
Yah, dari peristiwa ini pemerintah harus perlu melakukan evaluasi. Bukan hanya sekadar membangun pertahanan diri, tapi berusaha untuk meningkatkan kinerja pada sisa waktu ini, kira-kira mana yang lebih penting infrastruktur atau manajemen sumber daya manusia? Hm, makan buah simalakama lagi deh. (K-32)