HomeHeadlineLobi Erick Justru Untungkan Anies?

Lobi Erick Justru Untungkan Anies?

Lobi Erick Thohir yang menghantarkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 membawa persoalan politik. Ini terkait perdebatan digunakan atau tidaknya Jakarta International Stadium (JIS) sebagai venue pesta olahraga tersebut. Menariknya, lobi Erick yang membuahkan tuan rumah Piala Dunia U-17 justru tengah menguntungkan Anies Baswedan saat ini.


PinterPolitik.com

Dalam artikel PinterPolitik yang berjudul Perang Event: Sandiaga vs Erick, telah dijabarkan bahwa Sandiaga Uno dan Erick Thohir tampaknya tengah melakukan persaingan menarik untuk mendongkrak elektabilitasnya.

Dengan posisinya sebagai Menparekraf, Sandi berusaha untuk menambah hari konser Coldplay yang sangat digemari. Di ring sebelah, dengan posisinya sebagai Ketua Umum PSSI, Erick berhasil membuat Timnas Indonesia berlaga melawan Timnas Argentina.

Terkhusus Erick, sang Menteri BUMN tampaknya terus tancap gas. Setelah gagal sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, Erick berhasil melobi FIFA untuk menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17.

Namun, keberhasilan lobi itu tengah menuai perdebatan politik. Ini soal digunakan atau tidaknya Jakarta International Stadium (JIS) sebagai venue pesta olahraga tersebut. JIS yang digadang-gadang berstandar internasional disebut tidak memenuhi standar FIFA, sehingga perlu direnovasi.

Menurut berbagai pihak, renovasi JIS memiliki muatan politik yang kental. Banyak yang mengaitkannya dengan JIS yang merupakan pembangunan warisan Anies Baswedan. Kasusnya mirip seperti Formula E yang banyak dikritik, namun diteruskan setelah Anies purnatugas sebagai Gubernur DKI Jakarta.

erick thohir anak kesayangan fifa

Justru Untungkan Anies?

Menariknya, terlepas dari perdebatan yang ada, jika diperhatikan saksama, polemik JIS justru menguntungkan Anies secara politik. Ya, secara tidak langsung nama Anies menjadi diperbincangkan oleh berbagai kalangan.

Dalam studi Pemasaran dikenal istilah TOMA atau top of mind awareness. TOMA digunakan untuk mengukur seberapa tinggi peringkat merek dalam kesadaran konsumen. Merek yang bagus atau telah mencapai titik TOMA adalah merek yang pertama terlintas ketika konsumen memikirkan produk atau industri tertentu.

Baca juga :  Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Nah, terlepas dari impresinya positif atau negatif, pembahasan luas JIS telah menciptakan titik TOMA bagi Anies. Seperti mendapat durian runtuh, Anies yang tengah puasa bicara di publik karena sedang naik haji, justru tengah dibicarakan secara luas. Sekali lagi, publik diingatkan betapa lekatnya JIS terhadap sosok Anies.

Dengan kata lain, usaha keras Erick melobi FIFA justru menjadi keuntungan elektoral bagi Anies saat ini. Berbagai pendukung Anies misalnya dapat memainkan strategi “politik teraniaya” dengan menyebut JIS dikritik karena dibangun di era Anies.

Seperti dijelaskan Sreenivasa Reddy dalam tulisannya Playing victim is a deceptive political game, strategi “politik teraniaya” adalah permainan politik favorit di era saat ini.

image 1

Seharusnya Bermain Senyap

Melihat apa yang terjadi, bisa dikatakan tengah terjadi blunder. Alih-alih Erick menjadi pusat perhatian atas Piala Dunia U-17, polemik JIS membuat perhatian bergeser ke Anies Baswedan.

Melihatnya secara saksama, blunder itu sebenarnya bisa dihindari apabila berbagai pihak menghindari kalimat “tidak sesuai standar FIFA”. Jika JIS langsung direnovasi tanpa embel-embel kalimat tersebut, kehebohan yang membuat nama Anies banyak dibahas mungkin tidak terjadi.

Stephanie E Benjamin dalam tulisannya Politics and the power of words: The influence of language in political settings, menjelaskan bahwa pemilihan kata dan kalimat harus dilakukan secara cermat karena kata dan kalimat tidak dipahami secara netral, melainkan selalu dipahami memiliki implikasi politis.

Kalimat “tidak sesuai standar FIFA”, misalnya, mungkin kalimat itu sebenarnya bermakna netral. Itu mungkin hanya menggambarkan fakta bahwa JIS memang belum memenuhi standar FIFA untuk menyelenggarakan ajang Piala Dunia.

Namun, karena kalimat itu dipahami secara politis, berbagai pihak langsung menghubungkannya dengan Anies Baswedan. Kuatnya sentimen terhadap Anies menjelang Pilpres 2024 adalah alasan kuat di balik itu.

Baca juga :  Menguji "Otot Politik" Andika Perkasa

Terlebih lagi, pernyataan terbuka Presiden Jokowi bahwa dirinya akan cawe-cawe dan keluarnya buku Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semakin menguatkan persepsi publik bahwa Anies adalah antitesis dari pemerintah yang tengah berkuasa.

Secara gamblang, dalam bukunya yang berjudul Pilpres 2024 & Cawe-Cawe Presiden Jokowi, SBY menegaskan bahwa merupakan hak Presiden Jokowi apabila memang tidak menyukai Anies.

“Tidak menjadi soal kalau Pak Jokowi tidak suka dengan Pak Anies Baswedan. Itu hak beliau. Tidak ada yang boleh melarang dan tidak boleh pula Presiden kita disalahkan,” tulis SBY.

Well, sebagai penutup, melihat apa yang terjadi, sekiranya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa lobi Erick Thohir justru berujung keuntungan elektoral bagi Anies Baswedan. Menarik dilihat kelanjutannya. (R53)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

More Stories

Ganjar Kena Karma Kritik Jokowi?

Dalam survei terbaru Indonesia Political Opinion, elektabilitas Ganjar-Mahfud justru menempati posisi ketiga. Apakah itu karma Ganjar karena mengkritik Jokowi? PinterPolitik.com Pada awalnya Ganjar Pranowo digadang-gadang sebagai...

Anies-Muhaimin Terjebak Ilusi Kampanye?

Di hampir semua rilis survei, duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar selalu menempati posisi ketiga. Menanggapi survei yang ada, Anies dan Muhaimin merespons optimis...

Kenapa Jokowi Belum Copot Budi Gunawan?

Hubungan dekat Budi Gunawan (BG) dengan Megawati Soekarnoputri disinyalir menjadi alasan kuatnya isu pencopotan BG sebagai Kepala BIN. Lantas, kenapa sampai sekarang Presiden Jokowi...