Wow, Ahok masuk dalam jajaran pemikir dunia. Emang layak?
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]alaupun masih dipenjara, pamor Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih terang benderang laksana purnama. Baru-baru ini, nama beliau masuk dalam daftar deretan para pemikir dunia versi majalah ternama Foreign Policy. Konon katanya, majalah asal Amerika ini didirikan oleh Samuel P. Huntington.
"Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
For standing up to Indonesia’s creeping fundamentalism"(He lost)
"and by losing his own freedom, Ahok just might encourage others to steer the country back to the middle ground"
Nope, it indicates the exact opposite
— Anthony K (@m72_ar) December 6, 2017
Bahkan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang berada dalam daftar tersebut. Yang lain mana ya?
Editor Foreign Policy Benjamin Soloway mendeskripsikan Ahok sebagai sosok yang berdiri tegak melawan fundamentalisme di Indonesia. Soloway mengatakan bahwa political style-nya Ahok berbeda dengan politikus Indonesia kebanyakan. Walaupun berasal dari kaum minoritas ragam (ras-agama), ia nggak segan-segan untuk ngomong pedes kalau itu dinilai salah dan merugikan banyak orang.
Posisinya sebagai minoritas ragam plus speaking style-nya yang rada-rada impulsif, membuatnya bertekuk lutut di bawah kaum konservatif Islam. Ia berumur pendek di Jakarta. Walaupun demikian, ia tetap dianggap sebagai simbol penting pluralisme yang sedang tersudut di Indonesia.
Nama Ahok sejajar dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, hingga kelompok The Silence Breakers yang menggagas gerakan #MeToo Halaman 1 https://t.co/w1FupGnKvf
— Kompas.com (@kompascom) December 6, 2017
Majalah Foreign Policy sampai nggak habis mikir dengan Ahok. Katanya, memiliki latar belakang minoritas ragam, ditambah gaya bicara yang bikin panas telinga, kok bisa melangkah jauh dalam dunia politik Indonesia?
Kalo nggak percaya, coba telusuri track record Ahok dari Bangka Belitung hingga Jakarta. Karir politiknya memang bersinar terang laksana purnama. Mungkin efek dari namanya juga kali ya? Atau memang ia telah ‘dipersiapkan’ untuk datang ke Ibu kota negara?
Bahkan Majalah asal Amerika ini, menilai bahwa popularitas Ahok mulai moncer sejak menjadi pendamping Jokowi di DKI tahun 2012 silam. Ahok dan Jokowi laksana sepasang sayap burung yang saling menopang. Katanya dampak perubahan yang signifikan di Jakarta kala itu adalah efek dari kecerdasan teknokratik Ahok yang diimbangi retorik populis Jokowi.
Namun, Ahok bukanlah sosok yang 100% sempurna. Kebijakan yang akhirnya menghadirkan musuh baginya adalah soal penggusuran pemukiman masyarakat miskin untuk proyek reklamasi dan pembangunan. Plus blunder yang dilakukannya di Kepulauan Seribu yang membuatnya ‘pindah rumah’ ke Makko Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Dari sisi kemanusiaan, mungkin ini nggak adil, tapi kalau dari sisi politik bisnis bagaimana? Kalau demikian, apa majalah Foreign Policy nggak salah masukin nama Ahok dalam daftar para pemikir dunia zaman now? (K-32)