HomeNalar PolitikLangkah Bijak MA Tolak Fatwa Terkait Ahok

Langkah Bijak MA Tolak Fatwa Terkait Ahok

Langkah Mahkamah Agung (MA) menolak memberikan fatwa mengenai pengaktifan kembali status Gubernur DKI Jakarta kepada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dianggap bijaksana oleh beberapa pengamat.


pinterpolitik.com

JAKARTA – Polemik seputar pengaktifan kembali Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta masih bergulir dan kian memanas. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang bertanggung jawab atas pengaktifan Ahok ini sekarang menjadi sorotan dan bahkan bulan-bulanan para oposan yang tidak setuju atas pengaktifan kembali tersebut.

Berbagai protes pun digelar oleh banyak pihak, dari aksi yang melibatkan ribuan massa, upaya anggota fraksi-fraksi DPR yang berinisiatif menggunakan hak angket, hingga berbagai upaya organisasi massa (ormas) yang mengajukan gugatan mengenai pengaktifan kembali Ahok sebagai Gubernur ke pengadilan.

Beberapa diantaranya ada organisasi Advokat Muda Peduli Jakarta (AMPETA) dan Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) yang menuntut agar Presiden Joko Widodo memberhentikan Ahok sebagai Gubernur.

Berbagai gugatan ini terpaksa “ditelan” Tjahjo Kumolo karena pegangan hukum atas keputusannya tersebut, dianggap masih dapat diperdebatkan. Bahkan Mahkamah Agung (MA) pun enggan memberikan fatwa terkait status Ahok sebagai gubernur, alasannya karena kasus penodaan agama yang menjeratnya masih berlangsung.

Wakil Ketua MA Bidang Yudisial, Syarifuddin, membenarkan kalau MA menolak permohonan fatwa yang diminta Mendagri karena tidak ingin mengganggu independensi hakim dalam mengadili perkara Ahok di PTUN Jakarta. “Kalau kita berikan fatwa, itu akan mengganggu independensi hakim,” katanya, Selasa (21/2).

Penolakan MA ini semakin memojokkan posisi Tjahjo. Ia mengatakan kalau surat dari MA tersebut telah diberikan ke Presiden Joko Widodo dan menyerahkan persoalan ini sepenuhnya pada Presiden. “Saya paham, kalau MA buat fatwa akan mempengaruhi pengadilan yang sekarang sedang tahap saksi-saksi,” katanya.

Baca juga :  AHY, the New “Lee Hsien Loong”?

Penolakan MA untuk memberikan fatwa ini merupakan langkah bijaksana, apalagi karena bentuk fatwa sendiri hanya berupa pendapat hukum MA yang tidak mengikat. Fatwa MA bukanlah suatu keputusan maupun peraturan. Fatwa MA hanya berisi pendapat hukum MA yang diberikan atas permintaan lembaga negara.

Terkait dengan masalah pengaktifan Ahok, penolakan MA ini juga memberi pesan seolah-olah lembaga keadilan ini tidak ingin terlibat dalam polemik yang ujung-ujungnya bersifat sangat politis. Sikap MA juga bisa dikatakan bijaksana karena mempertahankan posisinya yang netral diantara kemelut pro dan anti Ahok dalam masyarakat.

Tarik menarik pantas tidaknya Basuki Tjahaja Purnama kembali aktif sebagai gubernur dengan statusnya sebagai tersangka, dan wajar tidaknya calon gubernur di Pilkada mendatang menduduki kembali jabatannya saat masih dalam masa pencalonan, memang membingungkan. Apalagi dibalik keputusan Mendagri dan berbagai tuntutan tersebut, pasti ada motif politis di belakangnya. (Berbagai sumber/Fit/R24)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...