HomeNalar PolitikKomentar Bung Ryaas Yang Bias

Komentar Bung Ryaas Yang Bias

Kecil Besar

“Pemilih yang bodoh akan hasilkan pemimpin yang bodoh. Maka kita perlu kembali kepada pemilihan tak langsung, lewat keputusan MPR,” demikian sabda Bung Ryaas Rasyid.


PinterPolitik.com

Pernyataan Bung Ryaas bikin saya seperti kesengat aliran listrik. Berarti selama ini presiden-presiden yang telah dipilih oleh rakyat, yakni dari SBY hingga Jokowi bodoh semuanya,gitu? Terus kalau dia bilang semua pemimpin yang telah dipilih rakyat itu bodoh, lantas mengapa ia mau aja menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden di bidang Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi di zaman SBY? Bukankah itu malah membuat dia ikut-ikutan bodoh karena mengabdi pada orang bodoh?

Saya malah makin bingung dengan pernyataannya mengenai pemilihan langsung. Katanya pemilihan langsung yang turut melibatkan rakyat, justru menghasilkan pemimpin yang bodoh. Bung Ryaas nampaknya nggak nyadar, kalau pernyataan itu malah tertuju kembali padanya. Selama ia masih berstatus WNI, ikut pemilu merupakan kewajiban. Kalau dia ikut pemilu, maka nasibnya tak jauh beda dengan pemilih lainnya, sama-sama bodoh bukan? Nampaknya Bung Ryaas perlu banyak-banyak belajar tentang konsep demokrasi, terutama soal konsep Trias Politica dan masyarakat madani. Biar bisa paham dan jeli dengan kehidupan demokrasi di Indonesia.

Masa kita disuruh mundur ke belakang? Dipaksa memakai skema produk Orba, yang mana presiden dipilih lansung oleh MPR dan rakyat tinggal tunggu jadinya aja. Bukankah itu menciderai konsep demokrasi yang konon katanya pemimpin harus dipilih oleh rakyat, untuk rakyat dan dari rakyat?

Kalau memang mendukung penegakkan demokrasi di Indonesia, jangan hanya asal kritik tapi harus kritis dong Bang Ryaas. Bila perlu ada solusi yang membangun untuk bumi pertiwi ini. Katanya, abang ini profesor kok mulutnya kayak ember bocor? Mending abang banyakin belajar soal peta politik Indonesia deh, biar nanti nggak nyasar di dunia lain.

Baca juga :  Prabowo Lost in Translation

Sebenarnya, masyarakat itu ngak bodoh lho. Karena kemiskinan dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik itulah yang membuat mereka ‘terpaksa’ harus memilih calon pemimpin yang memberi ‘lebih banyak’ dari yang lainnya. Mereka kadang tergoda dengan serangan fajar dan sembako gratis, karena mereka tak ada pilihan lain, kalau menolak berarti nggak bisa makan hari ini. Ini yang dilihat sebagai titik lemah bagi para politikus korup untuk melancarkan gombalannya biar nanti dipilih saat pemilu.

Makanya, Bung Ryaas jangan asal ngomong kalau nggak paham situasi Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kalau abang lagi usaha untuk nyari ‘panggung politik baru’, jangan kayak gini dong caranya. Kasihan rakyat kecil, udah miskin dicap bodoh lagi. Kalau kayak gini, bisa-bisa banyak yang ngak mau milih karena takut salah pilih. Bukan begitu? Bagaimana menurut anda? (K-32)

 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

Korban Melebihi Populasi Yogya, Rusia Bertahan? 

Perang di Ukraina membuat Rusia kehilangan banyak sumber dayanya, menariknya, mereka masih bisa produksi kekuatan militer yang relatif bisa dibilang setimpal dengan sebelum perang terjadi. Mengapa demikian? 

Aguan dan The Political Conglomerate

Konglomerat pemilik Agung Sedayu Group, Aguan alias Sugianto Kusuma, menyiapkan anggaran untuk program renovasi ribuan rumah.

Hasto Will be Free?

Dengarkan artikel ini? Audio ini dibuat menggunakan AI. Interpretasi terbuka saat Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto tampil begitu percaya diri dan justru sumringah di tengah...

Rusia dan Bayang-Bayang “Rumah Bersama Eropa”

Di masa lampau, Rusia pernah hampir jadi pemimpin "de facto" Eropa. Masih mungkinkah hal ini terjadi?

More Stories

PDIP dan Gerindra Ngos-ngosan

PDI Perjuangan dan Gerindra diprediksi bakal ngos-ngosan dalam Pilgub Jabar nanti. Ada apa ya? PinterPolitik.com Pilgub Jabar kian dekat. Beberapa Partai Politik (Parpol) pun mulai berlomba-lomba...

Arumi, ‘Srikandi Baru’ Puan

Arumi resmi menjadi “srikandi baru” PUAN. Maksudnya gimana? PinterPolitik.com Fenomena artis berpolitik udah bukan hal baru dalam dunia politik tanah air. Partai Amanat Nasional (PAN) termasuk...

Megawati ‘Biro Jodoh’ Jokowi

Megawati tengah mencari calon pendamping Jokowi. Alih profesi jadi ‘biro jodoh’ ya, Bu? PinterPolitik.com Kasih sayang dan pengorbanan seorang ibu laksana lilin yang bernyala. Lilin...