HomeNalar PolitikKetika Mendagri Pusing OTT KPK

Ketika Mendagri Pusing OTT KPK

Belakangan ini, KPK rajin banget menjaring para kepala daerah melalui operasi tangkap tangan. Mendagri sampai pusing dibuatnya.


PinterPolitik.com

“[dropcap size=big]S[/dropcap]emoga ini yang terakhir,” begitu doa Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, ketika mendapat kabar kalau satu lagi anak buahnya, Walikota Cilegon Imam Ariyadi resmi ditahan setelah terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) lembaga anti rasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tertangkapnya Imam menjadikan jumlah kepala daerah yang terbukti melakukan korupsi menjadi 77 orang. Angka yang fantastis! Jadi kalau ada yang minta Mendagri mundur pun, sepertinya cukup logis.

Walau Tjahjo mengapresiasi kelincahan KPK mencomot satu persatu kepala daerah yang terbukti ‘nakal’, tapi ia juga mengaku pusing dan malu dibuatnya. Sampai-sampai mengeluh, gara-gara OTT KPK, Indonesia jadi dikenal sebagai negara yang paling korup kepala daerahnya. Ketika ia mengatakan ini, bisa dibayangkan kalau kedua tangannya pasti lagi menutupi wajah atau kepalanya tertunduk lesu dengan muka yang dipasang memelas. Tapi tunggu, jangan kasihan dulu. Kok gara-gara OTT KPK? Harusnya gara-gara anak buahnya yang badung-badung itu dong!

Seperti biasanya, para pejabat atau politikus Indonesia itu kadang pemikirannya terbalik-balik. Kalo Tjahjo nyalahin OTT, Ketua PAN Zulkifli Hasan lebih suka nyalahin sistem peraturan daerah. “Habis kader kita kalau di OTT terus,” begitu keluh Zulkifli tanpa pasang wajah memelas, tapi air mukanya malah mengeras. “Ini pasti sistemnya yang salah! Pasti itu!” gerutunya, mungkin sambil mengepalkan tangan. Nah kan, enggak ada bedanya kan sama Mendagri.

Ketika Mendagri Pusing OTT KPK

Kalau dari sekitar 500 kota/kabupaten, 300 kepala daerahnya diduga bermasalah, dan 77 diantaranya yang sudah terbukti korupsi, terus yang dituding salah adalah KPK dan sistem pemilihannya. Bukankah itu aneh? Bukan rahasia lagi, di Indonesia itu untuk ikut pemilihan kepala daerah memang membutuhkan biaya besar. Tapi siapa yang bikin mekanismenya jadi mahal? Sudah tentu partai politik. Kalau dibilang partai enggak pakai mahar politik, bohong banget deh.

Baca juga :  Ridwan Kamil dan "Alibaba Way"

Kita masih inget kok, bagaimana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pernah mencak-mencak diminta uang miliaran sama partai yang akhirnya dukung dia itu. Terus kemarin, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun curhat kalau ada oknum di partainya yang minta uang 10 miliar kalau mau didukung sebagai calon gubernur Jawa Barat. Kalau Ahok, karena bukan kader kita bisa sedikit ngertiin. Nah ini, Dedi kan kader partai itu sendiri, kok ya masih ditagih-tagih? Gimana enggak banyak korupsi!

Aaarggh, ngomongin korupsi emang bikin emosi. Rasanya kayak makan terasi basi enggak pakai nasi. Lebih baik kita mandi, biar bersih dari ironi. (R24)

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

More Stories

Informasi Bias, Pilpres Membosankan

Jelang kampanye, pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oposisi cenderung kurang bervarisi. Benarkah oposisi kekurangan bahan serangan? PinterPolitik.com Jelang dimulainya masa kampanye Pemilihan Presiden 2019 yang akan dimulai tanggal...

Galang Avengers, Jokowi Lawan Thanos

Di pertemuan World Economic Forum, Jokowi mengibaratkan krisis global layaknya serangan Thanos di film Avengers: Infinity Wars. Mampukah ASEAN menjadi Avengers? PinterPolitik.com Pidato Presiden Joko Widodo...

Jokowi Rebut Millenial Influencer

Besarnya jumlah pemilih millenial di Pilpres 2019, diantisipasi Jokowi tak hanya melalui citra pemimpin muda, tapi juga pendekatan ke tokoh-tokoh muda berpengaruh. PinterPolitik.com Lawatan Presiden Joko...