Site icon PinterPolitik.com

Kenapa Megawati Sangat Kuat?

Kenapa Megawati Sangat Kuat?

Foto: PinterPolitik/M78

Saat ini, dapat dikatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merupakan politisi terkuat di Indonesia. Lantas, kenapa Megawati bisa sangat kuat dan berpengaruh?


PinterPolitik.com

Pada 23 Juli 1996, Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidatonya sebagai Ketua Umum PDI setelah terjadinya Kongres PDI tandingan yang menetapkan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Momen ini menandai perjalanan penting Megawati dalam politik Indonesia karena empat hari kemudian, terjadi peristiwa yang dikenal sebagai Kerusuhan 27 Juli alias Kudatuli.

Peristiwa itu menjadi momen semakin banyaknya orang yang bersimpati pada perjuangan Megawati. Hingga hari ini Megawati mungkin adalah sosok elite politik paling powerful di Indonesia.

Di sini, tentu pertanyaanya adalah, mengapa Megawati bisa menjadi sangat kuat dan faktor apa yang membedakannya dibanding politisi-politisi Indonesia lainnya?

Jurus Sukses Megawati

Selain karena nama besar Soekarno yang melekat padanya, nyatanya, secara personal Megawati memang memiliki karakter kepemimpinan yang cukup unik. Ia mengetahui bahwa dirinya mempunyai keterbatasan, sehingga menggunakan kelebihannya dalam menghubungkan satu pihak dengan pihak lain, serta menarik sosok-sosok yang hebat untuk membantunya.

Shahla Haeri dari Boston University dalam bukunya The Unforgettable Queens of Islam membahas Megawati dengan menyebutnya sebagai “Limbuk yang menjadi Ratu”. Bagi yang belum tahu, Limbuk adalah salah satu karakter di dunia wayang.

Salah satu ciri utama Limbuk adalah statusnya sebagai perempuan di lingkungan kekuasaan. Ia tak banyak bicara dan cenderung tidak dianggap. Mungkin ini mirip dengan status Megawati yang awalnya dianggap sebagai sosok pemalu dan tak pandai berbicara di hadapan publik.

Namun, sosok Limbuk ini berubah menjadi ratu – demikian kata Shahla Haeri. Itulah Megawati. Dan dalam konteks melihat kelemahan-kelemahan dirinya, Megawati nyatanya mampu membangun lingkaran pendukung di sekitarnya yang berisi orang-orang yang loyal dan punya kemampuan yang mendukung kekuasaannya.

David Jelinek dalam tulisannya Why Smart People Surround Themselves with Smarter People, menyebut terdapat pola mendasar dari kesuksesan, yakni menempatkan orang-orang pintar di sekeliling kita. Tulis Jelinek, mungkin hampir tidak ada orang yang menjadi sukses tanpa bantuan.

Saat bertemu dengan seseorang yang lebih pintar, kita harus belajar darinya, melindunginya, dan mengembangkan hubungan dengannya. Pengalaman hidup kita terbatas, mungkin tidak banyak yang dapat kita pelajari darinya.

Oleh karena itu, penting untuk memempatkan orang-orang pintar dan berkemampuan di sekitar kita. Kita dapat mempelajari pengetahuan mereka, belajar dari kesalahan mereka, dan yang terpenting, kita memiliki bantuan-bantuan kecerdasan untuk berpikir.

Apa yang dijelaskan Jelinek dengan tepat dilakukan oleh Megawati. Di sekelilingnya terdapat orang-orang pintar dan berkemampuan. Lebih hebatnya lagi, Megawati dapat menjadi dirigen orang-orang hebat tersebut.

Didesain Menjadi Kuat

Selain kemampuan mengumpulkan orang-orang hebat di sekitarnya, terdapat tiga alasan lagi yang membuat Megawati begitu kuat. Pertama, Megawati tampaknya merupakan politisi yang memang didesain menjadi kuat.

Dalam artikel PinterPolitik yang berjudul Operasi Intelijen di Balik Lahirnya PDIP, telah dijabarkan bahwa terdapat operasi intelijen untuk menempatkan Megawati sebagai Ketua Umum PDI.

As’ad Said Ali dalam bukunya Perjalanan Intelijen Santri, mengemukakan terdapat manuver intelijen militer di balik pencalonan Megawati sebagai Ketua Umum PDI di era akhir Orde Baru. Upaya manuver ini, menurut As’ad, adalah upaya otokritik yang muncul dari tubuh militer terhadap Soeharto.

As’ad menyebut beberapa nama tokoh militer yang melakukan manuver, baik secara langsung maupun tidak langsung pada pencalonan Megawati. Nama-nama tersebut adalah Jenderal LB Moerdani, Mayjen Syamsir Siregar, dan Pangdam V Jaya saat itu, Jenderal A.M. Hendropriyono.

Kedua, Megawati berhasil mengkapitalisasi modal politiknya dengan menempatkan sosok-sosok yang loyal di pos-pos penting sejak dirinya menjadi Wakil Presisen, kemudian Presiden, termasuk hingga saat ini. Ini mencakup jabatan di pemerintahan, kepolisian, militer, DPR, bahkan termasuk juga di lingkungan para pengusaha.

Poin ini juga disebutkan oleh Kikue Hamayotsu dan Ronnie Nataatmadja dalam tulisan yang berjudul Indonesia in 2015: The People’s President’s Rocky Road and Hazy Outlooks in Democratic Consolidation. Menurut mereka, Megawati menempatkan orang-orang favoritnya di jabatan-jabatan strategis untuk memengaruhi kebijakan.

Selain itu, Megawati juga dikenal setia dengan orang-orangnya, sekalipun mereka tertimpa kasus hukum atau sejenisnya. Kita dapat melihat buktinya pada pidato Megawati di HUT ke-50 PDIP beberapa waktu lalu. Megawati menceritakan dengan haru seorang supir truk bernama Tasdi yang berhasil menjadi Bupati Purbalingga.

Menariknya, pidato itu tetap dikeluarkan Megawati meskipun Tasdi terjerat kasus hukum dan divonis tujuh tahun penjara. Bagaimana Megawati menceritakan kisah Tasdi dalam pidatonya, oleh banyak pihak dianggap sebagai bukti loyalitas dalam menjaga hubungan.

Jika melakukan komparasi, konteks ini yang sekiranya membedakan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketika kasus korupsi menimpa Partai Demokrat, pamor SBY dan partai mercy langsung berantakan. Tapi tidak dengan PDIP, dihantam kasus korupsi macam kasus bansos pun, nyatanya partai banteng tetap saja kuat.

Dan faktor ketiga adalah keberhasilan marketing politik, baik secara personal maupun dalam konteks PDIP sebagai partai politik. Setidaknya sejak 2014, PDIP banyak bekerja sama dengan para pakar marketing, salah satunya adalah Hermawan Kartajaya yang kerap memberikan kelas di sekolah partai PDIP.

Bagi yang belum tahu, Hermawan Kartajaya adalah begawan marketing yang mempunyai nama besar hingga di level internasional. Penulis buku Trilogy Marketing X.0 itu adalah pendiri dan Executive Chairman dari MarkPlus, Inc., perusahaan konsultan manajemen yang berdiri sejak tahun 1990.

Well, secara garis besar faktor-faktor itulah yang membuat Megawati dan PDIP menjadi sangat kuat. Konsolidasi internal yang mumpuni, juga karena faktor almarhum sang suami Taufiq Kiemas yang bisa menjadi penghubung Megawati ke banyak pihak menjadi faktor tambahan lainnya.

Yang jelas, Megawati memang masih akan menjadi sosok elite politik terkuat di Indonesia di waktu-waktu mendatang. Kalau berhasil kembali mendorong sosok yang terpilih menjadi Presiden di 2024 dan membawa PDIP kembali menguasai Senayan, maka mungkin layak untuk menyebut Megawati sebagai sosok yang tak terkalahkan. (R53)

Exit mobile version